Bab 109 Setelah Kejujuran

1190 Words

Pagi di Zurich menyapa dengan lembut, menembus tirai kamar hotel yang setengah terbuka. Cahaya keemasan jatuh pelan di atas wajah Rania, menelusuri pipi dan garis rahangnya seperti tangan matahari yang lembut membangunkannya dari mimpi panjang. Ia mengerjap perlahan, tubuhnya masih terbalut hangat selimut linen yang harum. Di udara, masih ada aroma samar parfum Arga—aroma kayu, tembakau, dan sesuatu yang maskulin namun menenangkan. Masih ada sisa kehangatan malam di antara mereka, bukan hanya di kulit, tapi di ruang-ruang hati yang selama ini tertutup rapat. Malam itu, mereka tak hanya melepaskan pakaian dan gengsi, tapi juga dinding yang selama ini mereka bangun untuk bertahan. Arga duduk di tepi ranjang, kemejanya belum sepenuhnya terpasang, rambutnya sedikit berantakan. Dari jendela

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD