Aura keluar dari rumah keluarga Tharik dengan langkah tergesa, menghampiri mobil yang dipakai oleh Barra yang berderet di depan perumahan bersama dengan mobil-mobil pelayat lainnya. Dia segera masuk mobil dengan sedikit tergesa. Barra yang tengah memainkan ponselnya cukup terkejut, “sudah selesai?” tanya Barra. “Jenazah akan dimakamkan sebentar lagi, aku enggak mau ikut. Karena setelah ini, mas Tharik pasti akan mencercaku lagi, bisakah ... kita pergi?” tanya Aura wajahnya masih terlihat kalut saat ini. Barra mengangguk dan menyalakan mesin mobil itu lalu melajukan mobil membelah jalanan dengan sedikit terburu. “Jadi kamu mau ke mana sekarang?” tanya Barra. Aura menggeleng dengan tatapan putus asa, “aku bingung,” jawabnya. Barra menghela napas panjang, “aku harus kembali ke kantor c