CINTA PERTAMA

1526 Words
"A-aku cinta pertamamu? Tapi.. Aku sudah menikah Keenan.." Shanum menunduk. Menyebut kata menikah hanya membuatnya kembali teringat ucapan Fathir. "Aku tahu kamu sudah menikah. Tapi melihatmu seperti ini, aku tahu ada yang salah. Terlepas dari perasaanku, aku adalah teman lamamu.. Kamu bisa meminta bantuanku," Keenan menatapnya. "Jingga, aku akan membantumu.. Apa yang terjadi?" Keenan kembali bertanya. Shanum berpikir dan berpikir.. Apakah tepat untuk bercerita pada Keenan saat ini? Mereka memang teman lama, tapi keduanya baru bertemu kembali setelah sekian lama. Meski demikian, ia akui, ada rasa berbeda yang ia rasakan. Shanum tahu kalau Keenan bisa dipercaya. Apalagi, dulu sekali, ayahnya pernah memuji Keenan saat tidak sengaja bertemu di sebuah acara. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Keenan, terjadi di depan makam ayah dan ibunya.. Apakah ini petunjuk kalau lelaki ini akan menjadi penyelamatnya? Shanum pun menatapnya, "Keenan terima kasih banyak. Aku mengingatmu sebagai lelaki baik. Bahkan, kalau aku boleh bilang, ayah pernah memujimu. Dan, penilaian ayahku tidak pernah salah.." "Hanya saja.. Hari ini, mungkin bukan waktu yang tepat untuk menceritakan permasalahanku. Aku dalam kondisi labil yang membuatku tidak bisa berpikir sehat.. Mungkin suatu hari, saat kita bertemu lagi.. Kalau ada jalannya.." Shanum tersenyum lebar. "Dan, sungguh, terima kasih sudah menyimpanku di hatimu. Jadi cinta pertama seseorang, itu hal yang indah.." Shanum menggigit bibirnya. Ia diam menatap lelaki tampan di hadapannya yang tak ia sangka menyimpan hati padanya. Shanum kembali tersenyum, "Keenan.. Bye.. Aku harus turun.." Shanum membuka pintu mobil. Keenan hanya bisa menatapnya dalam diam. Ia tak lagi sanggup berbuat apapun dan hanya memperhatikannya. Perempuan cinta pertamanya itu turun dari mobilnya dan berlari masuk ke dalam rumah, yang ternyata pagarnya tidak lagi terkunci. Dari kejauhan, ia memastikan kalau Shanum mengunci pagar rumah dan masuk ke dalam rumah. "Lindungi Jingga.. Apapun yang menimpanya, jagalah cintaku.." Keenan menggumam sendiri. Ia pun mulai menggerakkan mobil keluar dari komplek perumahan Dreamland Regency. *** "Darimana kamu semalam ini?" Fathir tiba tiba bicara sedikit keras. Shanum menatapnya dan menunduk. Ia lelah dan tak ingin bertengkar. "Aku pulang dari sore, tapi rumah terkunci. Aku tidak membawa kunci. Fathir, aku menunggumu berjam jam. Bahkan teleponku tidak kamu angkat.. Tolong, jangan menyalahkanku.." Shanum beranjak masuk ke dalam kamar. Ia ingin mandi.. Fathir menyusulnya masuk ke dalam kamar, "Kamu berani membantahku?" Shanum terdiam.. Lelaki ini, sungguh berubah! Apa yang terjadi? Awal pernikahan mereka masih baik baik saja, tapi makin ke sini, sifat suaminya makin tidak mengenakkan. Puncaknya hari ini.. Menikah lagi? Lalu marah marah? Shanum mengepalkan tangannya, ia ingin marah. Tapi, tidak.. Aku tidak akan meledak.. Itu hanya akan menguras emosiku.. "Aku mau mandi.. Jangan bicara hal yang membuat kita ribut.." Shanum dengan berani bicara dengan tegas. "Kamu!!!" Fathir menggerakkan tangan seperti hendak menampar Shanum. "Tampar aku! Menikah lagi! Tinggalkan aku.. Silahkan saja..!" Shanum akhirnya dengan berani melawan rasa takutnya. Ya, ia akan tetap bisa hidup meski tanpa Fathir. Bahkan, tanpa ayah ibunya pun ia bisa bertahan hingga sekarang! Pertemuannya dengan Keenan membuatnya berani. Ia kembali merasakan kalau masih ada orang yang peduli padanya. Aku tidak sendiri.. Ya, aku tidak sendiri! Mungkin saja, masih ada orang yang peduli padaku di luar sana.. Jangan takut Shanum! Fathir terlihat diam dan akhirnya keluar dari kamar tidurnya. Shanum bergegas masuk ke kamar mandi. Ia berdiam diri cukup lama dan berpikir di kamar mandi yang dingin itu. Tembok dingin dan suara air sedikit menenangkannya. Shanum mencoba mengingat berapa jumlah saldo di rekeningnya. Bisakah untuk memulai hidup mandiri? Selain itu, ia juga memiliki ijazah universitas. Tak hanya itu, usianya sekarang tiga puluh tiga tahun, belum terlalu tua untuk memulai satu karir bukan? Ia menghela nafas panjang dan membiarkan air dingin membasahi tubuhnya. Ya, aku akan menjalani hidup baru.. Hidup apa adanya. Shanum memejamkan mata dan berdoa. Air matanya bercampur dengan air yang mengalir dari shower. Ini air mata terakhirnya hari ini. Dan, semoga kedepannya juga tidak ada lagi tangis yang membuatnya bersedih. Setelah selesai mandi, Shanum berpakaian dan keluar dari kamar mandi. Ia melihat kalau Fathir sudah tertidur di tempat tidur mereka. Ia menatapnya sambil berdiri dari pintu kamar mandi, lalu beranjak keluar kamar tidur dan menutup pintunya. Malam ini, ia memutuskan untuk tidur di kamar tamu. Shanum naik ke kasur dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Mulai besok tidak ada lagi satu kamar bersama Fathir. Ia akan mengakhiri pernikahannya. Ini yang terbaik untuk kedua belah pihak. Toh, yang Fathir tuntut adalah keturunan. Sedangkan ia tidak bisa memberikan keturunan dengan kondisi seperti ini. Bukan hanya tidak bisa, tapi juga tidak mau. Shanum mulai memejamkan matanya dan tertidur. Lelah sekali hari ini.. *** Keenan tiba di rumahnya. Ia duduk diam di ruang kerjanya. Ada hal yang mengganggu pikirannya soal Jingga. Dia bilang tidak ada lagi yang peduli padanya. Bahkan, saat ia singgung soal Jemma, Jingga menangis. Apa yang terjadi? Saat ayahnya memintanya untuk meneruskan sekolah ke luar negeri, sejak itu ia putus kontak dengan Jingga. Keenan kembali saat mendengar kabar berita meninggalnya Om Ilyas dan Tante Jenar dalam sebuah kecelakaan. Ia mengingat betapa sedih Jingga saat itu. Keenan begitu tersentuh dan ikut sedih, hingga berniat menyatakan perasaannya saat itu. Tapi, niatnya terhenti karena kakaknya bilang kalau Jingga sudah memiliki calon suami dan akan menikah. Dan, sejak itu, ia pun mencoba melupakannya. Keenan mencoba fokus pada karir dan memutuskan untuk tidak pernah menikah. Sampai hari ini tiba... Pertemuan dengan cinta pertamanya terjadi.. Ia gundah sejak tahu kalau presiden mengangkatnya sebagai seorang menteri yang bukan dari jalur pegawai negeri sipil. Ini tantangannya! Keenan tahu, kalau tidak akan mudah. Ia orang luar dan masuk dalam lingkungan baru dengan senior senior di sekelilingnya. Keenan ingin mengeluarkan kegundahannya dan tidak ada teman cerita selain ayahnya. Jadi, ia memutuskan untuk mengunjungi makam almarhum ayahnya. Tidak ia duga, saat ada gundah yang ia rasakan, sosok Jingga kembali dalam hidupnya.. Apa ini petunjuk? Apa Jingga akan menjadi penyemangat dalam hidupnya? Hari ini, ia akui kalau sejak bertemu Jingga, ada dorongan di hatinya yang membuatnya merasa bersemangat. Jingga harus baik baik saja, agar ia juga baik baik saja.. Aku harus mencari tahu.. Apa yang terjadi pada cinta pertamaku..? Jingga sekarang terlihat berbeda dari Jingga yang dulu.. Keenan pun menghubungi kakaknya, Mahreen. Mahreen, "Halo.. Kenapa kamu menghubungiku semalam ini?" Keenan, "Maafkan aku.. Tapi, apa