Part 1

1425 Words
Suara derap langkah kaki memenuhi sebuah mansion mewah yang berada di pinggiran kota London. Para maid yang memakai baju seragam berhamburan berlarian tak keruan. Terlihat ada yang membersihkan lantai marmer yang mengkilat, membersihkan kursi, tangga bahkan para bodyguard terlihat sibuk memeriksa ulang keamanan yang ada didalam dan luar mansion. Entah tamu agung mana yang akan datang, atau si pemilik rumah yang memang seorang yang gila kebersihan. “Teeett...teeett....teeeett.” Bunyi alaram tanda bahwa dalam waktu 5 menit semua orang harus pergi dari mansion itu. Dilarang bagi manusia untuk tetap berada di mansion itu. Setelah peringatan alaram yang berbunyi para maid dan bodyguard yang selesai bertugas berhambur pergi dari dalam dan luar mansion, tidak seorang pun diizinkn untuk berada di sekitaran mansion. Entah aturan apa dan untuk apa. Tak ada seorang pun yang berani bertanya. Mereka hanya diizinkan untuk bekerja tanpa banyak bertanya. Tentu saja mereka yang bekerja disana menyetujui peraturan yang tak wajar itu demi gajih yang jauh dari rata-rata. Bagus juga untuk mereka tak bertemu si penghuni mansion, dengan begitu akan mengurangi resiko kesalahan saat mereka bertemu dengan si pemilik. Seorang gadis berkaca mata hitam dengan rambut panjang menjuntai indah hampir menutupi wajahnya dibalik jaket hoodi hitam melangkahkan kakinya perlahan masuk ke mansion dengan seorang asisten merangkap bodyguard wanita yang nampak mengikutinya dari belakang. Sang asisten tak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Gadis cantik bermuka Asia itu sangat cantik walau hanya memakai celana jeans berlabel escada melekat pas membuat lekukan kakinya terlihat indah, tubuhnya nampak tenggelam karena memakai sweater over size, sepatu kets putihnya melangkah indah diatas marmer berkilauan. “Nona, kamar anda berada dilantai 2. Mari silahkan.” Ucap sang asisten menuntun sang majikan menaiki tangga yang memiliki 2 jalur tangga berputar. Sang gadis hanya diam dan mengikut sang asisten menaiki tangga. “Semua keperluan anda telah disiapkan didalam. Jika anda membutuhkan sesuatu silahkan hubungi saya, saya berada diluar kamar anda.” Ucap sang asisten Kelly, Kelly kembali berbalik namun Nona mudanya sudah masuk kedalam kamar yang kemudian mengunci pintu dari dalam. Kelly hanya menatap pintu kamar dan menghela nafasnya pelan. Nona mudanya, meski sejak remaja Kelly sudah menemani kemanapun Nona mudanya pergi tetap saja Nona mudanya tak pernah mau berbagi apapun dan membuka dirinya. Huft... Kelly berbalik menuju sebuah sofa panjang didepan kamar nona mudanya lalu membuka semua keperluannya didalam tas untuk sekedar melihat jadwal dan keperluan lain Nona mudanya. Kelly telah bekerja di keluarga Goulding selama 12 tahun semenjak dirinya lulus kuliah. Awalnya, Kelly berfikir mungkin pekerjaannya tidak akan sesulit para pejabat tinggi perusahaan, namun bekerja dengan Nona muda yang mempunyai kelainan lebih sulit dari pada mengurus para petinggi perusahaan atau para pejabat negara. Ketika ia melamar sebagai assisten pribadi Nona muda, Kelly berfikir mungkin Nona muda itu hanya gadis manja yang tidak mau melakukan pekerjaan ringan sendiri namun Kelly dihadapkan dengan surat perjanjian tertulis untuk selalu menjaga Nona mudanya apapun yang terjadi, menyiapkan segala keperluannya, dan selalu menghindarkan Nona mudanya dari publik terutama dari banyaknya kerumunan dan klatan cahaya yang menyorot langsung mata nona mudanya. Semula Kelly berfikir Nona mudanya bisa berinteraksi secara perlahan dengan orang lain namun keteledoran Kelly membuat Nona mudanya histeris saat pertemuannya dengan salah satu klien, bahkan sempat kehilangan kesadaran. Saat itu, Kelly melihat Nona mudanya begitu bergetar di seluruh tubuhnya, dan berkeringat dingin. Beberapa saat Nona mudanya bahkan kehilangan kesadaran saat terkena kilatan kamera yang begitu terang. Setelahnya, Kelly diberi sanksi tegas dari keluarga Goulding karena ketidakmampuannya menjaga nona mudanya. Kelly tak pernah lagi mau mengulang kesalahannya yang hampir membuat Nona mudanya celaka. Kesalahan pertama dan juga kesalahannya yang terakhir. Seiring waktu dan kebersamaannya bersama nona mudanya selama bertahun-tahun ini, ia menjaga nona mudanya dengan baik. Ia bahkan amat sangat menjaga nona mudanya dengan begitu protektif melebihi menjaga dirinya sendiri.   ***   Setelah menutup pintu dibelakangnya, gadis itu membuka kaca mata hitam yang dipakai dan terasa begitu semakin gelap saat ia juga harus menundukkan wajahnya karena takut ada orang lain disekitar rumah itu. ia juga membuka hoodi hitam yang sangat ingin ia lepas sedari tadi. Panas, pikirnya. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang terpisah ruang dengan kamarnya yang berada tepat beberapa langkah dari samping kiri pintu masuk kamarnya. Baru saja ia selesai menaruh beberapa barang bawaannya dan membuka hoodi yang ia pakai matanya seketika membulat melihat sesosok manusia asing yang berdiri tepat dihadapannya tengah meraba-raba tirai kamar yang seolah sedang memeriksa sesuatu yang tak tahu apa. Dadanya begitu bergemuruh dan kakiknya serasa mati rasa tak bisa bergerak. Hailee nama gadis muda itu, hanya mampu menatap punggung tegap lelaki yang ada dihadapannya, entah lelaki ini tahu ada orang yang masuk atau ia pura-pura tak mendengar. Siapa sebenarnya lelaki ini, apa yang ia lakukan di kamar yang seharusnya menjadi tempat terlarang untuk dimasuki di rumah ini. Hailee mendapatkan kesadarannya dengan sekujur tubuh yang bergetar dan keringat dingin membanjiri sekujur tubuhnya. Hailee melangkahkan kakinya mundur satu langkah sebelum sebuah suara bariton nan terdengar tegas itu menginterupsi Hailee yang hampir kehilangan kesadarannya. Mata indahnya mengerjap berusaha untuk membuat dirinya tetap dalam kesadaran yang penuh. Ia hampir tidak bisa lagi menopang tubuhnya yang semakin lemas. “Tidak perlu takut, aku disini hanya memeriksa keadaan kamar anda.” Ucapnya tanpa membalikkan badan dan terus memeriksa keadaan didalam kamar. Kemudian setelah merasa puas dengan keamanan yang sudah selesai ia periksa, ia berbalik dengan menampilkan senyuman tipis yang sialnya terlihat menggoda dimata Hailee yang setengah sadar. “Selamat datang nona! Perkenalkan, saya Jeffry yang akan menjadi bodyguard anda mulai saat ini. Saya kemari untuk memeriksa keadaan kamar anda. Maaf, bila saya lancang, ini demi keamanan dan kenyamanan anda.” Selanjutnya, lelaki yang diketahui bernama Jeffry itu menundukkan kepalanya dan berlalu pergi meninggalkan Hailee yang hanya mematung ditempat tanpa menjawab atau merespon yang dikatakannya sebagai bodyguard barunya. Setelah kepergian lelaki yang baru diketahuinya adalah bodyguard pribadinya, Hailee luruh di lantai dengan keadaan tubuh yang terasa semakin lemas, seperti kaki yang tak menapak pada tempatnya. Hailee bernafas dengan nafas putus-putus dan menekan dadanya agar bisa berdetak dengan tenang seperti semula. Dering ponsel dari dalam tas gendong yang ia bawa sedari tadi berbunyi nyaring dengan alunan lagu dari Angelina Aguilera yang berjudul Hurt. “Ha..hallo, Ayah.” Jawab Hailee dengan suara terbata asih menahan sesak di dadanya. Dari sebrang telepon, Hailee mendengar suara khawatir dari ayahnya yang mendengar suara putrinya menjawab dengan suara terbata. “Hallo, Princess. Are you okay darling?” tanya sang ayah terdengar khawatir. Beberapa saat, sang ayah tak mendengar jawaban apapun dari putrinya satu-satunya. Ia semakin dibuat khawatir dengan keadaan yang mungkin saja buruk. Rasanya, ia ingin lari dan melihat sendiri bagaimana putri satu-satunya itu sekarang. “Ya, Ayah.” Jawaban singkat dari putrinya membuat nafasnya kembali normal kembali setelah detakan jantung yang serasa bak dentuman keras di dadanya. Sang ayah menghembuskan nafasnya lega mendengar putrinya yang kini sudah terdengar baik-baik saja. “Syukurlah. Aku sangat mengkhawatirkanmu princess. Kemana Kelly?” “Dia di luar.” Hailee bangun dari duduknya dan beranjak untuk melihat jendela yang sejak tadi pria itu lihat. Entah apa yang dilakukan pria itu disini. Dia hanya asal berbicara atau memang sedang memeriksa keadaan, ia tak tahu pasti. “Darling, bagaimana mansionnya? Apa kau suka Princess? Apa ada masalah?” Meski putrinya sudah mengatakan bahwa ia baik-baik saja, ia masih ingin memastikan keadaan putrinya agar selalu dalam keadaan baik mengingat kelainan yang ia miliki. “Ya, Ayah. Hanya sedikit gangguan.” jawabnya dengan masih melihat-lihat kamar yang akan ditempatinya mulai saat ini. “Apa semuanya sudah sesuai dengan apa yang kau inginkan Princess?” “Ya, Ayah.” “Princess, ada apa nak? Apa masih ada yang mengganggumu? Kau masih tidak terdengar baik-baik saja.” ia masih mendengar nada suara anaknya yang terdengar sedikit bergetar, entah karena hal apa. “Ayah, apa Ayah mempekerjakan seorang bodyguard untukku?” Hailee ingin memastikan bahwa orang itu memang suruhan dari ayahnya. Ia masih merasa ragu bahwa ayahnya memerintahkan seorang bodyguard tanpa persetujuan apa-apa darinya. “Ya, tentu saja Princess. Keamananmu yang terpenting.” Jawab sang ayah polos. Ia tahu keputusannya ini pasti akan membuat putri satu-satunya ini merasa terganggu karena harus mendapatkan pengawalan dari orang baru selain Kelly. “Kenapa Ayah tidak mengatakannya padaku?” Hailee sangat tidak suka dengan adanya perubahan yag terlalu mendadak seperti apa yang dilakukan oleh ayahnya sekarang. “Maaf, Princess?! Ayah tidak sempat mengatakannya padamu, tapi Ayah sudah mengatakannya pada asisstenmu. Apa dia tidak mengatakan apa-apa?” “Kelly tak mengatakan apapun.” Sejak dulu ia memang tidak terlalu menyukai Kelly yang terlalu ikut campur dalam segala hal yang harus ia lakukan dan tidak ia lakukan, namun ia memang mengakui bahwa ia membutuhkan bantuan dari asistennya itu. “Sudahlah. Mungkin dia lupa. Untuk bodyguard itu. kau tenang saja princess, dia sangat handal dan bisa dipercaya, anggaplah dia asissten keduamu.” “Tapi Ayah...” Belum sempat Hailee mengatakan apa yang ingin disampaikannya, ayahnya terlebih dahulu memotong pembicaraannya secara sepihak. “Maaf, Princess. Ayah ada rapat dan harus segera pergi, nanti kita bicara lagi.” Setelah ayahnya mengatakan itu, ia langsung menutup panggilannya. “Selalu saja semaunya sendiri.” bisiknya menatap nanar ponsel yang masih ia pegang dengan tatapan penuh harap. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD