08 TRUTH OR DARE

1908 Words
Terakhir mereka berhadapan dengan musuh yang lebih kuat, namun dengan kerjasama ditambah Zell yang juga kekuatannya bertambah akhirnya berhasil mengalahkan musuh. *** Mereka berlima termasuk adiknya Melio masih rebahan di rerumputan, mereka mencoba memulihkan kondisi tubuh yang sangat kelelahan habis bertarung sambil mengobrol. "Untung kamu gak jadi mati. Seandainya kamu mati di tangan Gonzu, siapa yang akan menggantikanmu sebagai pemimpin? Zell," kata Melio. "Apa maksudmu dengan pemimpin? Kita ini semua teman, gak ada yang namanya pemimpin, dan aku gak suka disebut pemimpin," balas Zell. Semua hanya terdiam mendengar ucapan Zell, tapi sesaat kemudian semua tersenyum akan hal itu. "Sebenarnya dari mana aura gelap tersebut dan kenapa mereka ingin sekali membunuh kita?" kata Arta bertanya-tanya. "Nah, itulah yang membuatku juga penasaran," kata Zell menanggapi. Mereka semua bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Arta memberi peringatan agar sebaiknya kita semua waspada dan hati-hati, karena pasti masih ada lagi musuh yang mengincar kita. Ben juga berpendapat mungkin ini semua ada hubungannya dengan cahaya yang jatuh malam itu. "Sebenarnya mereka siapa kak, kenapa mengerikan? Aku yakin mereka bukan manusia," tanya Kian dengan perasaan takut. "Entahlah, Kakak juga gak tau, pesan Kakak kamu harus selalu hati-hati ya Kian. Jika ada makhluk semacam itu sebaiknya langsung lari!" saran Melio pada adiknya. Kian mengangguk, lalu dia juga bertanya dari mana Kakak dan teman-temannya mendapatkan kekuatan Magic, Melio memberitahukan itu namun kurang yakin, tapi kemungkinan di saat berpetualang di pegunungan pada hari minggu yang lalu. Kian mengatakan kekuatan itu sangat keren dan hebat, andai dulu ikut mungkin dia juga akan mendapat kekuatan Magic, kemudian Kian tertawa. Sekitar 30 menit mereka rebahan membuat tubuh mereka sedikit bugar, bisa untuk berjalan dan segera pulang untuk istirahat. Namun ketika Zell dan Arta ingin mengecek jam, mereka kaget mengapa tidak ada sinyal di ponselnya, lalu mereka cek ternyata simcard kosong. Kemudian mencarinya dan mereka ingat sebelumnya ponsel mereka ber-aura gelap, dan ternyata 2 simcard berada di bekas tewasnya Gonzu dan Eliza. Kejadian itu mirip seperti udang dan kumbang sebelumnya, itu berarti aura gelap telah merasuki udang, kumbang dan simcard, sangat aneh. Setelah itu mereka melupakan kejadian malam ini dan bergegas pulang, meski masih merasa lelah, "Untuk kerjasama malam ini, 3... 2... 1... Fight!" Kian juga diajak melakukan persatuan ini, lalu mereka pulang ke rumah masing-masing. *** Pagi hari sudah tiba saatnya semua beraktifitas biasa ke tempat pendidikan masing-masing. Latar menunjukkan di Kampus milik Zell, dia sedang antusias mendengarkan materi, lalu ... "Pak, ijin ke belakang!" kata Zell sambil angkat tangan untuk keluar pelajaran sebentar. Sebenarnya Zell hanya ingin ke ruang Fakultas Bahasa Indonesia dan mencoba mencari tahu keberadaan Gea. Sesampainya di sana Zell melihat dari jauh ruang itu, kemudian melihat Gea keluar ruangan, kesempatan itu diambil Zell untuk mengikuti ke mana dia akan pergi. Setelah diikuti beberapa langkah kemudian Gea masuk ke suatu ruangan, Zell segera menuju ruang itu. Sesampainya di sana ternyata ruang itu dikunci, dia mencoba mendengarkan dari luar pintu dengan seksama, tapi tiba-tiba teknik spesial Zell aktif dan... "Aaaa...!" jeritan para Cewek-cewek yang melihat Zell. Zell sangat kaget, terkejut bagai patung dan mata tidak bisa berkedip. Bagaimana tidak, ternyata di dalam ruangan itu banyak Cewek-cewek yang sedang ganti baju untuk latihan drama tentang olahraga, Zell langsung mimisan parah dan segera menutupi hidung. "Sorry... sorry... sorry! Aku gak sengaja," kata Zell minta maaf sambil menutup hidung dan mulut dengan tangan kanan. Setelah itu Zell langsung mendapat lemparan benda-benda unik. Mendapat itu Zell segera membuka pintu dan kabur. "Hey Gea, kenapa kamu gak mengunci pintu tadi?" tanya seorang cewek sedikit kesal. "Ehh... Aku tadi sudah menguncinya. Apa mungkin rusak pintunya," jawab Gea bingung. Setelah itu Zell segera kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Sampai di kelas segera duduk, tapi temannya bertanya, "Zell, kenapa hidung kamu berdarah? Habis dipukul siapa? bilang sama aku biar kuberi pelajaran dia." "Oh... ini. Hmm, gak apa-apa kok, tadi cuma menabrak tiang karena terburu-buru," jawab Zell berpura-pura, tapi temannya percaya. "Ah, sial. Kenapa ini bisa terjadi," batin Zell. Mungkin itu balasan karena meninggalkan materi dari dosen, dia segera melanjutkan belajarnya. Waktu terus berlalu hingga jam materi selesai, Zell segera keluar dan minta maaf tidak bisa bareng ke kantin bersama teman-temannya. Karena sebenarnya Zell ingin keruangan Gea, setelah sampai di sana kebetulan dia baru saja keluar, lalu Zell segera mengikutinya dari belakang. Saat berjalan di tempat yang agak sepi, Zell mencoba memanggilnya, "Gea!" Mendengar panggilan itu, Gea mendadak berhenti dan menoleh ke belakang "Ehh, kamu yang panggil aku tadi. Ada apa?" tanya Gea. Zell mengatakan tidak ada apa-apa, cuma ingin ngobrol saja. Dia pun mau diajak ngobrol dan membuat Zell sangat senang. Mereka asik ngobrol dan sedikit bercanda ria. Gea menanyakan tadi pagi bagaimana caranya Zell bisa masuk ke ruangan itu, Zell menjawab kalau pintunya rusak sambil garuk-garuk kepala belakangnya. "Untung aku belum sempat copot baju, kalau sampai kamu liat aku tanpa... Aku gak akan maafin kamu," kata Gea memperingatkan, Zell hanya bilang maaf dan semoga tidak terulang lagi, sedangkan Gea hanya sedikit cemberut. Beberapa saat kemudian Zell ingin bertanya sesuatu yang sedikit serius. "Gea, mau gak kamu jadi...?" tanya Zell dengan malu-malu. "Jadi... jadi apa?" tanya Gea penasaran. "Jadi..." "Jadi apa? Jadi kucing?" canda Gea namun kemudian membuat pipinya sedikit merah. "Bukan kucing, tapi jadi..." "Ehemm...!" Tiba-tiba ada seseorang lewat di belakang mereka, membuat Zell dan Gea kaget kemudian menoleh ke belakang, dan ternyata dia adalah... "Selamat Pagi Om!" sapa Zell dengan orang itu, Gea juga menyapa tapi dengan sopan "Selamat pagi Pak!" Gea berbisik pada Zell kenapa panggil 'Om' sama dosen, Zell menjawab bahwa dia sangat akrab dengan dosen itu, bahkan dia sendiri yang menyuruh panggil 'Om' kecuali di ruang kelas, karena dosen itu ternyata adalah Ayah Melio sahabatnya. "Oh, Kamu Zell. Hayoo lagi ngapain berdua di sini?" tanya Ayah Melio sedikit penasaran. "Gak ngapa-ngapain kok!" jawab mereka berdua serentak. "Ya udah, Saya pergi dulu," kata Ayah Melio, kemudian berbisik pada Zell "Jangan sampai lepas di tangan orang lain." Setelah itu pergi. Mendengar itu membuat Zell tersenyum, lalu melanjutkan pertanyaan tadi. "Gea, mau gak kamu jadi temanku?" Pertanyaan tersebut membuat Gea terdiam dan berkata dalam hati "Oh, jadi teman. Kirain jadi..., gak apa-apa deh jadi teman." Lalu dia menjawab pertanyaan Zell, "Iya, aku mau." "Serius? Kalau gitu boleh minta nomer ponselmu?" Gea memberi nomer ponselnya dan membuat hati Zell senang, kemudian mereka berpisah menuju tempat masing-masing. Zell sempat mengajak Gea ke kantin, tapi dia tidak mau, katanya mau ke perpustakaan karena ada keperluan penting. Waktu terus berlalu hingga siang dan jam pulang tiba. *** Sudah Malam hari saatnya mereka berkumpul di Base Camp biasanya. Kali ini berempat, Kian tidak diajak. Mereka tidak ingin bermain game moba tapi melakukan permainan seru. Mereka sudah berkumpul semua. "Hallo... Guys. Aku punya permainan seru dan menantang malam ini," sapa Zell pada semua. "Apa itu Zell?" semua penasaran. "Oke, namanya adalah 'Truth Or Dare' kalian dah tau belum?" Teman-temannya hanya diam, mereka pernah mendengar tapi tidak tahu persis cara mainnya, kemudian Zell menjelaskan. Permainan 'TOD' ini sangat populer di dunia, permainan ini mengungkap fakta tentang kebenaran 'TRUTH' atau menyelesaikan sebuah tantangan 'DARE'. Permainan ini menunjuk salah 1 orang yang akan dijadikan korban permainan, bagi yang terpilih dia harus menjawab dengan jujur pertanyaan dari pemenang atau menyelesaikan sebuah tantangan dari pemenang. Jika nanti korban ketahuan berbohong atau tidak mau menyelesaikan tantangan, dia harus dihukum. Nah itulah cara mainnya, kemudian semua sudah mengerti. "Hmm... tapi apa ya hukumannya?" Zell berpikir sejenak. "Lari pagi tanpa celana! Gimana setuju?" saran Arta secara tiba-tiba. Membuat semua sedikit bengong, tapi Zell dan Ben segera menyetujuinya, menurut Ben ini sangat menarik, namun Melio yang sedikit pemalu masih ragu untuk setuju. "Ayolah Melio, jangan jadi penakut!" ajak Ben, kemudian Melio berpikir sebentar dan akhirnya setuju juga. "Oke, siapa takut," jawab Melio, kemudian semua bersemangat dan seperti biasa, "3... 2... 1... Fight!" Pertama-tama Zell mengambil sebuah botol minuman dari kaca, untuk jadi penunjuk. Mereka berempat berkumpul mengelilingi botol itu dan botol akan di putar, siapa yang ditunjuk botol itu akan menjadi korban permainan. Permainan pun langsung dimulai, botol di putar Arta dengan cepat. ... "Terrrr...!!!" ... Mereka semua antusias memperhatikan botol berputar dan jantung mereka berdebar-debar kencang, berharap botol tidak menunjuknya. Botol masih berputar. ... dan Stop! ... "Melio!" mereka bertiga bersorak serentak. "Sial, ini mungkin jadi malam terburuk buat aku," kesal Melio dengan sedikit keringat menetes. "Oke, siapa yang mau mulai duluan?" tanya Zell. Mendengar itu Ben ingin lebih dulu memulai, Ben memilih 'TRUTH' kemudian mengajukan pertanyaan dengan tersenyum sinis. "Melio, apakah kamu menyimpan banyak foto-foto Cewek cantik dan seksi di ponselmu?" tanya Ben dengan serius. Pertanyaan tersebut membuat semua diam, terlebih Melio yang wajahnya memerah tanda sangat malu. Kemudian Melio berkata dalam hati "Sialan Ben, ini benar-benar menyebalkan," lalu Melio memberanikan diri untuk menjawab. "Oke, aku jawab sejujur-jujurnya. Iya aku menyimpannya, puas kamu?" jawab Melio dengan tegas dan membuat Arta dan Ben tertawa riang, Melio menunduk karena malu. "Bro, gak perlu malu. Hal semacam itu wajar, itu normal, aku yakin hampir semua Cowok menyimpan itu. Justru aneh kalau Cowok gak menyimpan satu pun foto cewek, entah itu Anime, Kartun, Artis atau apalah." Zell membela dan menyemangati Melio sambil menepuk pundaknya, dan itu membuat Melio tersenyum serta tidak malu lagi. Kemudian Zell menyuruh untuk melupakan semua itu dan melanjutkan permainan. Saatnya Zell memilih giliran... "Oke, sekarang giliranku. Aku pilih 'DARE' aja," kata Zell lalu memberi tantangan, "Melio, aku minta kamu push-up 50x pakai 1 tangan, deal?" "Siap, itu mah kecil," jawab Melio menerima tantangan Zell dengan remeh. Melio segera ambil posisi dan mulai push-up... Pada hitungan ke-20 masih lancar-lancar saja, tapi mulai hitungan ke-30 sedikit melambat... dan pada hitungan ke-40 Melio terkapar ke lantai, berhenti push-up dan merasa kelelahan. "Hahaa... Oke, aku kasih keringanan. Kamu boleh istirahat sebentar, maksimal 5 menit," kata Zell, kemudian Melio mengambil kesempatan itu untuk istirahat. Setelah beberapa menit, Melio melanjutkan tantangan tadi dan akhirnya berhasil push-up 50x dengan 1 tangan. Melio merasa sangat kelelahan, keringat bercucuran tapi akhirnya lega, dia minta istirahat dulu sebelum permainan 'Truth Or Dare' dilanjutkan dan teman-temannya menyetujui. Selang beberapa menit Melio siap melanjutkan permainan dan saatnya giliran Arta, dia menatap Melio dengan senyum liciknya... lalu segera melanjutkan permainan. "Gue juga pilih 'DARE' siap-siap kuatkan hatimu Melio, hahaha... " kata Arta membuat Melio cemas tapi bikin penasaran dan Arta langsung memberi tantangan. "Salama ini aku tau, kalau kamu belum punya pacar... Jadi aku minta besuk pagi, pada waktu istirahat di kantin... Kamu harus tembak Ella, si gadis tercantik di kelasmu, sanggup?" kata Arta memberi tantangan yang super gila dan membuat Melio kaget setengah mati serta membuatnya menelan ludah. "Apa? Maksud kamu si Ella Jessica?" kata Melio sedikit teriak lalu membayangkan wajah gadis itu. *Pengenalan tokoh baru : Ella Jessica (ELLA), berumur 17 tahun, beramput pirang dan panjang, dia gadis yang cantik dan elegan, tapi sedikit pelupa. Tantangan tersebut membuat Melio berkeringat dingin, mau tidak mau dia harus menerima tantangan itu dan harus menghancurkan rasa pemalunya. Karena kalau tidak, harga diri Melio sebagai Cowok hancur lebur karena harus lari pagi tanpa celana. Hmm... pilihan yang sulit bagi Melio, tapi terpaksa dia harus menerima tantangan itu. "Oke, aku terima tantangan kamu. Akan aku lakukan itu besok," jawab Melio ragu-ragu, kemudian Arta dan Ben melakukan tos. "Kalian enak bisa langsung liat tantangan itu karena satu Sekolah, gimana dengan aku?" kata Zell juga ingin lihat. "Tenang aja Zell. Besok bakal aku Live Streaming dan aku share adegannya ke kamu," tanggap Arta. Hal itu membuat Zell sangat senang dan ingin menantikan moment itu segera. Melio hanya bisa menghela napas setelah mendengar perkataan temannya itu, dia harus menerima dengan lapang dadda. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD