Narumi menatap lekat ke arah sang sepupu. “Bocah itu pilihan si kakek? Seirus! Kok kakeknya bego, milih orang miskin yatim-piatu. Ngekos aja di kost murahan…” tanya Narumi merasa heran.
“Entah itu atau bukan wanitanya, yang jelas, beberapa minggu setelah kami putus, Demian memang sudah pacaran dengan gadis itu. Dia mempeprkenalkan gadis itu, ketika aku mengunjungi kantornya setelah dia melihatku tidur dengan temennya…”
“Lagian, kamu juga kenapa sih, Kak? Tidur kudu sama temen-temen dia? Kan kesannya rendahan banget kalau pas mereka ngumpul. Mereka pasti gibahin kamu…” geram Narumi lagi kepada sang sepupu yang terlalu sembrono. “Minimal kaya aku dong, acak. Ada dosen, ada temen kampus, ada orang luar. Dan lain-lain, mereka gak saling kenal dan gak akna mungkin bicarain aku, setidaknya nam
