Begitu keluar pesawat, Mas Rivan langsung menghubungiku. Dia memintaku untuk lekas ke parkiran. Benar saja, dia sudah standby dengan mobilnya. Dia menyuruhku masuk dan kami pun bergegas keluar bandara. Langit masih sangat cerah begitu aku tiba di Jakarta. Tidak hujan, tidak pula terlalu panas. Jalanan juga tidak terlalu macet karena memang bukan jam pulang kerja. Kalaupun macet, juga masih sewajarnya. Paling karena antri lampu merah. Contohnya, seperti sekarang ini. “Mil ...” panggil Mas Rivan dengan nada yang terdengar sangat rendah. “Iya?” aku menoleh. “Ada apa, Pak?” “Gimana kabar ibumu? Maksud saya, sebelum kamu berangkat. Apa semakin membaik?” Aku tersenyum, lalu mengangguk. “Beliau udah membaik banget. Memang belum sembuh total, sih, tapi udah lumayan. Udah bisa masak juga.” “L