Bab 91 Luka di balik cincin

1310 Words

Kantor terasa berbeda pagi itu. Bukan karena ada rapat besar atau proyek baru, tapi karena Gibran datang lebih awal dari biasanya. Pukul tujuh lewat lima belas, ia sudah duduk di balik meja, menatap layar komputer yang kosong. Kopi di cangkirnya sudah dingin, tapi ia belum menyesapnya sama sekali. Gibran telah mencoba menenggelamkan diri dalam pekerjaan, berharap angka-angka di spreadsheet bisa menghapus bayangan wajah Rania yang terus menghantui pikirannya. Namun setiap klik mouse, setiap derit kursi, justru memunculkan kembali suara lembut gadis itu di kepalanya— “Aku nggak akan ganggu kamu lagi, Gibran. Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi.” Suara itu menggema, menghantam pelipisnya seperti gema dari masa lalu. Dan pagi ini, ia bahkan tak sempat menatap mata Rania. Gadis itu bur

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD