“Saya mau yang itu?” Kamarudin menangkap jari telunjuk Anya, “no! Acara lamaran, Anya. Itu jelas terlalu terbuka!” Ucapnya tidak suka. Pakaian yang Anya inginkan terbalut pada sebuah manekin. Potongan dadanya yang rendah mungkin akan terlihat bagus— tentunya jika mereka hanya berdua di dalam kamar tanpa mata-mata lain yang menyaksikannya. “Kolot banget Bapak Dosen yang satu ini,” cibir Anya tak dipedulikan Kamarudin. “Pilih yang normal-normal saja, nanti Ibu saya kena serangan jantung!” “Malah bagus dong. Lamarannya bisa ditunda..” Tak! Anya meringis. Selain menyebalkan, dosen kampretnya ternyata suka main tangan. Kepalanya yang suci, baru saja dijitak. “Saya mau lihat gaun yang pantas untuk dikenakan pada acara keluarga, yang simpel saja, dan tentunya sopan.” Pinta Kamarudin kepada