Bab 104 Alasan

1212 Words

Malam di Milan terasa panjang. Lampu-lampu kota menembus tirai tipis, memantulkan kilau keperakan di jendela apartemen Arga. Dari ketinggian lantai dua puluh, pemandangan kota tampak seperti samudra cahaya — berlapis, berdenyut, dan nyaris tak pernah tidur. Namun di tengah keindahan itu, ada kesunyian yang menggantung seperti kabut. Arga berdiri tegak di depan meja kerja. Dokumen tender Zurich berserakan: kertas penuh coretan, grafik proyeksi, dan presentasi yang sudah ia revisi puluhan kali. Ia memandangi semuanya dalam diam. Tangannya menggenggam pena, tapi pikirannya melayang jauh — bukan hanya ke Zurich, melainkan ke masa lalu yang masih mengintai di sela ambisinya. Tender itu bukan sekadar proyek. Itu adalah ujian terakhir. Kunci untuk membuktikan dirinya di hadapan dunia bisnis i

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD