Part 01 - Mi

579 Words
Namanya Mi. Nama panjangnya Ilmi. Dia adalah seorang anak laki-laki yang sekarang sedang duduk di kelas 1 SMA. Tak ada yang istimewa tentang dirinya. Dia terlahir dari keluarga sederhana di sebuah desa nun jauh di pelosok pegunungan sana. Bapaknya seorang petani dan Ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga biasa, sama sekali tak ada yang istimewa dengan keluarga mereka. Mi memiliki seorang adik perempuan yang bernama Nur. Dia berusia lebih muda tiga tahun dibandingkan Mi dan saat ini masih duduk di kelas 1 SMP. Kehidupan Mi dan keluarganya berjalan baik-baik saja dan bahagia meskipun sederhana. Mi tumbuh menjadi remaja yang baik dan rajin. Dia suka membantu orang tuanya dan menjadi kakak yang baik bagi adik perempuannya. Dia tak pernah berpikiran aneh-aneh karena memang itu semua tak ada di kampungnya. Mi dan rekan-rekan seusianya hanya bersekolah di pagi hari, membantu keluarga bekerja di sawah sore harinya, lalu menghabiskan waktu untuk mengaji di Surau pada malam hari. Bapak Mi seorang anak tunggal, sedangkan Ibunya mempunyai satu saudara kandung yang lebih muda. Tak seperti Kakak perempuannya, Paman Mi lebih memilih untuk merantau dan mengadu nasib di kota. Mungkin karena kerja kerasnya, Paman Mi dianggap sukses menjadi 'orang' di kota untuk ukuran kampung mereka. Mi mungkin bangga dengan Pamannya, tapi dia tak pernah merasa iri dengan semua yang Pamannya miliki. Dia merasa cukup dengan apa yang dia miliki sekarang dan sama sekali tak mengeluh dengan cara hidup yang sederhana. Hingga akhirnya takdir hidup mengubah nasib Mi dan keluarganya. Bapak Mi terkena penyakit yang tidak diketahui secara tiba-tiba. Ibu tentu saja berikhtiar untuk kesembuhan sang suami yang menjadi tulang punggung bagi keluarga mereka. Usaha demi usaha mereka coba, tapi hasil tak kunjung datang di depan mata. Sawah pun mulai dijual sedikit demi sedikit untuk menutupi biaya pengobatan sang Kepala Keluarga. Hingga akhirnya, Bapak dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Mi tentu saja kecewa dan sedih. Dia tak pernah berharap banyak dan cukup bahagia dengan kehidupan sederhana yang selama ini mereka jalani, namun apakah itu terlalu berlebihan untuk dia nikmati? Sejak saat itu, kondisi keluarga Mi mulai terpuruk. Hilangnya sang kepala keluarga yang menjadi tumpuan ekonomi keluarga mereka dan juga sawah yang selama ini menjadi ladang penghidupan menjadi penyebab terbesar keterpurukan ekonomi keluarga mereka. Sedikit demi sedikit, Ibu Mi harus berhutang demi menghidupi keluarganya. Sawah peninggalan yang tinggal tak seberapa juga diserahkan ke orang lain untuk dikelola karena tak ada lagi yang bisa mengolahnya. Kehidupan sederhana Mi kini berubah menjadi serba kekurangan. Hingga akhirnya Mi memutuskan untuk keluar dari sekolah dan membantu meringankan beban Ibunya. Karena Mi merasa kalau dialah laki-laki satunya dalam keluarga dan dialah yang harus menjadi tumpuan keluarga pengganti sang Bapak. Di saat keluarga Mi sedang berada dalam titik terendah mereka, datanglah penyelamat yang tak disangka-sangka. Paman Mi, adek laki-laki Ibu Mi, Om Mustakim, yang sering dipanggil Om Tatak, datang mengulurkan tangannya. Betapa senangnya hati Ibu dan Mi waktu itu. Om Tatak bersedia melunasi semua hutang Kakak kandungnya dan bahkan berjanji akan membantu ekonomi keluarga Mi sampai Mi dewasa dan bisa menghidupi mereka. Om Tatak juga menawarkan kepada Mi untuk ikut bersamanya dan bersekolah di kota, karena peluang untuk mengubah nasib jauh lebih besar di kota daripada di tempat ini. Mi meminta petunjuk Ibundanya dan ketika dia mendapatkan restu dari beliau, Mi akhirnya memutuskan untuk mengikuti Pamannya ke kota, mencoba untuk mengubah nasibnya demi Ibu dan Adiknya tercinta. Mi tidak tahu dan tak akan pernah menyangka kalau keputusannya saat ini akan membawanya kepada kehidupan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, bahkan dalam mimpi sekalipun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD