Dimas sudah menjatuhkan tubuhnya yang lemas di samping tubuh Sekar. Dimas dan Sekar sama -sama kelelahan di atas kasur.
Kedua mata Dimas terpejam sambil menetralkan napasnya yang masih tidak beraturan.
Sekar bangkit dari tidurnya. Jangan sampai rasa lelahnya ini malah membuat Sekar nyaman dan terlelap di kamar ini. Bisa -bisa ia di gantung oleh Herman.
Ia berdiri dan membersihkan bagian intinya dengan tisu basah yang ada di atas nakas lalu di buang begitu saja di keranjang sampah.
"Mau kemana?" tanya Dimas lembut sambil memegang pergelangan tangan Sekar.
"Keluar dari kamar ini. Tugasku sudah selesai kan?" ucap Sekar tak kalah lembut. Wajahnya begitu manis dan membuat Dimas terpesona akan kecantikan Sekar.
Dimas ikut bangun dan duduk di tepi ranjang sambil menatap Sekar yang benar -benar seksi di matanya.
"Hari ini tugas kamu selesai, Sekar. Besok ada tugas lain lagi," ucap Dimas menekankan.
Sekar melebarkan senyumnya lalu mengangguk kecil.
"Kamu tidak takut dengan wajah garang Om kamu itu?" bisik Sekar mendekati wajah Dimas.
Dimas emngegelengkan kepalanya penuh keyakinan.
"Sama sekali enggak. Kita bisa main cantik di belakang Om Herman. Bagaimana?" tanya Dimas pada Sekar.
Dimas menautkan bibirnya pada Sekar dan mengusap pipi mulus gaadis itu.
"Kamu rubah yang nakal, Dimas. Om kamu itu seram sekali kalau sudah marah," ucap Sekar lagi.
"Terus? Aku harus bilang wow gitu? Ini soal perasaan dan kebutuhan aku, Sekar. Sepertinya aku mulai menyukaimu dan permainan kamu tadi. Kamu kelinci liar yang lincah," bisik Dimas pada Sekar.
Sekar menunju hidung Dimas lalu menekan kedua sisinya dengan gemas.
"Kamau panggil aku apa? Kelinci liar! Hmmm ... Aku buat kamu lemas suatu saat nanti, Dimas!" ucap Sekar mengedipkan satu matanya pada Dimas.
"Aku tunggu. Aku siap kamu buat lemas tak berdaya seperti saat ini, kelinci lincahku," bisik Dimas gemas.
Dimas berdiri lalu memeluk Sekar dengan erat.
"Pergilah. Jangan pernah lupakan malam ini, kelinci liarku yang lincah," bisik Dimas mengecup pipi Sekar.
"Hmm ... Aku pergi dulu. Nanti, Om kamu yang galak itu keburu bangun dan curiga," ucap Sekar langsung melepaskan pelukan Dimas dan keluar dari kamar Dimas menuju dapur bersih.
Sekar bernapas lega karena dapur itu tidak ada orang sama sekali dan Sekar merasa aman. Perbuatannya baru saja tidak akan diketahui siapa pun juga.
Sekar membuka kulkas dan mengambil beberapa baksso dan sosis serta mie instant korea kesukaannya. Setelah lelah bercinta dengan dua lelaki yang berbeda membuat tubuhnya benar -benar kehabisan tenaga. Sekar harus segera mengisi kembali energi di tubunya. Biasanya, Herman akan meminta kembali bermain panas setelah bangun dari tidurnya.
Sekar baru saj amerebus air dan memasukkan mie instant dan potongan sosis serta bakso. Tidak lupa irisan bawang merah dan cabe rawit sebagai penyempurna rasa.
"Kamu belum selesai juga, Sekar?" ucap Herman dari arah belakang membuat Sekar terkejut dan seluru bulu kuduknya berdiri.
Sekar bukan hanya takut tapi cemas kalau apa yang ia lakukan bersama Dimas tadi diketahui oleh Herman, kekasihnya.
Sekar mneoleh ke arah belakang dan tersenyum manis tanpa dosaa pada Herman. Ia mendekati Herman dan memeluk lelaki tua itu dengan manja.
"Ini babak kedua. Aku lapar sekali, sayang ..." bisik Sekar dengan lembut.
"Oh ya? Ususmu kecil, Sekar. Tidak mungkin kamu makan sampai dua mangkuk," jelas Herman menatap ke arah kompor dan wastafel. Smeuanya bersih.
Tatapan tajamnya kembali pada dua bola mata Sekar yang terlihat sendu daan penuh penyesalan.
"Kamu tidak sedang membohongi aku kan, Sekar?!" ucap Herman lantang.
"Mana mungkin aku berani, Mas. Kamu pahlawan aku, Mas," jawab Sekar dengan tegas.
"Bagus kalau kamu tahu itu Sekar. Satu hal yang perlu kamu ingat, kamu tidak akan ada disini, kalau bukan aku yang mengambilmu dari neraka itu!" jelas Herman penuh penekanan.
Sekar mengangguk paham. Ia tahu, siapa dirinya sebenarnya. Untung ada Herman yang kini menjadi kekasihnya. Ia tidak perlu lelah menjadi seorang perempuan malam yang harus melayani tamu hidung belang.
Kehidupan Sekar berubah total setelah menjadi kekasih Herman. Tugasnya hanya melayani Hermaa yang hiper seks itu agar sellau puas dan tidak pernah kelaparan dan kehausan soal batin. Sampai saat ini, Herman puas dengan pelayanan Sekar. Baginya Sekar adalah berlian yang menghidupkan semangatnya kembali.
Mulai malam ini, Sekar memang diminta Herman untuk tinggal di rumah besar miliknya. Ia akan tidur di kamar yang sama dengan Herman.
Sekar tidak boleh keluar dari kamar itu selama tidak ada Herman. Balkon di kamar itu juga akan di kunci rapat agar Sekar tidak bisa melakukan hal gila.
"Kamu keberatan dengan aturan yang aku buat?" tanya Herman pada Sekar yang masih terbalut selimut. Setelah makan mie instant semalam hingga pagi ini, Herman sudah menyelesaikan lima ronde dengan sangat kuat sekali.
"Enggak. Cuma aku bakal jenuh seharian berada di kamar ini selamanya," ucap Sekar denagn jujur.
Herman duduk di tepi ranjang dan memegang dagu Sekar.
"Aku tidak suka, kamu berkeliraan di rumah ini. Rumah ini banyak laki -laki, dan aku tidak suka jikaa kecantikan kekasihku, dan seksinya tubuh calon istriku di lihat banyak orang," jelas Herman lagi
"Oke. Aku akan turuti semua ermintaan kamu, Mas. Aku akan tetap di kamar ini. Asal, belikan aku cemilan, dan siapkan mini bioskop agar aku tidak kesepian," pinta Sekarpada Herman, kekasihnya.
"Itu soal gampang. Aku akan kabulkan semuanya untuk kamu. Oh ya, satu lagi. Di sini, ada keponakan aku bernama Dimas. Mungkin kamu pernah ketemu sebelumnya," ucap Herman.
"Enggak pernah kayaknta," jawab Sekar santai.
"Oh ya? Tadi malam?" tebak Herman lagi.
Sekar menggelengkan kepalanya pelan.
"Enggak. Seperti apa rupanya?" tanya Sekar pada Herman.
"Dia hanay anak kecil ingusan yang terlalu gila bekerja. Culun, dan tidak punya apa -apa," jelas Herman tidak mau tersaingi oleh keponakannya sendiri.
"Bagus dong. Itu tandanya, kamu yang paling tampan dan hebat, Mas ..." ucap Sekar lembut berbisik.
Jari -jari Sekar memegang dad4 Herman yang terlihat mulai keriput kulitnya.
Herman memegang tangan Sekar dan mencium punggung tangan itu.
"Aku mau kerja, Sekar. Kita lakukan nanti malam lagi. Kamu persiapkan tenaga kamu untuk nanti malam, Sayang ..." titah Herman pada Sekar.
"Oke," jawab Sekar singkat.
Herman pun bangkit berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap ke kantor.
Suasana pagi ini begitu hening seperti hari -hari biasanya.
Dimas sudah rapi dengan style ke kantor. Seperti biasa ia hanya memakai kemeja dan celana bahan serta kaca mata untuk menutupi kegugupannya.
Semalaman ia memikirkan Sekar. Gadis yang sempat memuaskan tubuhnya dengan sempurna.
"Pagi Om Herman ..." sapa Dimas dengan sopan.
"Pagi," jawab Herman menatap lekat ke arah Dimas sampai duduk di salah satu meja makan.