Ellea melihat kalender di mejanya, matanya memicing. Dia membolak balik kalender itu, memperhatikan jadwal datang bulan, bulan lalu yang memang lebih awal. Namun bulan ini dia sudah telat dua hari. Biasanya tamu bulanan selalu datang lebih awal, selalu maju tak pernah mundur. Dia pun mengusap perutnya dengan wajah kalut. Apakah sudah tumbuh benih dalam rahimnya? Dia menangkup wajahnya, teringat beberapa pergulatan dengan Kenzi tanpa pengaman. Dan yang paling ingat adalah satu hari setelah dia berhenti mendapat tamu bulanan. Itu adalah masa subur yang Ellea ketahui. “Kenapa lo? Pusing amat!” tanya Tora. “Perut gue sakit, gue mau ke apotek dulu,” ucap Ellea, mengambil dompet di dalam tasnya. “Mau ditemenin?” tanya Tora. Ellea pun menggeleng, tak mungkin dia membeli alat test kehamila