Kiara meraih tangan Dewa ketika pria itu hendak berbalik pergi. Memberi sebuah senyuman tulus, kepada satu-satunya teman yang ia punya. “Makasih,” ucapnya sekali lagi, ketika Dewa masih mau merepotkan diri mengantar Kiara pindah ke rumah Gilang siang itu. “It’s oke, bosen aku dari tadi kamu bilang makasih terus,” kekeh Dewa masih menggenggam tangan Kiara. Wanita itu mencebik lucu, hingga membuat Dewa kembali terkekeh. Merasa ada sebuah gelenyar aneh yang merasuk dalam jiwanya. “Entar kalau aku udah dapet kerjaan, dapat gaji pertama aku traktir deh.” “Yayaya, aku tunggu,” balas Dewa tersenyum hangat. “Eh, tapi, Ki, gimana kamu mau ngelamar kerja, ijazah kamu kan di rumah Emiko.” Kiara sontak menepuk dahinya dengan keras. Harusnya sebelum angkat kaki dari rumah, Kiara membawa semua surat

