“Enggak usah pergi kerja kalau mood kamu masih kurang baik.” Fean menatap punggung Dara dengan kedua mata yang masih menyipit. Beberapa saat lalu, istrinya itu baru saja mematikan alarm mereka. Sementara kini, Dara sudah akan meninggalkan tempat tidur.
Kebersamaan mereka masih terasa canggung, sebuah kenyataan yang akan selalu terjadi setelah mereka berdebat. Selain itu Fean juga yakin, emosi Dara masih belum stabil. Dara masih tidak bisa mengenyahkan ketakutannya, sekalipun istrinya itu juga merasa bersalah kepadanya.
Setelah menghela napas pelan, Fean berangsur menghampiri Dara dengan agak merayap. Ia mendekap pinggang Dara kemudian merebahkan dagu maupun kepalanya di pangkuan sang istri. Ia mendapat tatapan sungkan dari sang istri yang kemudian meraih kepalanya menggunakan kedua tanga
