Part 7

2601 Words
Part 7   Esok hari....   Jadwal Gavin pagi ini mengadakan meeting di salah satu hotel. Perusahaannya turut mengundang wartawan karena agenda meeting kali ini adalah mengumumkan bergabungnya perusahaan Sentosa, perusahaan milik Edwin, ayah mertuanya dengan perusahaan Andre Angkasa. Kata “bergabung” hanya sebuah penghalusan saja. Publik tak perlu tahu permasalahan yang sebenarnya. Kedudukan perusahaan Sentosa sebagai anak dari perusahaan Andre Angkasa yang akan khusus menangani proyek perumahan. Meeting diadakan secepatnya karena banyak sekali rumor yang beredar tentang simpang siur latar belakang bergabungnya perusahaan Sentosa dengan perusahaan Andre Angkasa. Pernikahan Gavin dan Rhea setidaknya mampu meredam desas-desus itu hingga tersiar anggapan para pengusaha maupun pemegang saham di perusahaan-perusahaan properti bahwa perusahaan milik Edwin memang benar-benar menjadi bagian dari perusahaan Andre Angkasa karena hubungan keluarga. Jumlah tamu undangan yang hadir cukup banyak. Sebagai pembuka acara, Gavin menjelaskan tentang visi perusahaan yang akan terus berinovasi terkait dengan rencana perusahaan yang tak akan hanya melakukan pembangunan di Indonesia tapi juga luar negeri. Perusahaan Andre Angkasa ingin perusahaannya go international. Gavin juga memaparkan tentang misi perusahaan yang akan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan menghindari kerusakan lingkungan dalam menjalankan usahanya. “Bagi perusahaan, menjaga lingkungan adalah salah satu cara terbaik untuk memajukan perusahaan tanpa menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar. Karena itu sebelum merencanakan suatu proyek, perusahaan membentuk tim khusus untuk meninjau segala hal sebelum dilaksanakan proyek seperti lokasi dan kondisi geografis lingkungan. Selain itu perusahaan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional dan berloyalitas tinggi. Produk yang berkualitas unggul juga akan tetap menjadi misi perusahaan yang akan terus diupayakan. Dan yang terakhir adalah peningkatan kualitas pelayanan untuk konsumen. Perusahaan kami memiliki tim customer service yang akan siap menampung pertanyaan, keluhan atau kritik dan saran dari customer untuk selanjutnya akan dilakukan perbaikan di berbagai aspek.” Gavin mengedarkan pandangan ke segala sudut. Saat berbicara di publik, kharisma dan wibawanya semakin terpancar. “Adapun sektor usaha kami adalah, perumahan Angkasa, satu di Bandung, satu di Jakarta, dan satu lagi sedang dibangun di Surabaya, pusat perbelanjaan Angkasa, satu di Bandung, satu di Jakarta, satu lagi di Jogjakarta, perhotelan satu di Bali,.ada satu lagi, baru tahap pembangunan di Bandung dan belum selesai, untuk perkantoran ada dua, satu di Bandung, satu di Jakarta,” lanjut Gavin. (Nama perumahan/pusat perbelanjaan fiksi saja). “Dan masuk ke inti pembahasan pertemuan kali ini adalah, perusahaan kami akan mengumumkan tentang bergabungnya perusahaan Sentosa sebagai bagian dari perusahaan Andre Angkasa. Perusahaan Sentosa adalah anak perusahaan dari perusahaan Andre Angkasa yang akan concern menangani proyek perumahan. Nanti saya akan mengumumkan juga jajaran dewan komisaris dan direksi yang baru di perusahaan Sentosa.” Selanjutnya moderator membuka sesi pertanyaan. Ada salah satu pertanyaan dari wartawan yang menyinggung rumor tak sedap tentang latar belakang bergabungnya perusahaan Sentosa sebagai anak dari perusahaan Andre Angkasa, di mana perusahaan Sentosa memiliki hutang yang sangat besar pada perusahaan Andre Angkasa dan tidak dapat melunasi, secara sederhana Andre Angkasa telah merebut perusahaan