Azzam dan Naura sudah sampai di rumah. Mereka pulang setelah selesai makan siang bersama para karyawan. Baru saja mereka masuk ke kamar. Ponsel Naura berbunyi. Naura menatap layar ponselnya. Nama Fadel yang tertera di sana. "Fadel." Naura menatap Azzam. "Terima saja. Katakan keputusan kamu pada dia. Jangan menunda lagi. Urusan bisa diselesaikan secepatnya itu lebih baik." Tatapan lembut Azzam, memohon Naura agar jujur pada Fadel akan pilihan hati. Agar Fadel mengerti dan tidak akan mengganggu Naura lagi. Naura duduk bersandar di sofa. Ia perlu sandaran untuk mengungkapkan keputusan hati kepada Fadel. Ini tidak semudah yang Naura bayangkan. Ada rasa gugup dalam perasaan. "Halo." "Kenapa lama sekali baru diterima!? Apa yang kamu lakukan? Apa kamu bersama Si Tua itu! Apa lebihnya d