48

1046 Words

BLAAM! Pintu kamar mendadak terbuka. Seorang dokter dan dua perawat masuk setelah mendengar suara gaduh sebelumnya. Tapi yang terjadi berikutnya begitu cepat. Zia menarik Nayla ke dalam pelukannya, menempelkan pecahan kaca ke lehernya sendiri. "Kalau aku mati…" bisiknya di telinga Nayla, cukup keras untuk Utama dengar. "Maka kau juga akan mati, Nayla. Karena kita adalah satu." Suasana berubah kacau. Dokter dan perawat menegang di ambang pintu, tak berani bergerak. Utama maju selangkah, tangannya terangkat. "Jangan lakukan ini," katanya hati-hati. "Kau tidak perlu melakukan ini." Tapi Zia tertawa pelan. "Memangnya kenapa?" bisiknya. "Bukankah lebih baik aku menghilang? Bukankah itu yang Nayla inginkan? Atau… mungkin Nayla yang harus pergi?" Nayla menahan napas. Jari-jarinya mencen

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD