Suara Alvaro tajam dan pelan. Bukan teriakan, tapi tekanan yang menyesakkan. Seperti bilah baja dingin yang menempel di tengkuk.
Arielle langsung membeku. Matanya melebar sekejap, seperti baru menyadari bahwa kalimat itu keluar tanpa ia sadari. Ia tidak menjawab. Mulutnya tertutup rapat. Tubuhnya mulai bergetar. Bukan karena ketakutan, melainkan kebingungan yang muncul tiba-tiba dan tak bisa dijelaskan.
"Arielle"
Nada suara Alvaro lebih berat. Tegas dan menuntut. Namun yang ditatapnya justru wajah kosong istrinya. Arielle menoleh sebentar lalu memalingkan muka. Napasnya pendek. Tangannya meremas bagian bawah gaunnya.
"Aku lelah. Kita bicara nanti"
Ia berbalik tanpa menunggu izin, melangkah cepat keluar dari ruang bawah tanah. Langkahnya tidak tergesa, tapi cukup cepat untuk menunjukka
