When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Baru saja Dara akan pulang, telpon diatas meja berdering. Dan suara seseorang di dalam ruangan sana yang meminta Dara untuk menunggunya pulang. “ Buat apa juga dia menyuruhku menunggu. Bukan nya arah kita berbeda atau mungkin dia mau pulang ke rumah Mama Risa. “ gumam Dara seorang diri. Dara kembali duduk di atas kursi, menunggu tuan tampan Steffanus Choi keluar dari ruangan nya. Tak sampai sepuluh menit lelaki itu akhirnya keluar juga. Dara beranjak dari duduk nya. Mengikuti Steff yang berjalan mendahuluinya. " Pak Steff !" panggil Dara. Lelaki itu menoleh. " Ada apa ?" " Tadi Bapak meminta saya menunggu. Untuk apa ya, Pak?" tanya Steff. Bagaimana Dara tidak bertanya-tanya jika tadi Steff yang memintanya jangan pulang dulu. Tapi begitu Steff keluar ruangan justru pergi begitu saja

