05 CINTA DAN MUSUH

1954 Words
Sebelumnya Zell, Melio, Arta dan Ben sedang menjalani aktifitas rutin yaitu mencari ilmu di tempat pendidikan masing-masing. *** Latar menunjukan keberadaan Zell di Kampus ternama yang ada di kotanya. Dia sudah tiba di parkiran, segera mancopot helm dan jaketnya. Kemudian menuju ke ruang kelas melewati koridor, di pinggiran koridor banyak Cewek-cewek yang sedang berkumpul, sedang ngobrol dan ada juga yang sedang membaca buku. Zell memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan berjalan dengan santai, tanpa mempedulikan kanan kirinya. Zell hanya mendengarkan bisikan dan suara Cewek-cewek yang dilewatinya. "Aaaa... itu Zell sedang lewat," sedikit teriakan cewek-cewek di pinggir koridor. "Zell, andai kamu jadi pacarku, dunia serasa milikku," kata seorang gadis imut berkacamata. "Oh My God... keren sekali Zell," kata cewek-cewek yang melihat Zell lewat dengan gagahnya. Zell tidak mempedulikan kata-kata yang didengarnya, dia sudah terbiasa mendengar kata-kata semacam itu, karena saat ini dia sedang fokus menjalani pendidikan dan sedang malas berurusan dengan cewek. Zell tidak mau menyakiti hati cewek seperti yang dilakukan saat SMA dulu. Banyak sekali cewek yang ditolaknya membuat Zell terkenal di Kampus. Sesaat kemudian, Zell akhirnya sampai di dalam ruang kelas, dia mengambil Fakultas jurusan Matematika di Kampus itu. "Hallo, Zell...!" sapa teman sekelasnya. Zell kemudian melakukan tos dengan teman-temannya lalu segera ikut bergabung dan ngobrol sambil menunggu dosen datang. Di kelas Zell mempunyai 2 teman akrab. Dosen pun datang, materi segera dimulai. Disitu Zell sangat antusias mendengarkan dan memperhatikan dosen menerangkan materi pelajaran. "Zell Dicaprio...! Coba kamu maju selesaikan soal ini," panggil dan perintah Ibu dosen. "Siap Bu," jawab Zell menanggapi dosen dan segera maju kedepan. Zell pun bisa menyelesaikan soal itu dengan mudah dan membuat dosen bangga, dia merupakan mahasiswa terbaik di kelasnya. Waktu terus berlalu hingga jam pelajaran habis "TELOLET TELOLET!" para mahasiswa dan mahasiswi bersorak gembira karena bagi mereka materi ini sangat membosankan, kecuali untuk Zell. "Zell, ayo ke kantin! Laper banget nih," ajak temannya. Zell segera bangkit lalu menuju kantin bersama, di sana mereka bercanda ria dan ngobrol membicarakan cewek di Kampus ini. "Guys... aku ke belakang dulu ya, kebelet kencing nih," kata Zell yang langsung pamit menuju kamar kecil. Zell tampak jalan terburu-buru melewati koridor kemudian pada saat melewati belokan "Brukk!" dia menabrak seorang gadis yang sedang memperhatikan layar ponselnya dan ponsel itu terjatuh. Zell berusaha mengambil ponsel itu, tapi gadis itu juga bersamaan mengambilnya, lalu Zell menoleh ke wajah gadis itu, begitu juga dengannya dan ... "Deghh...!" #Terpesona, ku pada pandangan pertama, dan tak kuasa ...# Pada saat itu barengan muncul lirik lagu berjudul 'Terpesona'. Mereka terus saling menatap kemudian lagu itu menghilang dan mereka baru sadar. "Aduh, Sorry! Gimana ponselmu, baik-baik aja kan?" tanya Zell. "Oh, gak apa-apa kok," jawab gadis itu dengan pipi memerah lalu menunduk malu. "Syukurlah kalau baik-baik aja." "Kamu yang waktu itu kan?" tanya gadis itu. "Hah, maksudmu? Kita pernah bertemu?" jawab Zell sedikit bingung. "Begitulah." "Sejak kapan?" Zell mencoba mengingat kejadian yang berlalu tapi tidak ingat. "Jadi kamu lupa, kamu pernah ngerjain aku saat sendiri di ayunan dan terjatuh," kata gadis itu sedikit kecewa. "Apa? Jadi kamu..." Zell baru ingat kejadian waktu itu. Dasar Zell tidak tau diri, padahal bagi si gadis kejadian itu membekas di pikirannya, tidak pernah terlupakan dan selalu memikirkan itu tiap hari. "Kamu jahat...!" kata gadis itu kecewa lalu mencoba pergi meninggalkan Zell. "Tunggu!" Zell menarik tangan kirinya agar tidak pergi. "Lepaskan tanganku!" pintanya, mendengar itu Zell segera melepaskannya. "Oke, aku minta maaf. Aku emang salah, waktu itu aku gak bermaksud membuatmu terjatuh." Gadis itu hanya bisa terdiam, sebenarnya bukan karena terjatuh yang terus dipikirkannya tetapi sesuatu yang menyentuh hati. "Kenapa diam aja? Kamu mau kan maafin aku?" kata Zell dengan memohon pada gadis itu. "Iya, aku maafin kok," jawabnya. "Makasih, namaku Zell. Boleh tau siapa namamu?" tanya Zell sedikit malu-malu. "Aku dah tau namamu," jawab gadis itu membuat Zell kaget hampir gak percaya. "Apa aku seterkenal itu, sampai gadis semanis ini tau namaku, bahkan selama ini aku belum pernah melihat gadis ini." Zell berkata dalam hati. Tiba-tiba alarm jam tangan Zell tanda pelajaran akan segera dimulai terdengar "CLINK CLONK!" menghancurkan suasana syahdu. "Maaf, aku harus pergi," kata gadis itu buru-buru meninggalkan Zell. "Hey, kamu belum menyebutkan namamu?" teriak Zell. "Gea Monica. Panggil aja aku Gea!" "Jadi namanya Gea... Ups." Zell baru sadar bahwa dia harus segera ke kamar kecil, bergegas ke sana. Pengenalan tokoh baru: *Gea Monica (GEA), berumur 18 tahun, berambut coklat dan panjang, dia gadis yang manis dan lembut namun suka salah tingkah. Benih-benih Cinta pada diri Zell mulai tumbuh kembali, sudah 1 tahun lebih dia mengabaikan pacaran. Dia tidak ingat kejadian saat Gea di ayunan itu karena waktu itu Gea menunduk saat diajak bicara Ben dan saat terjatuh itu cukup jauh. Kemudian jam pelajaran dimulai, waktu terus berlalu hingga jam pulang tiba. Latar beralih di Sekolah Melio, Arta dan Ben. Tampak banyak murid berhamburan membawa tas menandakan bahwa jam pulang tiba. "Huft... pulang juga akhirnya," kata Melio lega karena hari awal sekolah adalah hari yang tidak disukainya, lalu melihat dua temannya datang menghampiri. "Melio, kamu pulang duluan aja gak apa-apa. Kami ada keperluan tugas sekolah," kata Arta. "Serius? Gimana pulangnya kalian?" "Gak usah dipikirin, kami bisa naik taxi," jawab Ben. "Okelah kalau gitu, Bye!" Melio segera menuju rumah pamannya untuk mengambil mobil dan pulang duluan. Arta dan Ben kemudian bergegas mencari keperluan tugas sekolah, mereka harus menyelesaikan keperluan hari ini juga karena akan digunakan besok. Mereka mencari kesana kemari di berbagai toko di kota ini. Kemudian melewati sebuah lapangan sepak bola, agar cepat mereka lewat tengah lapangan untuk sampai ke toko seberang, namun terjadi sesuatu ditengah lapangan, aura gelap muncul dari atas membuat mereka kaget "Apa itu?" tanya mereka. Tiba-tiba muncul sesosok monster terbang seukuran manusia, monster itu berbentuk seperti kumbang hitam, mempunyai 1 tanduk besar, lalu berkata, "Kalian disini rupanya!" "Mau apa kau mencari kami?" tanya Ben. Arta sedikit ketakutan dan khawatir, lalu mengajak Ben lari karena disini tidak ada Zell atau pun Melio, tapi Ben malah menyuruh Arta untuk mundur dan sembunyi. "Ben, apa maksudmu? Kamu mau bunuh diri demi aku?" tanya Arta. "Bodoh, Ogah banget aku mati demi kamu." "Atau jangan-jangan kamu...," kata Arta yang kemudian berhenti berkata karena hampir tidak percaya. "Yes, aku sudah membangkitkan Magic. Cepatlah menjauh!" suruh Ben agar segera dilaksanakan. "Kenapa kamu gak bilang tadi pagi, dasar!" tanya Arta sambil lari menjauh, Ben hanya tertawa dan katanya itu buat kejutan. Namun monster tadi malah melesat menyerang Arta, melihat itu Ben langsung membuat teknik. "Magic Api ke-1, Semburan Api" Semburan api panjang menghalangi monster dan terbang mundur, saat itu Ben melihat angka di atas kepala monster LP:2000, kemudian melihat tangan kirinya LP:2000. "Oh, jadi ini angka yang dimaksud Zell. Menarik juga." Monster terlihat kesal, selanjutnya Ben menyerang monster itu lagi dengan semburan api yang diarahkan ke monster itu, namun hanya terkena sedikit bagian kaki, membuat angka jadi LP:1800. Monster itu menyerang balik menggunakan jarum-jarum yang ditembakkan, Ben bisa menghindari semua jarum itu. Lalu monster melesat maju menyerang Ben dengan tanduknya berkali-kali, Ben berusaha menghindar dan selalu berhasil menghindari serangannya. Monster putus asa dengan serangan itu, lalu membuat teknik baru, terbang ke atas "Rasakan ini!" monster membuat serbuk beracun, menyebar keseluruh area lapangan. Ben jelas tidak bisa menghindari itu. "Sial, serbuk beracun," kata Ben lalu tertunduk lemas, sambil menutupi hidung dan membuat angka menjadi LP:1500. Lalu monster itu melaju cepat menyerang, tetapi yang diserang bukan Ben, melainkan Arta yang ternyata juga terkena efek serbuk beracun itu, karena Arta ternyata tidak sembunyi dan hanya menjauh di pinggir lapangan, dia tampak tertunduk lemas juga. "Aku akan menyerang yang lemah dulu, matilah!" kata monster itu tahu kekuatan Arta belum bangkit. "Ini buruk, Arta menjauhlah!" teriak Ben dan berusaha bangkit tapi kesulitan. Ben sepertinya tidak bisa monolongnya, namun ketika monster itu sudah dekat dengan Arta. Sebuah petir menyambar di antara Arta dan monster, kebetulan waktu itu langit sedang mendung. Kemudian membuat kekuatan Arta bangkit dan langsung mendapat penglihatan bahwa Arta bisa memanipulasi petir, disebut "Magic Petir" dan Arta langsung memakai tekniknya. "Magic Petir ke-1, Bola Petir" Tiga buah bola petir berwarna kuning terbentuk di sekitar Arta, lalu ditembakan ke monster itu satu persatu. Bola pertama tidak kena tapi 2 bola lainnya berhasil, membuat monster tersengat petir dan angka menjadi LP:1200. "Ben, bangunlah! Kita tidak boleh mati di sini," kata Arta menyemangati Ben. Arta pun berdiri, siap mengalahkan musuh karena baru saja kekuatanya bangkit membuat efek racun itu hilang, tubuhnya juga seperti semula. "Kau benar, kita harus mengalahkannya!" Ben segera bangkit karena semangat apinya dan langsung membuat teknik. "Magic Api ke-2, Roket Api" Teknik kedua Ben membuat 4 roket dari api, lalu diluncurkan berurutan dan terus mengejar target. Monster berusaha terbang manghindar, tapi roket api terus mengejar, 2 roket berhasil dihindari karena menabrak pohon di pinggir lapangan hingga hangus terbakar. Akan tetapi 2 roket lainnya berhasil mengenai monster dan membuatnya terbakar hingga LP:400 tersisa. Namun monster itu belum mati karena angka kehidupan masih ada, monster itu mengganti kulitnya agar api terlepas. "Kalian tidak bisa diampuni!" Monster itu marah besar lalu mengeluarkan teknik terakhirnya. Membuat klonning tubuhnya menjadi 2 dan bahkan tubuhnya menjadi besar masing-masing 4x lipat dan angka keduanya tetap LP:400 masing-masing, lalu maju menyerang. "Apa-apaan itu, sungguh curang," kesal Ben. Ben mencoba menyerang dengan semburan api, berhasil membakar monster selama 2 detik, tetapi damage-nya jadi tidak terasa masih tersisa LP:300. Monster pun terus maju menyerang Ben dengan tanduk, beruntung masih bisa dihindari, serangan monster sangat berbahaya sampai membuat lubang besar di lapangan. Monster satunya menyerang Arta, lalu Arta mencoba menyerang dengan bola petir lagi, 2 bola petir ditangkis monster, satunya terkena namun sama saja damage-nya kecil, angka tersisa LP:325. Arta mengindar dari serangan monster dan terjadi lubang besar yang sama. "Ben, kita gak punya banyak waktu lagi. Masih ada keperluan tugas sekolah yang harus dicari." "Baiklah, aku mengerti. Kalau gitu ayo segera akhiri ini!" ajak Ben. "Oke!" kemudian Arta mengeluarkan tekniknya "Magic Petir ke-3, Penjara Petir" Arta membuat penjara petir berwarna kuning cukup besar dan mengurung monster, penjara itu sangat kuat bahkan monster tidak bisa lepas. "Musnahlah kau monster!" Penjara petir kemudian menyempit dan monster tersengat petir sangat kuat, membuatnya menjerit lalu meledak, membuat monster itu hancur hingga angka LP:0 dan sisa monster itu hancur. Di sisi Ben juga membuat tekniknya. "Magic Api ke-3, Lingkaran Api" Sebuah lingkaran api besar mengelilingi monster itu, musuh mencoba kabur tapi lingkaran terus mengejar dan membuat monster selalu berada di pusat lingkaran, lalu lingkaran mengecil membuat api semakin panas dan membakar monster hingga LP:0 dan hangus menjadi abu. Monster berhasil dikalahkan dengan sempurna, Arta dan Ben melakukan tos. Meski mereka lelah, terpaksa mereka harus bergegas menyelesaikan keperluan tugas sekolah, setelah itu baru bisa pulang. Di bekas pertempuran mereka tampak seekor kumbang mati. *** Jam menunjukkan pukul 18:00. Tampak si tampan Zell sedang rebahan di kasur, dia meletakkan kedua tangannya di belakang kepala sambil memandang langit-langit, sepertinya sedang memikirkan sesuatu. "Gea, kenapa selama ini aku gak tau kalau kita sekampus." Zell merenung sesaat. "Oke, semua ini masih belum terlambat." Zell kemudian mencari info tentang Gea, tanya ke teman-teman sekampus, buka website kampus, dan cara lainnya. Kemudian mendapat info bahwa Gea belajar di Fakultas jurusan Bahasa Indonesia. Sebenarnya Zell tahu rumahnya, tapi tidak mungkin tiba-tiba langsung kesana, apa kata keluarganya nanti, "Yes, ketemu," kata Zell dengan senyum bahagia. Kemudian latar menunjukkan tempat Gea berada. Dia sedang rebahan juga sambil peluk boneka kelinci berwarna pink. "Zell, aku hampir gak percaya bertemu lagi denganmu seperti itu," kata Gea sambil membayangkan saat saling menatap setelah tabrakan waktu itu, begitu dekat. "Aaaa...!" jerit Gea kemudian menutupi wajahnya dengan boneka. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD