“Akhirnya, sampai juga!” Aku melepas sabuk pengaman, lalu meregangkan tangan. Badanku lelah sekali setelah hampir seharian menghabiskan hari di kampus. Aku sudah tidak kuliah tatap muka, melainkan hanya tinggal bimbingan tesis. Namun, seringkali dosen pembimbingku memintaku untuk menyelesaikan— sebagain pembahasan— sekalian di kampus agar dalam satu hari selalu ada progress yang berarti. Mas Rivan sudah tahu tentang metode dosenku ini. Jadi, ketika aku akan bimbingan, biasanya dia tidak ke kantor. Kalaupun dia harus ke kantor, anak kami kadang dia bawa atau bisa juga dititipkan di rumah Mama. “Mas, aku pulang!” seruku begitu membuka pintu dan kembali menutupnya. Hening. Tidak ada balasan. “Mas Rivan! Aku udah balik, nih!” Masih tidak ada balasan. Aku buru-buru masuk kamar, ternyata