"Kita mau ke mana?" tanya Viola canggung. Saat ini ia sudah berada di mobil bersama Reyhan, tepatnya di kursi belakang. Tentunya ada juga seorang sopir di kursi kemudi yang akan membawa mereka ke suatu tempat.
"Pulang," jawab Reyhan tanpa menoleh pada Viola karena pria itu tampak sibuk dengan layar ponselnya.
"Pulang ke mana?"
"Kenapa pakai nanya, sih? Rumah kita lah." Reyhan berkata santai.
"Sumpah ya, sampai detik ini aku cuma tahu nama kamu aja. Aku sama sekali nggak kenal kamu."
Kali ini Reyhan menoleh pada Viola. "Oke, dengar baik-baik. Aku Reyhan Danubrata. Usia 30 tahun. Calon CEO Danubrata Group. Aku tampan, kaya raya dan yang pasti ... aku ini suamimu."
Jujur, Viola tidak menyangka Reyhan se-narsis ini.
"Kamu nggak usah khawatir karena pria yang kamu nikahi ini kaya raya. Masalah sertifikat rumah dan utang, aku bisa urus," lanjut Reyhan.
"Kamu nggak mungkin ditipu sama calon istri kamu, kan?" tanya Viola memastikan.
"Renata? Enggak, kok. Dia sama sekali nggak seperti Bram."
"Sumpah ya, aku ngerasa sejak awal kamu santai banget padahal ditinggal calon istri." Viola tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria di sampingnya.
"Ditinggal calon istri nggak masalah selagi ada gantinya."
"Tunggu, jadi kamu menganggap calon istrimu itu apa?"
"Wanita dan manusia. Memangnya kamu pikir apa lagi? Hantu?"
Viola menggeleng berulang, masih tidak habis pikir dengan sikap Reyhan. "Entah kenapa aku ngerasa kamu nggak cinta sama calon istrimu. Kalau kamu cinta, seenggaknya kamu sedih dia menghilang. Bahkan, kamu seharusnya cari dia, bukan malah cari penggantinya."
"Dia pergi atas kemauannya sendiri. Buat apa aku memaksanya untuk tetap tinggal?"
"Sumpah aku nggak ngerti sama pemikiran kamu."
"Viola, siapa yang nyuruh kamu ngerti, sih? Kamu nggak perlu repot-repot, kok."
"Sekarang aku mau tanya, sebenarnya kamu tahu dari mana kalau aku gagal nikah dan ditipu WO fiktif?"
"Haruskah aku menjelaskan ini?" tanya Reyhan dengan suara agak keras, sengaja agar mendapatkan respons dari sang sopir yang sebenarnya merupakan asisten pribadinya.
"Pak Reyhan punya tim tersendiri untuk mencari tahu dan mengelola informasi. Termasuk informasi pribadi seseorang. Dalam hitungan menit, informasi tentang Viola Alexandra mudah sekali diketahui." Kali ini Fathan, asisten pribadi Reyhanlah yang menjelaskan.
"Astaga. Sadarkah kalau hal itu termasuk pelanggaran privasi?!" kesal Viola. Pantas saja Reyhan seolah serba tahu tentang dirinya. Rupanya pria itu sudah menggali informasi sebelumnya.
Reyhan tertawa sejenak lalu bertanya, "Apa itu penting buat dibahas sekarang? Saat ini yang terpenting kita sama-sama diuntungkan dalam pernikahan dadakan ini."
Tentu saja Reyhan tidak sembarangan mengajak Viola menikah. Sebelumnya secara sekilas tapi menyeluruh, ia sudah membaca segala detail informasi tentang Viola. Reyhan merasa tidak terlalu buruk jika dirinya memutuskan menjadikan Viola pengganti Renata.
"Entah kenapa aku ngerasa kamu punya alasan lain kenapa mengajakku menikah. Bukan semata-mata karena nggak siap menanggung malu jika gagal menikah. Jelas banget kamu seolah harus banget nikah, nggak peduli siapa pun mempelai wanitanya."
"Kamu pintar juga ternyata," jawab Reyhan, masih dengan senyuman khasnya.
"Seperti yang aku bilang tadi, aku adalah calon CEO Danubrata Group. Besok aku seharusnya dilantik dan kalau aku gagal nikah ... pikir sendiri apa yang terjadi."
"Harga saham anjlok?" tebak Viola.
"Salah satunya itu. Cuma masalah fatalnya adalah ... aku bisa batal mendapatkan jabatan tersebut karena syarat menduduki kursi CEO di perusahaan keluarga kami, harus punya pendamping yang disebut istri."
"Sekarang aku ngerti kenapa kamu maksa banget supaya aku nerima ajakan kamu."
"Lebih tepatnya membujuk, soalnya aku nggak maksa," ralat Reyhan.
"Masalahnya kenapa harus aku? Hanya karena aku juga batal nikah? Padahal menurutku kamu bisa ajak wanita mana pun semau kamu."
"Enggak sesederhana itu. Bahkan yang terakhir ujung-ujungnya kabur juga."
"Itu yang mau aku tanyakan, kenapa calon istri kamu sampai kabur?"
Ya, tentu saja Viola bertanya-tanya. Jika mendengar penjelasan singkat tentang siapa Reyhan, rasanya banyak wanita yang akan mengejar-ngejar pria itu. Dari segi fisik, Reyhan boleh dibilang lumayan.
"Coba tanya aja ke Bram kenapa dia kabur."
"Loh, kenapa nanyanya ke Bram?"
"Ya Renata yang kabur, kenapa kamu tanya aku? Udahlah, lagian aku nggak peduli lagi. Toh, itu pilihannya."
"Serius kamu nggak cinta sama dia? Kamu menikah hanya demi jabatan?"
"Bukan urusan kamu, terlepas dari sekarang kamu adalah istriku," balas Reyhan. "Jika aku menikah demi jabatan, terus kamu bersedia menikah denganku demi apa selain untuk menghindari rasa malu? Utang, kan? Jadi kita nggak ada bedanya."
Viola terdiam.
"Cuma yang pasti aku turut prihatin atas menghilangnya calon suamimu. Aku rasa kamu begitu mencintai pria bernama Bram itu. Sayang sekali dia penipu."
Lagi, Viola memilih diam.
"Sekarang, mari memulai hidup baru. Lupakan tentang orang-orang yang menghilang. Lebih baik kita membahas pernikahan kita ke depannya. Kita bahas di rumah, ya. Sekitar sepuluh menit lagi kita sampai," kata Reyhan lagi.
"Sebelumnya aku mau nanya lagi."
"Apa? Silakan," kata Reyhan.
"Keluarga kamu gimana? Apa dia sesantai kamu saat mengetahui calon menantunya kabur? Juga, apa respons mereka saat tahu kamu menikah dengan wanita yang berbeda?"
"Enggak ada masalah," jawab Reyhan singkat.
"Keluarga aneh," cibir Viola. Bagaimana tidak, ia bahkan harus meminta tolong Lenna untuk pelan-pelan menjelaskan pada mama dan papa mereka. Namun, yang terjadi pada keluarga Reyhan justru sebaliknya. Tidak ada masalah seolah yang terjadi adalah hal sepele.
"Terserah mau bilang apa." Reyhan kemudian fokus ke ponselnya lagi.
Mereka pun saling diam karena sibuk dengan kegiatan masing-masing. Reyhan sibuk dengan ponselnya, sedangkan Viola sibuk dengan pikirannya.
Viola tidak menyangka hidupnya akan berubah drastis dalam waktu beberapa jam saja. Seharusnya ia sudah resmi menjadi istri Bram sekarang, bukan Reyhan.
Viola dan Bram bahkan sudah merencanakan bulan madu. Astaga, mengingat itu membuat Viola tersadar kalau Bram benar-benar berengsek. Selain kabur dengan membawa uang untuk keperluan menikah, pria itu juga kemungkinan bekerja sama dengan WO fiktif, dan bonusnya ... Viola juga memercayakan rencana bulan madunya pada pria itu.
Sungguh, Bram sepertinya merencanakan dengan baik untuk bisa merebut uang di tangan Viola. Terbukti pria itu berhasil.
"Kita udah sampai." Suara Reyhan membuyarkan segala lamunan Viola. "Ayo turun," ajaknya kemudian.
Reyhan lebih dulu turun dan disusul Viola. Selama beberapa saat Viola memperhatikan rumah mewah bergaya Eropa di hadapannya. Tampak elegan dan tertata dengan baik.
Viola tahu kalau dirinya sudah menikah dengan Reyhan. Namun, ia tidak kepikiran sama sekali tentang bagaimana hari-hari mereka setelah menikah. Apa harus tinggal serumah begini padahal ini hanya pernikahan palsu?
Ya Tuhan. Bisa-bisanya Viola melupakan hal terpenting seperti ini.
Masih di depan rumah mewah milik Reyhan, sejenak Viola memperhatikan mobil yang dikemudikan asisten Reyhan yang mulai menjauh meninggalkan mereka.
"Aku lupa nanya sesuatu tadi. Apa kita harus tinggal serumah?" tanya Viola penuh waspada.
"Pertanyaan macam apa itu? Aku suamimu dan kamu istriku. Tentu kita akan tinggal serumah. Coba tanya pasangan pengantin baru lainnya, bahkan seharusnya suami-istri itu sekamar dan sekasur, bukan cuma serumah doang."
"Ka-kamu ... kamu nggak mungkin aneh-aneh, kan?" gugup Viola.
"Maksudnya aneh-aneh gimana?" Reyhan sengaja berpura-pura bodoh. Padahal ia tahu betul ke mana arah pembicaraan Viola.
Dalam hati Viola berjanji, ia akan memberi ampun jika Reyhan berani macam-macam padanya.
"Ayo masuk aja dulu. Kita bicara di dalam," ajak Reyhan.
Belum sempat mereka melangkah, Reyhan kembali menoleh pada Viola di sampingnya.
"Aku rasa kita perlu saling memperkenalkan diri dengan benar," kata Reyhan. "Jadi, mari berkenalan," lanjutnya.
"Hmm?"
"Perkenalkan, aku Reyhan Danubrata ... suami kamu." Reyhan mengatakan itu sambil mengulurkan tangannya, mengajak Viola berjabat tangan.
Meski ragu, Viola menerima uluran tangan Reyhan.
"Silakan," kata Reyhan.
"Viola," ucap wanita itu singkat.
"Viola siapa?"
"Viola Alexandra."
"Maksudnya kamu siapa? Aku yakin kamu tahu maksud pertanyaanku."
"Istri kamu," pungkas Viola.
Astaga ... interaksi macam apa ini?