milik Edwin Sentosa. “Saya tegaskan, berita itu tidak benar. Perusahaan Sentosa secara sukarela bergabung menjadi anak perusahaan Andre Angkasa. Pemegang saham terbanyak di perusahaan Sentosa adalah ayah saya sendiri dan lagipula saya adalah menantu dari Bapak Edwin. Sangat wajar jika saya dipercaya untuk mengelola perusahaannya karena nanti keturunan saya pun akan mengelola perusahaan.” Gavin menjawab tegas. Ia telah belajar banyak untuk bicara penuh keyakinan sekalipun apa yang ia sampaikan adalah kebohongan. Ada seorang tamu undangan lagi yang mengajukan pertanyaan. “Bagaimana cara perusahaan menghadapi persaingan di dunia usaha properti? Kita tahu sendiri sekarang ini usaha properti semakin menjamur dan banyak yang memberikan penawaran menarik.” Gavin menghela napas sejenak. “Memang sekarang ini banyak bermunculan perusahaan properti yang memberikan penawaran fasilitas yang bagus dengan harga kompetitif. Karena itu perusahaan kami sudah mengantisipasi hal ini sejak lama. Kami akan terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas fasilitas untuk pelanggan termasuk melakukan upaya pemeliharaan properti-properti dan gedung-gedung untuk mempertahankan pelanggan serta memberikan kepuasan pada pelanggan. Kami juga siap memberikan penawaran harga yang kompetitif. Selain itu perusahaan selalu mengupayakan strategi pemasaran yang kreatif, inovatif, dan menarik minat pelanggan.” Pertanyaan itu pun mengakhiri acara meeting. Gavin bertolak kembali ke kantor. Sepanjang jalan ia memikirkan banyaknya agenda perusahaan yang mungkin akan semakin menyita waktunya. Entah kenapa terbersit keinginan untuk mengambil cuti libur seperti yang disarankan ayahnya. Dia memang membutuhkan waktu untuk menyegarkan pikiran. Gavin juga memikirkan salah satu pertanyaan dari wartawan saat acara meeting barusan. Bagaimana bisa rumor ayahnya yang mengambil alih perusahaan Sentosa semakin mewabah? Bisa saja, ayah mertuanya yang memberi tahu hal ini pada stafnya dan akhirnya kabar ini menyebar. Staf perusahaan terutama jajaran direksi dan komisaris pasti tahu apa yang terjadi pada perusahaan, kecuali jika ayah mertuanya merahasiakan dari siapapun. Namun ini juga tak mungkin, paling tidak staf keuangan tahu tentang jejak hutang perusahaan dan mereka akan membuat spekulasi sendiri. Ayahnya memang tidak salah memutuskan untuk menikahkannya dengan Rhea. Pernikahan sedikit bisa meredam desas-desus yang ada. Ada nada mengalun dari ponsel Rhea. Gavin mengambil ponsel itu dari tas kerjanya. Satu notifikasi chat di salah satu aplikasi muncul. Sky mengirim satu pesan. Rhea, kenapa chat-ku dari pagi nggak dibalas? Gavin membiarkan saja pesan itu. Sebenarnya jika dia mau, dia bisa meminta bantuan white hacker untuk mengumpulkan data informasi dari akun sky ini. White hacker selama ini bertugas meng-audit keamanan jaringan perusahaan sehingga jika ada jaringan lemah yang rentan menjadi target black hacker untuk merusak sistem keamanan perusahaan, permasalahan tersebut dapat diatasi dan diperbaiki. Akan tetapi ia berpikir ulang. Ia tak mungkin merendahkan diri sendiri dengan meminta bantuan white hacker untuk melakukan sesuatu yang ilegal. Mereka profesional dalam bekerja dan tidak menyalahgunakan keahlian yang mereka miliki untuk melakukan pekerjaan negatif. Gavin akan menunggu reaksi Sky selanjutnya. Mungkin ia harus mengajak Sky bertemu karena jelas Sky melakukan provokasi dan mempengaruhi Rhea. Dia tak suka jika seseorang mencampuri kehidupannya pribadinya termasuk pernikahannya. Sky tak punya hak untuk memberi saran apapun pada Rhea. Supir masih terus mengemudi, sedang sang sekretaris membaca kembali notulen meeting yang ia buat. Ia baca ulang di bagian pertanyaan wartawan yang menyinggung bergabungnya perusahaan Sentosa. Pasca Pak Bosnya menikah, di kantor memang tersebar kabar pernikahan bosnya yang dinilai sebagai pernikahan yang bertujuan untuk meredam kabar negatif yang terlanjur menyebar. Dia dan karyawati lain kadang bergosip di kantin jika pernikahan yang dijalani atasan mereka adalah pernikahan tanpa cinta. Apalagi bagi yang diundang ke acara resepsi. Mereka semakin yakin jika pernikahan hanyalah perjodohan terencana mengingat sang mempelai perempuan sangat jauh dari kriteria Gavin, at least jika dibandingkan dengan penampilan fisik Sandra, istri atasan mereka bukan apa-apanya. Wajar saja pernikahan itu jadi buah bibir di kalangan karyawati perusahaan, pasalnya sosok Gavin adalah sosok CEO idola yang tak hanya berkharisma tapi juga memiliki wajah dengan ketampanan paripurna. Terkadang gurauan tercetus dari obrolan mereka. Perasaan cantikan aku ke mana-mana, kok Pak Bos mau ya dijodohin sama cewek kurus dan kurang cantik. Berani taruhan, nggak? Pernikahan mereka nggak akan bertahan lama. Ujung-ujungnya pasti cerai atau Pak Bos punya selingkuhan di mana-mana. Pak Bos mah gampang kalau mau senang-senang sama perempuan. Ibarat dia macarin artis atau model terkenal juga bisa. Siapa yang nggak silau sama kekayaan Pak Bos. Ganteng dan masih muda juga. Sikap Gavin yang baru saja membuka kotak bekal meruntuhkan praduga sang sekretaris. Ia melirik isi kotak bekal itu yang isinya makanan rumahan yang sederhana. Capcay, nasi, ayam goreng, dan tahu goreng. “Maaf Mir, Pak Anto, saya makan dulu. Saya belum sarapan. Ada nasi kotak juga untuk kalian, tadi saya sempat pesan delivery order. Kalau kalian ingin makan juga, kita berhenti saja dulu.” Gavin menatap sang sekretaris dan melirik sang supir yang duduk di depan. “Silakan, Pak. Saya sudah sarapan. Masih kenyang. Terima kasih untuk nasi kotaknya, Pak. Nanti untuk makan siang saja.” Pak Anto, supir yang sudah setia bekerja pada keluarga Andre sepuluh tahun lamanya mengangguk dengan sopan. “Saya juga sudah sarapan, Pak. Jam makan siang sekitar satu jam lagi,” balas Mira dengan senyum terulas. “Itu bekalnya, istrinya yang nyiapin, ya, Pak? Tanya Mira yang tak dapat menahan rasa ingin tahunya. Gavin mengangguk, “Iya, istri saya yang memasak.” Laki-laki itu tampak lahap memakan bekalnya. Mira mempunyai bahan gosip baru untuk nanti diceritakan pada teman-temannya. Sang direktur rupanya punya sisi manis, mau membawa bekal dari istrinya. Kemungkinan pernikahan itu bukan pernikahan tanpa cinta yang menyiksa sang direktur. Buktinya ia masih mau membawa bekal dari sang istri. Kalau tidak ada rasa cinta, kemungkinan ia akan enggan untuk memakan masakan istrinya. Setiba di kantor, Gavin kembali ke ruang kerjanya. Baru saja duduk di kursi, ponsel Rhea berbunyi lagi. Lagi-lagi pesan dari Sky. Rhea, kamu lagi apa? Rasanya Gavin tak tahan lagi. Ia membayangkan mungkin selama ini jika dia tak ada di apartemen, Rhea dengan bebasnya chat dengan Sky dan membahas apapun termasuk soal rumah tangga. Ia tak suka Rhea berkomunikasi dengan orang yang tak jelas dan entah kenapa ia mencium ada sesuatu yang tengah direncanakan Sky. Dia mungkin tahu tentang rumor perusahaan setelah browsing di internet tentang profilnya. Atau barang kali ada niat terselubung untuk menghancurkan rumah tangganya dan Rhea. Gavin bingung sendiri. Bukankah ia menginginkan Rhea menggugat cerai suatu saat nanti? Namun entah kenapa, keinginan itu menguap begitu saja. Entah kenapa terbersit untuk