Layu Sebelum Berkembang (Tetty Kadi)

1242 Words
Tepat pukul dua belas siang, bus reuni kelas Biologi 1 akhirnya berhenti di depan Restoran Miramar di Siantar. Seluruh peserta turun dengan riuh rendah, aroma khas kuliner Padang-Melayu menyambut mereka. Restoran itu terkenal dengan masakan autentiknya, dan suasana nostalgia langsung terasa saat semua berkumpul di ruang makan yang diatur dengan tiga meja bundar besar. Amelia, Kimtan, Ariana, Clara, Anneke, Samuel, Paul dan istrinya Bella, serta Kikan dan suaminya Eric, memilih duduk di meja yang sama. menikmati hidangan lezat, mulai dari ayam goreng, yang merupakan masterpiece dari restaurant ini,sampai tauco udang yang sungguh menggugah selera dan tentunya tak lupa makanan khas melayu, daun ubi tumbuk dengan bunga kencong atau kecombrang yang juga salah satu makanan yang tidak boleh dilewatkan. Anneke yang paling semangat, ketika menu daun ubi tumbuk itu terhidang. "Oh my god.. Oh my god.. Aku sudah tiga puluh tahun, tidak makan , makanan ini. Ini kesukaanku banget. Dulu pembantuku di rumah pintar sekali masak daun ubi tumbuk ini." kata Anneke dan mengangkat satu piring daun ubi tumbuk itu ke hadapannya dan langsung dia lahap . Matanya terpejam, memakan makanan kesukaannya ini " Kalian pesan lagi dong, aku akan habiskan yang ini untukku sendiri" Lalu dia berpaling pada Samual yang duduk memandang Amelia yang duduk di hadapannya " Sam..mau cobain? Kamu harus coba Sam.. Lidahmu itu uda benaran lidah Amerika deh." Samuel tersenyum saja dan berkata lembut pada mamanya "Mama aja yang makan, nanti aku bisa makan ayam gorengnya saja, itu lebih netral untuk lidahku." Anneke hanya mengangguk , dia sibuk melahap si daun ubi tumbuk dengan nikmat. Kimtan yang duduk berhadapan dengan Ariana, mengajak Ariana berbicara " Ari, kamu nggak berubah ya, dari dulu zaman sekolah sampai sekarang , sama aja wajahmu, rambutmu dan gayamu tidak berubah. Kamu seperti tidak menua." Ariana hanya tertawa lembut dan menunduk , tapi Anneke yang menyahut dengan nada tinggi " Emang hanya Ariana yang tidak menua, maksudmu aku , Amelia dan Paul juga Kikan berubah jadi tua?" Kimtan tertawa " Maaf Ke, kamu dan Amelia juga tidak berubah menua sih, hanya kamu kan dulu rambutnya pendek dan lurus, sekarang rambutmu jadi sebahu dan keriting , lalu Amelia rambutnya dulu selalu bob pendek , sekarang jadi panjang sebahu, hanya Ariana yang semuanya tidak berubah, dia tetap betah dengan rambut panjang ." Kata Kimtan dengan sudut matanya dia melirik Ariana yang tampak tersipu. Paul yang botak lalu berkata " Jangan ngomong masalah rambut Kim, aku sensi. Dulu rambutku tebal banget, sekarang aku jadi botak. Benar-benar krisis lelaki paruh baya terjadi pada diriku." Kami semua tertawa mendengar kata-kata Paul. Lalu Kikan si wartawan memulai wawancaranya " Kim.. kamu kan dulu naksir Ariana , kok nggak kamu dekatin?" " Aku? mana berani dekatin Ariana , dia terlalu sulit ku jangkau, aku bagaikan pungguk merindukan bulan, dia cantik, kaya raya, ayahnya pemilik jaringan hotel di Medan , Jakarta, sedangkan aku hanya berandalan, tukang bolos yang hampir tidak naik kelas." kata Kimtan " Oh.. tapi sekarang kamu yang paling sukses di antara kami semua. Itu artinya, sekolah pintar-pintar tidak ada gunanya, karena biasa anak berandalan yang paling sukses." Kata Paul. " Nggak seperti itu juga. Banyak kok yang pintar dan sukses, seperti Amelia. Dari dulu dia sangat pintar, dan sekarang sukses dengan klinik kecantikannya." Kata Kimtan merendah . Clara dengan gayanya yang ceria berkata " Nah kalau sekarang, apakah Om Kimtan, berani mendekati mamaku?" Kimtan melirik Clara " Kamu bercanda, papamu bakalan marah kalau aku mendekati mamamu. " Ariana tampak menowel Clara dan menggeleng-gelengkan kepalanya memberi kode agar anaknya itu jangan bercerita apa-apa.Tapi Clara seperti tidak bisa dicegah, dia dengan ringan berkata " Mamaku, uda cerai Om, sebelum kita berangkat ke Medan, papa dan mamaku sudah tanda tangan surat cerainya." Anneke dan Amelia berteriak serempak " Apa??" Dan Anneke menyambung perkataannya dengan berapi-api. Dia meletakkan sendoknya, tidak lagi menyantap daun ubi tumbuknya. " Ari, kamu cerai? Kok nggak beritahu kami? Kamu nggak anggap kami sahabatmu?" " Aku baru saja cerai, bukan tidak menganggap kalian sahabatku, tapi urusan perceraian nggak usahlah diumbar, aku malu. Dan aku berencana memberitahu kalian saat kita sudah bertemu, tidak melalui telepon." Suasana jadi sedikit sendu dan Amelia bertanya dengan lembut pada Ariana " Ari.. are you okay?" " I 've never been okay like this." Ariana tersenyum kecil mencoba meyakinkan sahabatnya. " Apa yang terjadi, Ri?" Tanya Anneke " Ntar aja deh aku cerita saat tiba di hotel." Kata Ariana " Iya... iya, ntar aja, kita kumpul di kamar Amelia dan saling bercerita." Kata Anneke kembali menikmati daun ubinya. Tapi Kimtan menyela " Kalian kumpul bertiganya setelah acara bersama teman-teman ya, jangan memisahkan diri dan bikin kelompok sendiri, Nggak asyik kalau gitu." " Iya..Iya Pak Boss. Kami akan mengikuti seluruh rangkain acara yang sudah disiapkan dulu, baru ke kamar Amelia untuk saling bercerita. " Kata Anneke. Lalu Kikan si wartawan, kembali berkata " Kim.. sepertinya kesempatan mu kini terbuka, kamu masih minat nggak dengan Ariana? atau selama ini kamu tidak menikah karena menunggu Ariana jadi janda?" " Ssttt... " Paul menghentikan Kikan " Kikan please deh, kamu ini cocoknya jadi wartawan, kenapa juga dulu masuk jurusan Biologi aturan masuk kelas sosial aja, sifat kepo mu dari dulu nggak berubah." Suara Clara terdengar ceria meyakinkan Kimtan " Tapi Om, serius nih, kalau Om mau dekatin mamaku, aku sangat setuju loh." " Clara" Hardik Ariana pada anaknya. Tapi Clara seperti tak peduli, begitu juga Kimtan yang langsung berkata " Benaran nih Clara, kasih izin Om untuk mendekati mamamu?" " Tentu " jawab Clara tegas dan pasti. Wajah Ariana memerah dan Kimtan tampak sumringah. Di meja mereka kini semua menikmati hidangan lezat yang disajikan, ada hati yang berbunga-bunga yaitu hati Kimtan, yang sepertinya akan segera tebar pesona mendekati Ariana yang wajahnya terus tersipu. Lalu di sudut lainnya, Samuel dan Amelia yang duduk berhadapan saling melirik dan debaran di hati Amelia terus terasa sehingga dia terus menunduk tidak berani melirik lagi ke arah Samuel. Tiba-tiba seorang lelaki gagah berpakaian militer, memasuki ruangan, sambil berkata dengan suara baritonnya " Selamat siang teman-temanku." Peserta reuni berteriak lantang " ANDIKA" Si baju militer melambai dan berkata lagi " Maafkan aku, baru sempat gabung dari Siantar , karena sekarang aku bertugas di Kodam Siantar dan cutiku baru di acc tadi pagi. Jadi aku bisa mengikuti reuni ini bersama kalian." Kata Andika Kimtan yang menjadi sponsor utama Reuni langsung berdiri menyambut Andika dan berkata " Bagus Dika, aku uda khawatir cuti mu tidak di setujui, makanya aku nggak bilang teman-teman kamu mau gabung. ... Yuk duduk sini." Andika tertawa sambil duduk di samping Kimtan dan berkata " Yah taulah aku ini prajurit yang terikat sumpah prajurit, tidak bisa seenaknya kabur, seperti kamu yang pengusaha." Semua yang duduk di meja mereka tampak mengangguk-anggukan kepala dan Clara menatap Andika dengan tatapan penuh kekaguman, dia seperti menyaksikan mahakarya ciptaan tuhan. Tubuh Andika yang tegap , wajah tampannya yang klimis bahkan suara nya yang dalam , membuat seluruh hati Clara berdebar kencang. Apakah perasaan ini? Apakah ini jatuh cinta pada pandangan pertama? Tidakkah Andika terlalu tua untuk jadi kekasihnya? Pertanyaan -pertanyaan itu berputar di kepala Clara , tapi dia yakin satu hal, seumur hidupnya yang menuju angka 25 tahun, hatinya tidak pernah berdebar sedemikian kencang, saat bertemu seorang lelaki. tapi ada lagi satu pertanyaan penting yang timbul. Bagaimana kalau Andika sudah memiliki istri? Oh My God. Sepertinya cinta Clara akan layu sebelum berkembang, seperti lagu lawas dari Teti Kadi yang mengalun dari stereo restaurant. Kini hancur berderai Kesedihan berantai Kuncup di hatiku yang lama ku simpan Hancur kini sebelum berkembang
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD