Clarie memandangi Caitlin dengan tatapan yang sulit diartikan, dia sama sekali tak habis pikir dengan apa yang baru saja terjadi. Clarie sadar adiknya itu masih labil, bila dia memarahinya itu akan membuat remaja itu makin menentangnya. Jadi, dia mencoba untuk berbicara baik-baik pada adik tirinya itu. “Bagaimana sekolahmu?” tanya Clarie berusaha bersikap tenang. Caitlin yang sejak tadi menunduk langsung mendongakkan kepalanya ke arah Clarie, mungkin dia terkejut karena kakak tirinya itu tidak memarahinya. “Sekolahku? Baik saja,” balasnya kikuk. Clarie mengangguk pelan. “Apa laki-laki tadi pacarmu?” tanya Clarie hati-hati. Caitlin mengangguk. “Oh ...” Clarie ikut mengangguk kembali. Dia sama sekali tak percaya, adiknya itu baru berusia dua belas tahun dan sudah berani melakukan h

