010 - SUMMER RAIN IN SHANGHAI

2126 Words
SRIS.010 HATIKU HANCUR TAK BERSISA DALIA HAN Helena Huang hanya diam tanpa menanggapi ucapanku. Ia terlihat tidak begitu bersemangat, bahkan ada kebencian yang sedang ia tutupi saat berhadapan denganku. Namun melihat ekspresinya yang begitu datar melihat kedatanfanku, membuatku kesal. Sehingga aku yang ingin ia kembali marah besar, ingin memanasinya. Aku menatap dalam dirinya yang begitu rendah di mataku. Sambil memainkan jari manisku yang dihiasi oleh cincin berlian aku berkata, "Aku sudah menduga, kamu yang sangat mencintai Aland akan mendatangi kantornya, karena ia terlalu sibuk bekerja hingga tidak ada waktu untukmu. Aku juga sudah menduga, wanita yang naif dan begitu tenang sepertimu akan melakukan hal yang melampaui batas saat marah. Seperti... mencelakaiku dan juga Aland. Heheheh..." Helena Huang yang berdiri di hadapanku masih diam tanpa berkata apa-apa. Meski ia hanya diam tanpa kata, tatapannya terhadapku sangat penuh penilaian. Aku tidak tahu pasti apa yang sedang ia pikirkan tentangku yang merupakan rival cintanya. Untuk memancing kemarahannya, aku pun kembali bersuara, "Helena, terima kasih telah melakukan semuanya untukku. Semua yang telah terjadi adalah hal yang sangat aku inginkan. Sekarang kamu telah di penjara, sedangkan Aland kini bersamaku. Bukankah itu adalah hasil yang sangat pantas untuk diriku yang telah mengangkat derajatmu?" "Mengangkat derajatku? Maksudmu?" Helena Huang akhirnya bersuara setelah cukup lama diam. Melihat ekspresi datar Helena Huang yang berubah menjadi kaku, membuatku tertawa puas. Aku tidak hanya menertawakan ekspresi wajahnya yang seperti orang bodoh. Tapi aku juga menertawakannya yang tidak tahu apa-apa tentang semua yang telah dilakukan oleh Aland Bai di belakangnya. Setelah tertawa lepas cukup lama, aku yang merasa lelah berdiri melangkah menuju kursi yang tidak jauh dari posisiku berdiri sebelumnya. Sambil bergerak turun untuk duduk aku berkata, "Helena, apakah kamu tidak sadar bahwa apa yang kamu miliki selama ini berasal dariku? Apakah kamu tidak sadar bahwa semua fasilitas yang kamu nikmati selama ini atas kemurahan hatiku? Jika bukan karenaku, kamu bukanlah siapa-siapa Helena." Helena Huang masih tetap diam tanpa kata. Dari raut wajahnya yang menatapku, sangat terlihat bahwa saat ini ia merasa sangat kecewa. Tidak, ia tidak hanya terlihat kecewa. Lebih tepatnya ia terlihat patah hati karena baru mengetahui semua yang selama ini tidak ia ketahui. Kemudian aku tersenyum miring padanya dan bertanya, "Bagaimana? Apa kamu merasa kaget?" "Kamu tahu bahwa aku akan melukai kalian, tapi kamu masih saja memilih langkah berbahaya. Bahkan kamu dengan beraninya merelakan dirimu dan kandunganmu sendiri dicelakai hanya untuk membuatku dan Aland berpisah. Apakah sebegitunya dirimu mengemis cinta?" Medengar ucapan Helena Huang membuatku kembali tertawa dan berkata, "Ternyata kamu tidak terlalu bodoh, Helena. Jika aku tidak mencelakai diriku sendiri, pastinya Aland masih ragu untuk menceraikanmu. Demi hubunganku dengan Aland dan juga bayiku, aku harus membahayakan diriku sendiri. Dan apa yang telah aku lakukan itu berujung dengan kebaikan untukku. Bukankah sekarang kamu telah bercerai dengan Aland? Dengan dirinya yang telah menceraikanmu, kamu kehilangan segalanya." Aku tersenyum tipis sejenak kepada Helena Huang yang terdiam menatapku. Kemudian aku kembali berkata, "Apakah kamu tahu? Rasanya sangat lama bagiku menunggu moment ini. 2 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk bersabar, Helena. Awalnya Aland merasa sangat bersalah padamu karena telah membohongimu. Namun sekarang kamulah yang membuatnya jatuh ke pelukanku. Jadi aku harus kembali berterima kasih padamu. Terima kasih telah membuat keluargaku utuh, Helena." Helena Huang menatapku dengan mata memerah dan tubuh yang gemetar. Dengan perasaan puas aku berkata, "Helena, aku dan Aland akan segera meresmikan pernikahan kami. Mulai saat ini aku, Aland dan putra kami Dylan akan hidup bahagia. Kamu dan Aland tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Dan semua barang-barang yang selama ini kamu pakai telah disimpan. Semua barang-barangmu itu hanya membuat penglihatanku menjadi kotor. Jadi aku telah memberikannya kepada orang yang tidak mampu. Hehehe..." **** HELENA HUANG Beberapa bulan melewati hari yang tidak menyenangkan di dalam penjara, memang terasa begitu lama. Namun tidak bagiku yang melewatinya dengan perasaan hampa. Hari terasa begitu singkat, namun penganiayaan terhadapku tak kunjung berakhir. Seperti yang aku alami siang ini sebelum jadwal makan siang datang. Para tahanan wanita yang tidak menyukaiku, masih saja menganiayaku dengan berbagai hal yang menyakitkan tubuhku. Sehingga darah segar pun mengalir di tubuh bagian bawahku saat kedua tanganku di tahan oleh beberapa orang tahanan wanita. Saat beberapa orang tahanan wanita yang tidak menyukaiku tengah menganiayaku, pengawas yang sedang bertugas melihat semua kejadian itu. Namun tidak ada seorang pun di antara mereka yang peduli padaku, apalagi menghentikan mereka yang telah menyakitiku. Ini bukan pertama kalinya pengawas yang bertugas mengabaikan penganiayaan yang terjadi di dalam penjara. Bahkan kepala pengawas yang juga melihat penganiayaan terhadapku tersenyum angkuh dan dingin terhadapku. Aku yang melihat keangkuhannya di dalam hati bertanya, apakah tidak ada lagi rasa manusiawi di penjara ini? Tubuh bagian bawahku terasa semakin basah dan rasa sakit di bagian perutku kian mendera seolah tidak bisa aku tahan lagi, salah seorang tahanan wanita yang ada di sekitarku berteriak, "Darah... Darah... Ada darah di lantai. Lihatlah! Tubuh bagain bawah Helena mengeluarkan darah." Setelah salah seorang tahanan itu berteriak, darah mengalir semakin deras di kakiku hingga membasahi lantai. Bahkan aku bisa mendengar jelas suara tetesan darah segar itu menyentuh lantai ruang tahanan dimana aku sedang diperlakukan buruk. Membuat para tahan yang tengah menganiayaku terlihat begitu panik. Dan saat pandanganku mulai buram dan sebelum aku tak sadarkan diri, samar-samar aku mendengar suara salah seorang dari mereka berkata, "Bagaimana ini? Kenapa tubuh bagian bawahnya berdarah? Jika Helena mati, bisa-bisa hukuman kita semakin bertambah." "Tidak ada yang perlu ditakutkan. Nyonya Dalia yang memerintahkan kita untuk melakukan semua ini. Pastinya ia telah menjamin keamanan kita. Bahkan semua pengawas yang ada di sini juga mengetahuinya. Sebelum kita dihukum lebih berat, pastinya mereka lah yang lebih dulu diadili. Karena mereka mengabaikan kita yang telah berbuat ini semua, pastinya mereka dianggap lalai dalam tugas. Jadi kita tidak perlu terlalu khawatir. Bukankah sebelum kita masuk ke penjara ini kita sudah biasa melakukan hal buruk?" Mendengar pembicaraan mereka yang terkesan sangat rahasia, membuatku kembali teringat pada ucapan Dalia Han terhadapku beberapa hari yang lalu. Ia tidak hanya membenciku karena menurutnya aku adalah pihak ketiga yang mengganggu hubungan mereka. Tapi ia juga ingin menghabisi nyawaku, setidaknya membuat hidupku menderita selama di penjara. Dalia Han benar-benar wanita ular yang sangat berbisa. *** Suasana ruangan yang tadinya terdengar hiruk pikuk saat aku dianiaya oleh para tahanan wanita yang membenciku, kini tiba-tiba berubah menjadi begitu tenang saat aku membuka mata. Aku yang baru saja tersadar dari tidurku, merasa sangat kaget karena melihat diriku sendiri yang tadinya sekarat, kini telah berada di dalam ruang inap dengan posisi berbaring. Selang infuse terpasang di salah satu tanganku. Dan perutku yang tadinya cukup besar, kini telah mengempis. Dalam waktu bersamaan aku teringat pada bayi yang ada di dalam kandunganku. Aku yang merasa penasaran dengan segera menoleh ke sekitar. Terlihat sebuah kereta bayi telah ada di samping tempat tidur pasien yang menjadi pertanda bahwa aku telah melahirkan seorang anak. Aku merasa sangat lega, karena diriku dan bayiku terselamatkan setelah mengalami pendarahan. Membuatku yang baru saja terbangun, dengan segera bangkit dari pembaringan dan duduk di atas tempat tidur untuk mencari keberadaan bayiku. Setelah aku duduk dengan baik di atas tempat tidur pasien, aku menatap wajah kecil bayiku yang kini tertidur lelap di dalam kereta bayi. Wajah kecilnya yang tanpa dosa itu terlihat sangat menarik, menjadi pengobat hatiku yang begitu hampa dan telah terluka terlalu dalam. Dan aku yang merasa penasaran dengan jenis kelaminnya, melirik pada sebuah papan yang ditempel dan di pajang pada salah satu sisi luar kereta bayi. Terlihat papan yang bertuliskan namaku, kolom nama bayi yang belum terisi, serta jenis kelaminnya yang bertuliskan 'laki-laki'. Aku yang kini sendirian di ruang inap pasien, terdiam dengan tubuh kaku menatap wajah putraku. Meski wajahnya sangat mirip dengan Aland Bai yang sangat aku benci, namun kehadirannya membuatku begitu bahagia. Rasa sedih yang aku tahan selama ini di dalam hatiku, kini sirna hanya dalam sekejap mata. Membuatku yang begitu bahagia dan menemukan kedamaian pada dirinya, memberinya dengan nama 'Noah'. Dalam bahasa Ibrani, Noah berarti damai, berumur panjang, dan penghibur. Seperti yang aku rasakan dari awal aku melihatnya. Disaat hatiku begitu kacau dan hampa, putraku memberikan kedamaian dalam hatiku. Selain itu ia juga menjadi penghibur diriku yang selalu di rundung duka. Karena aku sangat mencintainya sebagia buah hatiku, aku berharap agar ia berumur panjang yang akan menemaniku di masa tua nanti. Ya, itulah harapanku saat menatap wajah mungil putraku yang tampan yang aku beri nama Noah Huang. Saat aku memperhatikan wajah putraku Noah Huang yang tertidur lelap, aku teringat pada pengawas penjara yang tidak mengetahui kehamilanku. Dengan adanya hal buruk yang menimpaku, akhirnya mereka mengetahui kehamilanku yang selama ini aku tutupi. Karena yang mengetahui kehamilanku dari awal hanyalah dokter yang memeriksaku sebelum aku resmi dipenjara, serta beberapa orang polisi yang saat itu sedang bertugas menangani kasusku. Sedangkan pengawas penjara yang selama ini mengawasiku, jangankan mengetahui kehamilanku, mempedulikanku sebagai tahanan yang teraniaya pun tidak. Di balik rasa bahagiaku atas kelahiran Noah putraku, terselip rasa sakit yang begitu dalam di hatiku. Hatiku terasa sakit karena mengingat dan menyadari statusku yang saat ini adalah seorang tahanan atas kasus penganiayaan. Yang terpikir olehku kini adalah bagaimana caranya agar aku bisa menjaga dan membesarkan putraku sedangkan masa tahananku masih lama. Aku tidak mungkin membesarkannya di dalam penjara dengan rasa kemanusiaannya telah hilang. Dan itu tidak akan terjadi. Mungkinkah aku menitipkannya kepada Felly Fang atau kedua orang tuaku untuk mereka jaga dan mereka besarkan hingga aku bebas nanti? Ironisnya, saat aku masih berstatus sebagai istri Aland Bai dan hidup bahagia bersamanya, sulit bagi kami untuk mendapatkan keturunan. Kami berdua telah mencoba berbagai upaya, mencoba meminum berbagai obat, serta menggunakan semua jenis metode. Namun sekalipun tidak pernah mendapatkan hasil sesuai yang kami inginkan. Sedangkan disaat aku dan Aland Bai telah resmi berpisah dan aku masuk penjara, aku malah memiliki anak darinya. Saat aku duduk termenung menatap putraku sambil memikirkan berbagai hal tentang masa depannya, pintu ruang inapku tiba-tiba terbuka. Aku yang menyadarinya dengan spontan menoleh ke arah pintu. Terlihat beberapa orang polisi memasuki ruanganku bersama seorang polisi yang saat itu menangani kasusku. Melihat kehadiran mereka membuatku cukup kaget. Dan belum sempat aku bersuara, Tuan Wu Yuan yang memimpin beberapa orang polisi itu lebih dulu menyapaku, "Selamat siang, Nyonya Helena." "Selamat siang. Maaf, bisakah Tuan memanggilku dengan panggilan Helena saja?" "Kenapa Nyonya?" Tuan Wu Yuan bertanya setelah berdiri di sampingku. "Sekarang aku tidak lagi berstatus sebagai istri dari Aland Bai. Sekarang statusku adalah single. Rasanya sangat tidak cocok jika masih dipanggil dengan panggilan Nyonya, Tuan." "Maaf, aku tidak tahu. Baiklah, Helena. Kedatanganku kemari adalah untuk melakukan beberapa pemeriksaan atas apa yang telah terjadi padamu." "Maksud, Tuan?" Tuan Wu Yuan terdiam sejenak lalu bersuara, "En... Setelah kejadian yang menimpamu hingga melahirkan secara mendadak, ada banyak kejanggalan yang ditemukan oleh pihak polisi. Ditambah lagi laporan yang diberikan oleh dokter kepada kami, bahwa terdapat banyak bekas luka hampir di seluruh tubuhmu kecuali pada bagian lengan dan wajah, membuat kami curiga bahwa telah terjadi penganiayaan selama kamu di penjara. Apakah itu benar, Helena." Aku hanya diam dengan wajah menunduk tanpa menanggapi pertanyaan Tuan Wu Yuan itu. Ingin rasanya aku menjawab dengan jujur semua yang telah aku alami selama mendekam di penjara. Namun entah kenapa, rasa lelah yang aku alami setelah melahirkan membuat lidahku terasa kelu dan tak ingin banyak bicara. Melihatku yang hanya diam, Tuan Wu Yuan kembali bersuara, "Baiklah. Jika kamu tidak mau menjawabnya Helena. Dari diammu aku bisa menyimpulkan bahwa benar telah terjadi penganiayaan terhadapmu setelah berada di penjara. Kami telah mendapatkan beberapa bukti berupa rekaman CCTV yang ada di penjara. Untuk beberapa tahanan wanita yang memperlakukanmu dengan buruk serta pengawas yang sedang bertugas saat itu, sekarang sedang diproses dan kami mintai keterangan." Mendengar ucapan Tuan Wu Yuan tentang tahanan wanita yang telah menganiayaku itu, ingin rasanya aku mengetahui hukuman apa yang akan mereka dapatkan. Namun mengingat tubuhku yang lemah dan tak ingin banyak bicara, membuatku menelan kembali pertanyaanku. Dalam waktu bersamaan aku teringat kepada Aland Bai yang mungkin saja saat ini tengah berbahagia bersama keluarga barunya. Kemudian dengan berat hati aku bersuara, "Tuan..." "Ya. Ada apa, Helena? Apa ada yang bisa aku bantu?" "Tuan, tolong jangan beri tahu Aland tentang ini semua. Tentang kehamilanku dan juga kelahiran putraku." "Maaf, Helena. Sebelum kamu memintaku untuk merahasiakan kelahiranmu, bawahanku telah lebih dulu memberi tahunya. Namun sayangnya aku tidak mendapatkan respon baik darinya." "Maksud Tuan?" Tuan Wu Yuan terdiam beberapa saat lalu menjawab, "Maaf, Helena. Ia tidak mengakui putramu. Ia juga memintamu untuk tidak bergantung padanya. Di matanya kamu adalah wanita yang kejam, karena telah menciderai Dalia hingga bayi mereka lahir secara prematur. Dan ia tidak ingin berhubungan denganmu lagi. Seketika jantungku berdegup dengan kencang dan jemariku gemetar mendengar ucapan Aland Bai yang diceritakan oleh Tuan Wu Yuan itu. Dalam waktu bersamaan mataku terasa panas dan memerah, namun tubuhku berkeringat dingin. Aku hanya bisa diam tanpa mampu berkata apa-apa. Dan aku tidak menyangka Aland Bai yang selama ini aku cintai, tega menyakitiku sedalam ini. Bahkan ia membuat hatiku hancur tak bersisa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD