104. Mimpi Buruk

2002 Words

“Mas Rivaaan!” Aku menjerit histeris ketika malihat Mas Rivan tersungkur tak berdaya di lantai trotoar. Dia terbaring dengan kondisi bersimbah darah. Aku segera berlari ke arahnya. Ternyata, tembakan beruntun itu tidak ditujukan padanya. Dia terluka bukan karena luka tembak, melainkan sayatan pisau. Mas Andra kini sudah diringkus polisi dan ditarik menjauh. Di saat yang sama, aku melihat— tunggu! Ayah mertua— maksudku, Pak Bambang— juga ditangkap polisi. Ada pistol di tangan kanannya. Hah? Apa-apaan ini? Yang menembak Mas Andra adalah Ayahnya sendiri? Detik betikutnya, aku tidak lagi memedulikan apa yang terjadi dengan mereka karena aku kembali fokus pada Mas Rivan. Kuangkat kepalanya ke pangkuanku. “Mas, Mas Rivan! Tolooong!” teriakku semakin histeris. Pasalnya, darah Mas Rivan teru

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD