Hari mulai gelap, di sebuah ruangan dekan fakultas hukum. Terlihat sang dekan mengunci pintu ruangan miliknya. Dia menarik tangan sang keponakan dengan erat. “Kamu marah, ya, sama Om?” Tanyanya dengan nada rendah. Rosi masih terdiam dan tak bergeming, hanya tangannya yang berusaha dia lepas dari pria yang menjadi suami tante nya. “Kok diem aja, kenapa sih kamu, Sayang? Jangan nyiksa om begini, dong. Om gak mau loh kamu ngambek sama om trus kamu gak makan dan nyiksa diri gitu? Coba kasih tahu om, salahnya dimana? Jadi, bisa om perbaiki…” ucapnya dengan nada tenang dan menatap lekat ke wajah sang keponakan dengan tangan yang memegangi baju keponakannya. “Hmm…jangan diem aja, Sayang…” Rosi memalingkan wajahnya ke samping. “Siapa juga yang marah? Aku emang punya hak buat marah? Enggak-kan?

