Pagi itu, Karin datang dengan wajah lebih pucat dari biasanya. Lingkaran hitam menghiasi bawah matanya, menandakan ia hampir tidak tidur semalaman. Sejak beberapa hari terakhir, tubuhnya sering terasa lemah, ditambah rasa mual yang datang tiba-tiba, bahkan saat mencium aroma kopi atau parfum rekan-rekan sekantor. Ia duduk di meja kerja, menyalakan laptop, lalu menekan pelipisnya. "Aku cuma kecapekan," bisiknya, mencoba menenangkan diri. Namun jauh di dalam hati, ada ketakutan yang tidak bisa ia namai. “Agenda hari ini sudah kamu rapikan?” Suara dalam dan berat itu membuatnya tersentak. Harris sudah berdiri di depan meja, rautnya tenang namun tatapannya tajam menelisik. Karin buru-buru bangkit. “Sudah, Pak. Semua dokumen untuk rapat jam sepuluh ada di meja Anda.” Harris mengangguk, tap

