Find Me, Love 2

1627 Words
Malam menyapa. Nadine masih lembur sambil sesekali memijat lehernya. Setelah beberapa saat, ia mulai merasa lelah, segera dimatikannya laptop dan mulai membereskan berkas-berkas. Ia duduk melamun sejenak, mengingat Kai yang hendak menemui keluarganya. Dan tentu saja itu berarti berhadapan dengan Papanya. Tapi beruntung saat ini Papa dan Mamanya serta adiknya sedang berada di luar negeri selama dua minggu untuk menemui Neneknya, Ibu dari Papanya. Nadine tidak bisa membayangkan bagaimana kemarahan Papanya dan juga rasa kecewa Mamanya akan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Nadine Memandang sebentar ruangannya, lalu mengambil tas dan segera keluar. Berjalan menunduk dan perlahan menuju mobilnya. Saat mendongakkan wajahnya, betapa kagetnya ia melihat siapa yang sedang berdiri bersandar di mobilnya. Nadine memicingkan kedua netranya tanda kesal. Lagi-lagi Kai membuat suasana hatinya menjadi kacau. "Ngapain kamu disini ?" Tanya Nadine jutek pada Kai. "Menunggumu," ucap Kai dengan santai sambil tersenyum manis tapi bagi Nadine terlihat kecut enggak ada manis-manisnya. Nadine merotasi kedua netranya tanda jengah akan sikap Kai yang mulai protektif. “Kamu enggak ada kerjaan lain ya ? menungguku yang tidak suka ditunggu olehmu !” Ketus Nadine yang malah membuat Kai tersenyum. “Kamu sedang hamil Nadine, jangan marah-marah terus.” Kai mengingatkan Nadine yang bukannya membuat Nadine tenang, malah emosinya makin tajam. "Minggir ! aku bukan anak kecil. Mau aku hamil atau tidak, keadaan tidak akan berubah ! Kamu tidak boleh mengganggu hidupku !" Ketus Nadine pada Kai sambil berusaha mendorong Kai agar tidak menghalanginya yang hendak masuk ke dalam mobil. "Aku antar ya, enggak baik kamu pulang sendiri malam-malam, apalagi keadaanmu yang sedang hamil begini." Kai masih berusaha bertahan dan enggan pergi, tentu saja dengan alasan kehamilan Nadine. Bukan Nadine namanya kalau tidak bisa membuat Kai pergi. Dengan cepat Nadine membuka high heels nya dan hendak melempar Kai yang tidak kalah cepat juga menahan tangan Nadine. "Kamu kalau galak kelihatan makin cantik," goda Kai yang membuat Nadine berlagak seperti mau muntah. "Kamu mual ? Mau makan apa biar mualnya hilang ?" Tanya Kai terlihat khawatir dan Nadine tentu saja hampir saja tertawa melihat wajah polos dan juga Khawatir yang ditunjukkan oleh Kai. "Mau makan kamu ! Aku potong-potong terus aku jadiin sate, terus dikasih bumbu kacang pedas !" Nadine berbicara ketus yang ditanggapi senyum oleh Kai. "Hmm ... dagingku alot, kalau kamu mau, aku ajak makan sate di tempat langgananku. Rasanya maknyuss banget," ucap Kai menirukan perkataan para pakar kuliner. Bukannya tertawa, Nadine malah menarik tangannya dari cekalan Kai dan kembali memakai sepatunya. "Sudahlah, jangan seperti anak kecil, pergilah. Aku lebih nyaman tanpa kamu." Nadine menatap tajam ke arah Kai yang malah menggelengkan kepala. "Ayo aku antar pulang, jangan keras kepala begini." Kai masih berusaha membujuk Nadine. Sebenarnya apa yang dilakukan Kai karena ia ingin Nadine selalu merasa terlindungi dan juga selalu merasa nyaman di masa kehamilannya. Kai membeli beberapa buku tentang kehamilan dan juga sering mencari tahu bagaimana suasana hati ibu hamil. Walau Nadine terlihat kesal, tapi Kai yakin itu tidak akan bertahan lama, asalkan ia mau berusaha lebih keras lagi mendapatkan hati wanita keras kepala yang sedang mengandung darah dagingnya. Nadine menatap kesal ke arah Kai, lalu mengangguk pada akhirnya. Percuma saja ia menolak Kai yang pasti akan terus memaksa. Kai bukan Pria yang mudah dibujuk. Kai tersenyum lalu meminta kunci mobil pada Nadine. Setelah itu ia membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Nadine untuk masuk. Sambil menatap kesal ke arah Kai, Nadine segera masuk ke dalam mobil. Begitu juga Kai segera masuk begitu Nadine sudah duduk tenang. “Kita makan dulu ya,” ucap Kai yang dibalas gelengan Nadine. “Aku tidak lapar, apalagi makan sambil melihatmu, selera makanku langsung hilang,”ucap Nadine dengan ketus yang dibalas anggukan Kai. “Baiklah, tapi kita mampir sebentar ke coffe shop ya, aku hendak mengambil catatan pentingku yang ketinggalan,” ucap Kai yang dibalas Nadine dengan mengangkat bahu sambil menatap keluar jendela mobil. Percuma saja bicara panjang lebar pada Kai yang ternyata lebih keras kepala. Mobil melaju pelan meninggalkan gedung kantor yang mulai sepi. Tidak berapa lama, mobil tiba di depan Coffe shop, Kai keluar, tapi sebelumnya ia meminta Nadine agar menunggunya sebentar. Saat melihat Kai sudah masuk ke dalam, bukannya menunggu di dalam mobil, Nadine malah keluar lalu ikut masuk ke dalam. Harum roti dengan rasa kopi membuatnya ingin sedikit mencicipi. Kai yang buru-buru karena takut Nadine menunggu menghentikan langkahnya hendak keluar dari Coffe shop saat melihat Nadine sedang memesan makanan. Begitu selesai memesan, Nadine melangkah ke Rooftop, tempat yang ia sukai dengan view  malam penuh bintang sambil menyesap carebian nut hangat dan juga roti rasa kopi yang saat ini membuatnya menelan ludah berkali-kali. Kai mendekati barista yang hendak membuatkan pesanan Nadine. Ia meminta pesanan Nadine dan membuatkannya sendiri dengan takaran yang pas, karena Nadine saat ini tengah hamil. Jadi ia sedikit mengurangi kopi dalam minuman pesanan Nadine. Kai juga yang membawakan pesanan Nadine menuju Rooftoop. Tampak Nadine terlihat nyaman menikmati suasana malam sehingga tidak menyadari Kai sudah berdiri di sampingnya dan menghidangkan pesanannya. “Kenapa kamu ?” tanya Nadine ketus setelah menyadari jika Kai yang membawakan pesanannya. Kai hanya tersenyum simpul dan mempersilahkan Nadine untuk mencicipi pesanannya. Karena malas berdebat lagi, akhirnya Nadine mencicipi carebian nut nya yang terasa lain, tapi tetap terasa nyaman di lidahnya. Mungkin variasi baru, batin Nadine sambil menyesap minumannya dan tidak memperdulikan Kai yang duduk di hadapannya. Tidak ada pembicaraan diantara keduanya, karena Nadine malas bicara, apalagi suara penyanyi mengcover into your arms milik Ava Max membuatnya tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kai senang melihat Nadine menikmati suasana di Coffe shop miliknya. Ia juga tidak ingin bertanya apapun karena melihat Nadine terlihat nyaman rasanya lebih menyenangkan. “Kamu kesambet ya, dari tadi menatapku terus sambil senyum-senyum sendiri,” ucap Ketus Nadine setelah beberapa saat mereka berdua larut dalam suasana hati masing-masing. “kamu terlihat cantik, apalagi saat marah,” ucap Kai tulus yang membuat Nadine memainkan keduanya netranya tanda jengah. Sedari tadi, Kai terus saja mengatakannya cantik. “Gombalan basi ! pasti ucapan manismu itu sering kamu katakan pada semua wanita yang pernah menghangatkan ranjangmu !” Nadine berbicara dengan ketus yang membuat Kai menggeleng kuat. “Hanya kamu, tidak yang lain,” ucap Kai dengan jujur tapi terdengar seperti sebuah kebohongan di telinga Nadine. Baginya, laki-laki seperti Kai penuh dengan ucapan manis hanya di mulut saja tapi tidak sampai ke dalam hati. “Simpan kebohonganmu untuk wanita lain, karena aku tidak suka kata-kata manis itu dari bibirmu. Aku membencimu, semenjak malam itu hingga sekarang dan sampai nanti,” ucap Nadine dengan tegas yang membuat hati Kai sangat terluka. Tapi Kai berusaha tersenyum. Kai menarik nafas sejenak. “ Sabar Kai, dia sedang hamil, emosinya pasti naik turun,” gumam Kai di dalam hati sambil menatap Nadine yang juga membalas dengan tatapan tajam. Apa yang ia katakan adalah benar adanya. Kai tidak pernah mengucapkan kamu cantik walau pada Ruby sekalipun karena ia tidak begitu pintar mengucapkan kata romantis. Ia dulu memang mencintai Ruby dengan sangat tulus, tapi tidak pernah mengucapkan kata itu pada Ruby yang hanya memanfaatkan kehadirannya tanpa ia sadari. Dan saat ini, hatinya benar-benar mati untuk kembali mencintai Ruby. Tapi ia tidak bisa melepaskan Ruby terluka, atau Nadine akan berada dalam bahaya, karena Kai sangat tahu bagaimana seorang Ruby. Dan semua wanita yang pernah menghangatkan ranjangnya, hanya datang dan pergi tanpa perlu ada kalimat romantis dari bibirnya. Entah mengapa kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya untuk Nadine, yang memang terlihat cantik dan sempurna di matanya. “Kamu boleh membenciku berkali-kali, dan juga tidak mempercayai setiap perkataanku. Tapi aku akan selalu menyayangimu, dan juga anak kita yang ada dalam kandunganmu,” ucap Kai lembut yang malah membuat Nadine makin kesal. Kesal karena Kai tidak membalas kekasarannya dengan amarah. Setelah minuman dan juga makanan pesanannya habis, Nadine lalu berjalan turun ke bawah dan keluar dari Coffe shop tanpa menuju meja kasir. Dompetnya tertinggal di dalam mobil, selain itu Coffe shop ini milik Kai, jadi ia malas berdebat jika kasir menolak pembayaran darinya. Mobil meninggalkan pelataran Coffe shop setelah Kai dan Nadine masuk ke dalam. Tidak ada yang berbicara, karena saat ini terlihat Nadine memejamkan mata dengan tenang. Setelah beberapa saat mengemudi, akhirnya mobil tiba di depan rumah Nadine. Setelah satpam membukakan gerbang, Kai segera membangunkan Nadine yang tertidur dengan menggoyang pelan bahu wanita yang sedang hamil muda itu. Tapi Nadine terlihat tidak terganggu. Akhirnya Kai, meminta izin pada satpam untuk memarkirkan mobilnya dan membawa Nadine masuk ke dalam. Setelah memarkir mobil, Kai segera turun dan menggendong Nadine yang tertidur dengan pulas. Ia terlihat sangat capek. Kai membawa Nadine masuk ke dalam rumah, setelah bibik, asisten rumah tangga keluarga Nadine membukakan pintu rumah dan menunjukkan kamar Nadine. Ia membaringkan Nadine di ranjang, membuka sepatu wanita yang dipujinya cantik itu, lalu menyelimuti Nadine dengan pelan. Kai menatap Nadine sebelum beranjak pergi. Entah dorongan darimana, tiba-tiba ia mencium kening Nadine yang malah membuat Nadine membuka mata kali ini dan pelan mendorong badan Kai. “Kamu ngapain ?” tanya Nadine dengan ketus seperti biasa sambil netranya memandang sekeliling, dan menyadari jika ia sudah berada di kamar. “kamu tertidur tadi, ya sudah ... aku pulang dulu. Sampai jumpa besok ya,” ucap Kai yang tidak dibalas Nadine. Kai lalu melangkah keluar kamar Nadine dan berpamitan pada asisten rumah tangga Nadine yang menunggu di luar. Tanpa Kai sadari rupanya Nadine berdiri di balkon menatap kepergian Kai. “Dasar keras kepala,” gumam Nadine sambil tersenyum menatap Kai yang melangkah ke gerbang dan seperti terpanggil, Kai membalikkan badannya menatap ke atas balkon tempat Nadine berdiri. Pandangan mereka bertemu, Kai tersenyum manis sambil melambaikan tangannya, tapi tidak berlangsung lama, karena Nadine segera masuk ke dalam. Kai tersenyum melihatnya, lalu membalikkan badannya lagi dan berjalan keluar gerbang. Menaiki ojol yang sudah dipesannya tadi saat berada di coffe shop untuk kembali ke kantor Devan mengambil mobilnya. ******** Kiss jauh dari author ....  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD