“Masih ada disana?” tanya Zain pada sang perawat. “Sudah pergi sejak satu jam yang lalu, Pak. Bilangnya mau ke kampus.” “Kabari kalau dia kesana lagi.” “Baik, Pak.” Zain menghela napasnya dalam. Seline berangkat ke kampus? Kenapa dia tidak mampir untuk membawa motornya dulu? kalau sudah seperti ini, sia-sia Zain menunggu Seline datang. Lebih baik dia bergegas ke kampus karena besok akan pergi ke Selandia Baru. Sangat menyebalkan harus mengurus urusan orangtuanya, apalagi pekerjaan itu bukanlah ranahnya. sampai ke kampus juga tidak membuat Zain merasa lebih baik, dia menonton Shalsha dan Danu yang sedang berpelukan. Mereka sepertinya akan berpisah, terhalang antara Rektorat dan juga Fisip. Begitu Danu pergi, Zain keluar dari mobil. Tidak ada niatan sedikitpun untuk mendekati Shalsha