Keesokan harinya, saat matahari pagi baru saja memancarkan sinarnya ke jendela apartemen Claire, suara dering telepon memecah keheningan. Claire, yang sedang menikmati secangkir kopi sambil bersiap pergi ke Italia lagi, meraih ponselnya dengan cepat. Namun, begitu melihat nama "Daddy" terpampang di layar, dia langsung merasa jantungnya berdebar. Dengan sedikit ragu, Claire mengangkat panggilan itu. "Halo, Dad," sapanya, berusaha terdengar ramah meskipun dia tahu panggilan ini kemungkinan besar tidak akan menyenangkan. "Claire, kau di mana?" suara Arman, ayahnya, terdengar tegas seperti biasa, tanpa jejak kehangatan. "Di apartemen. Aku sedang menyiapkan barangku untuk pergi ke Italia lagi. Ada apa?" Claire menjawab dengan tegas. Arman tidak membuang waktu. "Tunda keberangkat