kakak punya nomor Jemma? Kakak kenal kakaknya Jemma bukan?" Mahreen, "Jemma mana? Jemma Adonia?" Keenan, "Yes.. Kalau tidak salah, itu nama panjangnya.." Mahreen, "Kakak ada nomor Jemma.. Nanti kakak kirim. Tapi apa aktif atau tidak, cek saja.." Keenan, "Dimana dia sekarang?" Mahreen, "Di Jakarta.. Jemma menjabat sebagai creative director sebuah agency ternama. Dengan jabatan barumu, kamu harus mendekatinya. Jemma jago sekali membuat konsep konsep kreatif untuk publikasi." Keenan, "Ah ya thanks. Sudah dulu.." Ia pun menutup teleponnya. Keenan tersenyum lebar. Ia akan menghubungi Jemma dan mencari tahu apa yang terjadi. Kenapa dua sahabat yang dulu begitu dekat jadi menjauh? Siapa tahu Jemma tahu sesuatu.. Selain itu, kalau memang Jemma bekerja di sebuah agency, bisa juga menjadi partnernya dalam pengembangan konsep kreatif di kementerian. Kita lihat nanti... *** Pagi itu, Shanum terbangun dan mencoba biasa saja. Ia menyiapkan sarapan dan pakaian Fathir tanpa bicara sepatah katapun. Fathir pun terlihat tidak membuka mulutnya. Mereka terus berdiam diri. Bahkan hingga tiba waktunya Fathir pergi ke kantor. Suaminya itu melangkah ke garasi tanpa berpamitan. Tapi, Shanum tidak peduli. Sungguh.. Ia layak mendapatkan lelaki yang lebih baik! Setelah memastikan Fathir pergi dari rumah. Shanum dengan cepat masuk ke kamar tidur. Ia membereskan pakaian secukupnya dan mengambil dokumen dokumen penting untuk ia amankan. Termasuk foto ayah dan ibunya. Ia memeriksa saldo rekeningnya. Saldo yang merupakan miliknya pribadi.. Shanum hanya tersenyum melihat angkanya yang bahkan tidak mencapai lima juta rupiah. Shanum merasa miris sendiri. Dulu, dengan mudahnya ayah dan ibunya memberikan uang jajan hingga jutaan rupiah. Tapi, sekarang.. Entah kemana semua itu. Fathir bilang kalau ayah dan ibu memiliki banyak utang sehingga semua habis untuk membayarnya. Selama lima tahun pernikahannya, ia cukup menerima jatah bulanan dari suaminya untuk belanja dan kebutuhan pribadinya yang jauh lebih kecil dari biasanya. Tapi, Shanum berbesar hati untuk menerimanya. Bahkan, ia harus kehilangan perhiasan miliknya.. Hingga menyisakan satu gelang emas yang selalu ia kenakan di tangannya. Gelang pemberian ayah untuk ibu. Dan, kemudian menjadi miliknya.. Shanum hanya diam menatap gelang itu.. Ah, sudahlah, ini sudah jalan hidupnya.. Ya, aku harus move on! Shanum memutuskan untuk mencari tempat kos yang tidak terlalu mahal dan bisa ia bayar setidaknya selama enam bulan kedepan. Dan, selama enam bulan itu, ia harus mencari pekerjaan. Semangat Shanum! Ia pun googling tempat kos murah.. Hingga menemukan satu lokasi yang agak jauh dari rumah ini. Ya, bagus! Jadi kecil kemungkinan untuk bertemu lagi dengan Fathir. Tak hanya itu, dari fotonya, rumah kos itu terlihat nyaman. Shanum tersenyum lebar. Senang rasanya... Ia menyembunyikan tas yang berisi barang barang penting miliknya dan pakaian seadanya, di dekat garasi. Shanum tidak ingin bibik yang datang ke rumahnya melihat tas itu. Saat bibik datang, ia dengan tenang bicara hendak keluar rumah. Tapi diam diam mengambil tasnya dan memesan taksi online menuju tempat kos yang telah ia pilih saat googling tadi. Shanum tersenyum lebar, ia akan melihat tempat kos ini. Kalau suka, ia akan segera pindah. Dan, hari ini juga, Shanum akan bicara pada Fathir untuk menceraikannya.. Hidupnya akan mulai dari nol, tapi tidak apa apa.. Ini lebih baik daripada hidup dalam kesedihan..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD