"Kalau kamu lapar pergilah ke kantin dulu." Ucap Rendi pada Aryana, gadis itu masih mematung di tempatnya kemudian dia melangkah mendekat ke arah dua pria tersebut. "Kau! Kau mau apa?! Presdir wanita ini seperti bom waktu, presdir tidak boleh dekat-dekat dengannya." Devan berdiri sambil merentangkan kedua tangannya di depan Rendi untuk menghalangi Aryana agar tidak mendekati Rendi. "Dia bukan bom, sudah minggir sana." Ujar Rendi seraya menyumbat dua lubang hidungnya dengan kertas tissue. "Hahahaha, kamu terlihat seperti cow, iya cow!" Aryana tergelak seraya menunjuk ke arah wajah Rendi. "Wanita ini benar-benar sudah kelewatan!" Devan menggeram dengan amarah tertahan. "Kenapa? Kamu tidak terima aku mengatai presdir-mu?" Tanya Aryana sambil mengulum senyum melihat wajah Rendi begit