setidaknya memberi dirinya waktu menilai seorang Rhea dan menjalani pernikahan normal. Ia pikir-pikir sayang juga jika menahan diri untuk tak menyentuh istrinya. Ia teringat ucapan salah seorang temannya, seks itu yang penting rasanya, bukan dengan siapa kau melakukannya. Laki-laki bisa melakukannya tanpa cinta sekalipun. Dan belakangan ini keinginan itu berakar begitu saja. Sebenarnya pemikirannya tak seliar temannya. Baginya dengan siapa melalukannya juga penting. Ia tak akan melakukan dengan sembarang orang. Ia mungkin bukan pria religius tapi baginya seks juga butuh cinta. Meski begitu, selama berpacaran dengan Sandra, ia bisa mengendalikan diri untuk tak melakukan sesuatu yang lebih pada wanita itu. Keinginannya untuk melakukan dengan Rhea tentu karena mereka sudah menikah dan ayahnya menginginkan cucu. Sky kembali mengirimkan pesan. Rhea, apa yang terjadi? Apa kamu baik-baik saja? Gavin semakin jengah membacanya. Dibalasnya pesan Sky. Aku baik-baik saja. Sky, bisa kita bertemu? Aku ingin bertemu dengan seseorang yang selama ini menjadi sahabat baikku. Ia ingin tahu reaksi Sky. Datang balasan dari Sky lebih cepat dari yang ia duga. Bertemu? Tapi kita jauh. Aku nggak bisa datengin kamu di situ. Gavin membalas kembali. Kalau begitu berikan alamatmu, biar aku yang datang ke situ. Kalau kamu nggak mau, lebih baik jangan menghubungiku lagi. Gavin lega mengetik balasan ini. Setelah ini, ia mungkin akan menghapus aplikasi ini dan meminta Rhea untuk tak lagi berkomunikasi dengan Sky. Datang balasan dari Sky. Ini pasti bukan Rhea. Apa ini Gavin? Ternyata kamu posesif juga, ya. Baiklah.... Aku bisa menghubungi Rhea dengan cara lain. Gavin bertambah kesal. Jelas, Sky telah menabuh genderang perang dengannya. Kalau kamu memang jantan, temui aku. Jangan jadi pengecut dan jangan mengganggu istri orang! Tak perlu menunggu lama balasan dari Sky. Okay, suatu saat kita akan bertemu, tapi bukan sekarang. Gavin tersenyum sinis, “Dasar licik!” ****** Sore ini Gavin bersiap untuk pulang. Ia ingin tiba di apartemen secepatnya. Ia bereskan meja kerjanya meski bisa dibereskan oleh Mira. Suara ketukan pintu mengagetkannya. “Ya, Mir, masuk,” jawab Gavin tanpa menoleh ke arah pintu. “Hai, Gavin.” Gavin tersentak mendengar suara tak asing itu. Ia menoleh ke arah sumber suara. Ia tak percaya dengan sosok yang mematung di hadapannya. Wanita yang dulu menggoreskan luka menganga kini berdiri di hadapannya dengan senyum di wajahnya yang masih cantik memesona. Gadis itu tersenyum.... Seolah ia lupa bagaimana dulu ia menorehkan rasa sakit itu. “Sandra...” “Maaf, aku tadi membujuk Mira untuk mengizinkanku masuk. Aku ingin bicara denganmu,” ucap Sandra lembut. “Silakan duduk, San.” Gavin sedikit terbata. Ia tak bisa berdusta, getaran itu masih ada. Sandra menarik mundur kursi lalu duduk. “Ada apa, San? Tumben kamu ke sini dan ingin bicara denganku? Aku pikir kamu sudah tak ingin lagi bicara denganku.” Gavin berusaha menetralkan debaran yang menyelinap begitu saja. Ia ingin bersikap biasa saja menghadapi Sandra. “Tolong jangan begitu. Aku ingin kita tetap berteman,” balas Sandra tenang. “Okay, silakan jika ingin bicara.” Sandra mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah kotak merah berbentuk hati. “Aku ingin mengembalikan cincin ini padamu. Aku lupa belum mengembalikannya.” Sandra meletakkan satu kotak itu di meja. Gavin terpekur. Tatapannya tak lepas pada sekotak cincin itu dan cincin bertahta berlian yang melingkar di jari manis Sandra. Cincin pertunangannya dengan Azka. Ada rasa sakit menggerogoti. Namun Gavin berusaha untuk mengikhlaskan. Ia sudah menikah sekarang dan Sandra pun akan menapak kehidupan barunya dengan Azka. Tidak ada lagi yang perlu dipertahankan. “Aku pamit dulu.” Sandra beranjak dan berlalu dari hadapannya. Gavin masih terpaku. Menyembuhkan luka karena patah hati itu tidak mudah. Apalagi jika seseorang itu adalah cinta pertama yang begitu dicintai, yang pernah ia harapkan akan menjadi cinta terakhirnya. ****** Jam lima sore, Gavin sudah tiba di apartemen. Ia duduk santai di sofa dan mengemil kacang almond. Rhea mencuci kotak bekal suaminya. Ia tersenyum melihat kotak bekal itu kosong yang artinya makanannya dilahap hingga habis. Gavin bukan orang yang pilih-pilih makanan. Rhea duduk menemani sang suami meski di sofa yang berbeda. Masih ada rasa canggung diantara keduanya. “Aku hapus aplikasi chat itu. Aku minta kamu jangan komunikasi lagi dengan Sky,” ucap Gavin datar. Rhea mendelik, “Dia satu-satunya teman baikku. Kenapa Mas seposesif ini?” Gavin menatap Rhea tajam. “Aku melakukan hal yang benar. Sky itu laki-laki! Jelas dia punya misi yang tak baik. Aku yakin dia ingin mengacaukan rumah tangga kita. Dia menghakimiku, menjelekkan ayahku, mengomentari urusan perusahaan, apa haknya? Cari teman lain yang asal-usulnya jelas dan benar-benar perempuan. Lagipula kamu sudah menikah. Jaga diri kamu dan perhatikan lingkar pertemananmu. Jangan sekalipun menceritakan masalah pribadimu pada orang luar. Kamu punya keluarga, kamu juga punya suami. Yang paling penting keluargamu, mertuamu, dan suamimu ini bukan orang sembarangan. Segala tindak tandukku dan kehidupan pribadiku jadi sorotan. Jangan gegabah!” Gavin nyerocos begitu lugas, meluncur seperti kereta api. Rhea tak berani lagi membalas. Jika ia membantah, keributan pasti terjadi. Ia tak akan berani menuduh Sky adalah laki-laki jika belum bertemu langsung. Namun ia akan menuruti permintaan Gavin yang memintanya untuk tidak lagi berkomunikasi dengan Sky. “Baik, aku nggak akan komunikasi lagi dengannya,” ucap Rhea. “Good, seorang istri yang baik harus nurut sama suami,” tandas Gavin. Rhea sedikit tersipu mendengar Gavin menyebutnya istri. Apa itu artinya Gavin sudah menganggapnya istri? “Istri harus nurut sama suami? Istrinya siapa? Terus suaminya yang mana?” tanya Rhea yang terdengar seperti menggerutu. Gavin melirik Rhea tajam. “Aku bicara secara umum. Ini untuk semua istri dan suami di seluruh di dunia.” “Termasuk kita? Kita suami istri, ya?” Rhea menatap Gavin sepintas lalu menunduk. Gavin melongo. Ucapan Rhea terdengar seperti ledekan. Rasanya ia perlu berpikir ulang untuk menyebut gadis di hadapannya ini sebagai gadis polos yang lemah. Gelagatnya terkadang innocent, seperti bayi yang tak tahu apa-apa, tapi di balik kepolosannya, ia bisa menghanyutkannya, membuatnya tak bisa menahan diri dengan daya pikatnya. Ditatap sedemikian intens membuat Rhea salah tingkah. Ia beranjak dan melangkah menuju ruang laundry. Ia membereskan pakaian-pakaian suaminya di keranjang. Rhea mengambil salah satu jas Gavin. Ia merogoh saku jas untuk memastikan tidak ada uang atau sapu tangan di dalam. Dulu ia biasa melihat asisten ayahnya melakukan pekerjaan ini. Alisnya mengernyit kala ia menemukan satu kotak kecil di saku jas Gavin. Ia buka kotak itu, isinya cincin dengan inisial huruf S di atasnya. Rhea bertanya-tanya, apa makna dari huruf S? Setelah memikirkan baik-baik, ia menemukan satu jawaban bahwa huruf S ini adalah inisial dari nama Sandra. Entah kenapa hatinya retak seketika. Ia menduga, Gavin membeli cincin ini untuk Sandra. Gavin belum bisa move on dari wanita itu. ******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD