“Di sekolah kemarin, ada guru baru,” cerita Severian dengan mata berbinar. “Namanya Tuan Christian, guru komputer. Katanya dia dari New York.” Suara sendok di tangan Liora berhenti. Ia baru saja hendak memotong pancake saat mendengar nama tersebut. Sebuah nama yang langsung menjadikan jantung seolah berhenti berdenyut mendadak. “Siapa namanya?” tanya sang buda mengulang pelan, meski di dalam dadanya ada sesuatu yang bergemuruh keras. “Mr. Christian,” ulang Severian, tanpa menyadari perubahan ekspresi sang ibu. “Aku senang akhirnya ada yang bisa aku ajak mengobrol tentang kecintaanku pada komputer! Kata Mr. Christian aku adalah anak jenius dan anak hebat!” Liora terdiam. Jantung mulai bereaksi, berdegup kencang, seolah tubuhnya menolak untuk percaya pada apa yang baru saja ia dengar.