Kecewa yang dalam 2

1804 Words

Setelah bicara dengan Amira, Halim menemui Kaflin di ruang kerjanya. Masih ada Daddy Kai bersamanya. Ketika Halim mengetuk pintu, masuk, keduanya berhenti bicara. Kaflin langsung menatap lekat putranya, “boleh aku masuk, Ayah, Dad?” Kaivan mengangguk, mewakili, “masuk. Kamu dan ayahmu memang harus bicara berdua.” Kaivan hendak berdiri, tapi Kaflin melarang kakaknya, “tetap di sini, Kai.” “Baiklah.” Kai duduk dengan tenang. Halim melangkah, mengambil duduk tepat di seberang ayahnya. Lalu ia tatap lekat-lekat mata ayahnya yang menyorot kecewa. “Aku menjelaskan sejelas-jelasnya, yah.” “Kenapa? Berikan Ayah alasan, mengapa kamu melakukan ini Halim?” “Aku sudah katakan—” “Selain mencoba jadi pahlawan, melindungi Kikan dan anaknya, apa alasan lainnya?” Kai tetap diam, dari ca

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD