"Ada apa, Ma? Siapa yang menelepon?" tanya Alya khawatir saat melihat perubahan di wajah ibu mertuanya.
Martha terkejut, kemudian menutupi kaca dengan tubuhnya agar Alya tidak melihat Rega dan perempuan itu di balik kaca.
"Tidak apa-apa, Sayang. Hanya ada sedikit masalah dengan teman arisan," kilah Martha.
'Maafkan Mama, Sayang, Mama terpaksa berbohong.'
Martha kembali duduk setelah memastikan kalau Rega sudah tidak terlihat. Perhatian Alya teralihkan setelah melihat pesanannya datang.
"Kita makan dulu, Sayang." Martha menatap menantunya dengan rasa bersalah.
"Iya, Ma. Mama juga makan." Alya melihat ke arah mertuanya yang terlihat gelisah.
"Mama nggak kenapa-napa kan, Ma?"
"Memangnya Mama kenapa, Sayang?" Martha balik bertanya.
"Mama terlihat gelisah setelah menerima telepon tadi, aku jadi khawatir."
"Mama tidak apa-apa, Sayang. Kamu jangan khawatir, Mama baik-baik saja."
"Syukurlah ...." Alya tersenyum menatap Martha, merasa lega dengan jawaban sang ibu mertua.
"Ayo kita makan."
Martha menyantap makanannya, begitu juga dengan Alya. Martha memperhatikan Alya yang terlihat sangat cantik hari ini. Apalagi mereka baru saja menghabiskan waktu di salon. Kecantikan Alya semakin terpancar setelah melakukan beberapa perawatan di salon langganan Martha tadi pagi.
Martha menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, sambil menatap Alya yang juga sedang menyantap makanannya.
'Aku pikir, hubungan kalian baik-baik saja.'
Martha menghela nafas, kemudian kembali menyantap makanannya.
Kedua matanya memindai wajah menantunya. Alya itu cantik, baik, tidak macam-macam, tetapi kenapa Rega sampai tega mengkhianatinya?
'Perempuan itu, siapa perempuan yang bersama Rega tadi? perasaan wajahnya tidak asing.'
Martha masih sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai-sampai ia tidak menyadari kalau makanan di piringnya sudah tandas tak tersisa.
'Aku tidak akan membiarkan Rega menyakiti Alya. Bagaimanapun, Rega sudah berjanji pada mendiang ibunya Alya, kalau dia akan menjaga Alya dan membahagiakannya.'
'Rega, Mama tidak akan membiarkanmu menyakiti wanita sebaik Alya. Karena Mama tidak akan menerima perempuan manapun sebagai menantu Mama kecuali Alya.'
Martha menatap Alya yang sudah selesai makan.
"Kamu mau kemana lagi setelah ini, Sayang?" ucap Martha setelah membayar makanannya di kasir.
"Kalau boleh, Alya mau pulang saja, Ma, sudah sore soalnya. Aku mau memasak makan malam untuk Mas Rega." Martha tersenyum melihat ke arah menantunya.
"Baiklah, ayo kita pulang." Alya mengangguk, kemudian berjalan beriringan dengan Martha.
Alya sungguh merasa beruntung karena mempunyai ibu mertua yang sangat baik dan perhatian seperti Martha. Tidak seperti ibu mertua yang sering dia lihat di sinetron atau di dalam novel yang sering dia baca.
"Kamu beneran nggak mau nginep di rumah Mama, Al?" tanya Martha.
"Nggak, Ma. Kapan-kapan saja bareng Mas Rega ya, " tolak Alya dengan perasaan tidak enak.
"Ya, udah deh! Mama pulang dulu ya, Al. Terima kasih udah nemenin Mama belanja hari ini."
"Iya, Ma, sama- sama. Aku juga berterima kasih karena Mama sudah membelikan banyak barang untukku." Martha tersenyum, kemudian memeluk menantu kesayangannya itu.
Alya masuk ke dalam rumahnya, saat mobil yang dikendarai Martha sudah meninggalkan rumahnya.
***
Rega pulang ke rumahnya sekitar jam sebelas malam. Pria itu baru saja menghabiskan waktunya bersama perempuan cantik bernama Arabella. Arabella adalah kekasihnya yang waktu itu meninggalkan dirinya karena lebih memilih karirnya di dunia model.
Rega memang sempat kecewa, karena perempuan itu pernah meninggalkannya. Namun, saat ia bertemu tanpa sengaja dengan perempuan itu di sebuah restoran tadi siang, Rega tidak bisa menyangkal kalau dia begitu merindukan perempuan itu. Bukan hanya rindu, tetapi Rega tidak bisa memungkiri, kalau dia masih menyimpan perasaan cintanya untuk perempuan itu.
Rega sejenak terpaku, begitu ia masuk ke dalam rumah. Pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah, Alya yang tertidur di ruang tamu.
"Apa dia menungguku?" Terbersit rasa bersalah di hatinya, karena saat Alya menelepon tadi, ia mengatakan akan makan malam di rumah. Sedangkan saat Alya menelepon, Rega sebenarnya sedang makan malam dengan Arabella.
Rega mengangkat tubuh Alya, kemudian membaringkannya di atas ranjang. Pria itu membelai wajah cantik Alya, kemudian menghembuskan nafas panjang.
"Aku sudah berusaha untuk mencintaimu, Alya. Tapi aku tetap tidak bisa. Apalagi, sekarang dia sudah kembali." Rega menatap wajah Alya yang sudah hampir empat bulan ini menjadi istrinya.
Alya perempuan yang baik, ia tidak memungkirinya. Selama ini Rega memperlakukan Alya dengan baik, karena ia sudah berjanji pada Ibunya Alya sebelum meninggal.
'Aku sudah memenuhi keinginan ibumu untuk menikahimu, tetapi aku tak tidak bisa membohongi hatiku, kalau aku belum bisa mencintaimu, Alya.'
'Selama ini aku bersikap baik padamu agar aku bisa menyalurkan hasratku dan juga memenuhi keinginan mama dan papaku untuk menjagamu. Kalau sampai mereka tahu aku mengkhianatimu, mereka pasti akan mengusirku dari perusahaan.'
Rega menghembuskan napas panjang, sambil terus menatap wajah istrinya yang tertidur pulas.
'Aku tidak tahu apa yang mama dan papa sukai dari dirimu. Kau hanya gadis biasa yang tidak menarik sama sekali. Hanya saja, wajahmu sangat cantik, dan aku menyukainya.'
Rega mengusap bibir Alya yang sedikit terbuka. Ia mengecup lembut bibir itu dan menciumnya perlahan.
Tiba-tiba saja wajah Arabella yang mengerang dan mendesah di bawah tubuhnya terlintas. Rega ingin menjauhkan tubuhnya dari Alya, tapi rasa manis dari bibir Alya membuat Rega tidak bisa menghentikan permainannya di bibir Alya.
'Sial! Hanya dengan menciumnya saja, tubuh bagian bawahku langsung bereaksi.'
Rega mendesah frustasi. Dia merasa heran, karena setiap kali mencium bibir Alya, tubuh bagian bawahnya pasti langsung bereaksi. Berbeda dengan saat dirinya bermain dengan Arabella. Saat bersama Arabella di apartemennya beberapa jam yang lalu, Rega bahkan butuh pemanasan yang cukup lama untuk membuatnya bangun dengan sempurna.
Rega melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sebenarnya ia ingin sekali menerkam Alya saat ini juga, meskipun Alya sedang tertidur. Namun, dia ingat kalau dirinya belum sempat membersihkan tubuhnya setelah percintaan panasnya dengan Arabella. Sang mantan kekasih yang tiba-tiba kembali padanya.