Setelah kejadian mengejutkan pagi tadi, baik Sharga maupun Senja, tidak ada yang berani menghubungi terlebih dahulu, walau hanya untuk sekadar bertegur sapa. Bahkan, sejak siang hari, hingga langit gelap mulai membentang dengan indahnya, pun, keduanya hanya sibuk memandangi ponsel yang ditaruh di atas meja kerja masing-masing—Sharga di ruang prakteknya, dan Senja di kamarnya—tanpa berniat menuntaskan rasa penasaran mereka. Sampai sore tadi, Sharga mencoba mengalihkan pikirannya dengan menyibukkan diri pada pasien-pasien yang datang silih berganti untuk jadwal rawat jalan yang sudah ditentukan, juga laporan pemeriksaan yang harus dia buat untuk hardcopy berkas di rumah sakit. Sementara Senja sendiri, hingga detik ini hanya termenung di kursi kerjanya, mencoret-coret layar drawing tablet