Fachri tengah duduk di kursi. Suasana di luar sedang hujan. "Yang ... bikinin kopi, dong. Dingin, nih," pintanya pada Aira yang seperti biasa, sedang menonton televisi. Namun, yang dipanggil tidak menoleh sedikit pun. "Ai ... Aira sayang ...," panggil Fachri lagi. "Hah? Apaan? Tadi manggil aku apa?" "Sayang. Kenapa?" Aira terkikih. "Aneh aja aku dengernya. Tadi minta apa? Kopi?" "Lah, dipanggil sayang sama suami sendiri, malah dikatain aneh. Iya. Buatin kopi sana. Biar badan anget. Lumayan dingin, nih." Tanpa meminta lagi, Aira langsung berdiri, dan langsung ke dapur untuk memasak air. Meskipun usianya masih sembilan belas tahun, dan menikah pun awalnya karena terpaksa, Aira tidak menjadikan beban. Selama ini dia menjalani layaknya air yang mengalir. Secangkir kopi telah Aira