Keesokan paginya, Rania terbangun oleh sinar matahari yang menembus tirai tipis kamar. Suara mobil di jalanan Milan terdengar samar, tapi ia tak buru-buru turun. Ia duduk di tepi tempat tidur, memikirkan malam sebelumnya. Jantungnya masih berdebar ketika mengingat ciuman itu. Akan tetapi ada sesuatu yang lebih dari sekadar debaran yaitu rasa penasaran yang mulai menguasai dirinya, tentang siapa sebenarnya Arga. Rania tahu kalau Arga tampil bukan sebagai sosok yang akan menjadi penyembuh baginya. Namun, dia tidak bisa untuk menolak pesona Arga. Sekalipun Arga tidak mencoba untuk mendekatinya, tetapi sikap dan penampilan pria itu telah menarik perhatiannya. Apalagi ditambah dengan nasib yang nyaris sama dan tujuan Arga terhadap keluarganya, Rania menjadi semakin bersimpati. Meski dia adalah

