Bab 2 Hari Pernikahan

1299 Words
Wajah ketiga orang yang di depan Aileen seketika berubah menegang setelah mendengar itu. "Aileen, itu hanyalah rumor belaka. Tuan muda Li tidak mungkin membunuhmu," sanggah Tuan Jonas. "Keluarga Li juga tidak akan membiarkan itu terjadi. Lagi pula, Christian Li tidak mungkin melukai istrinya sendiri. Dia pasti memperlakukanmu dengan baik jika kau mau menikah dengannya. Ayah mohon, kali ini saja, turuti permintaan ayah, menikahlah dengannya." Aileen tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat ayahnya begitu gigih melemparnya kepada keluarga Li. Setelah berpikir selama beberapa saat, Aileen mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan tegas, "Baiklah. Aku akan menikah dengannya. Anggap saja ini sebagai balas budiku karena kalian sudah menampungku dan merawatku selama ini." Ketiga orang yang ada di depannya seketika tersenyum setelah mendengar keputusan Aileen. Mereka tampak senang sekaligus merasa lega karena Aileen mau menikah dengan Christian Li. Tadinya, mereka sempat takut kalau Aileen tidak akan menyetujui pernikahan itu. Wajah mereka pun terlihat sudah tidak setegang tadi, karena Aileen sudah setuju menikah dengan tuan muda Li. Setidaknya, mereka sudah bisa bernapas lega dan tidak perlu lagi khawatir lagi mengenai masalah hutang. "Jangan berkata seperti itu, kita adalah keluarga," kata Tuan Jonas. "Tidak lagi." Aileen menatap ayahnya dengan wajah dingin. "Setelah ini, kita bukan lagi keluarga. Aku akan memutuskan hubungan dengan kalian semua. Hutang budiku pada kalian selama ini, aku bayar dengan cara menikahinya." Nyonya Debora langsung berdecih dengan tatapan mengejek. "Siapa juga yang mau memiliki hubungan keluarga denganmu. Kau hanyalah beban dan aib bagi keluarga kami. Kami tidak rugi sama sekali kehilanganmu." Mendengar hinaan ibu tirinya itu, Aileen tersenyum getir, setelah itu berdiri. Cukup sudah selama ini dia berkorban untuk keluarganya. Sejak dulu, apa pun yang dia lakukan untuk keluarga itu, tidak pernah dianggap sama sekali. "Baiklah, karena kau sudah mengatakan itu, setelah ini, jangan pernah meminta bantuan apa pun lagi dariku. Aku tidak akan pernah mau menjadi tameng Cathleen lagi. Setelah aku resmi menikah dengan Christian Li, berarti hubungan kita juga berakhir. Aku tidak mau memiliki hubungan apa pun lagi dengan kalian. Jangan pernah mencariku lagi di masa depan." Selesai mengatakan itu, Aileen melangkah menuju kamarnya. Dia harus mengemas barang-barangnya secepat mungkin. Bagaimana pun setelah menikah, dia akan tinggal di keluarga Li. Jadi, dia harus memilah pakaian mana yang akan dia bawa nantinya. "Ciih, anak itu, belum juga menikah dengan Tuan Muda Li, tapi kesombongannya itu sudah melebihi langit," ucap Nyonya Debora dengan wajah mencemooh. *********** Tidak ada perayaan, tidak ada kata-kata selamat atas pernikahannya. Semuanya terjadi begitu cepat. Dua hari setelahnya, Aileen sudah resmi menjadi istri dari Christian Li. Segala sesuatunya diurus oleh pihak keluarga Li sampai akhirnya akta nikah berada di tangan Aileen. Semua terjadi begitu cepat. Bahkan, dia belum melihat mempelai prianya. Namun, dia sudah bersatus sebagai nyonya muda di keluarga Li. Ada satu hal yang membuatnya merasa marah sekaligus sedih, yaitu keluarganya tidak ada satu pun yang datang kantor catatan sipil untuk mendampinginya. Padahal, mereka semua tahu kalau dirinya akan mencatatkan pernikahannya dengan Christian Li hari ini. Yang membuatnya kecewa adalah mereka semua ada di rumah ketika dia dijemput oleh orang suruhan keluarga Li. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang menawarkan diri untuk mendampinginya. Padahal, dia harus menikah dengan pria itu juga karena mereka. Seharusnya, mereka mereka ikut ke kantor catatan sipil jika memang mereka masih memiliki hati nurani. Kalau tahu akan seperti itu, lebih baik dia kabur sejak awal, biarkan saja mereka pusing dengan masalah hutang itu, tapi setelah dipikir-pikir lagi, menyesal pun sudah terlambat. Sekarang, dia harus memikirkan cara, bagaimana bisa segera keluar dari keluarga Li dengan cepat. "Mari, Nyonya Muda." Seorang pria yang memakai setelan jas lengkap mengajak Aileen berjalan menuju mobil setelah berada di luar kantor catatan sipil. Pria itu adalah salah satu orang suruhan keluarga Li yang sejak tadi menemaninya mengurus akta nikah. Siang tadi, keluarga Li mengutus 3 orang untuk menjemputnya di rumah dan membawanya ke kantor catatan sipil. Ketika dijemput, Aileen membawa serta kopernya saat akan ke kantor catatan sipil karena dia akan langsung tinggal di kediaman utama keluarga Li setelah resmi menikah dengan Christian Li. Karena urusan di kantor catatan sipil sudah selesai. Jadi, Aileen akan langsung dibawa ke kediaman utama keluarga Li, dimana suaminya tinggal. Ini pertama kalinya Aileen akan menginjakkan kakinya kediaman keluarga paling tersohor di kota Imperial. "Sudah sampai, Nyonya Muda." Sebelum turun dari mobil, Aileen menatap sejenak pada bangunan besar yang lebih mirip dengan bangunan istana. Dia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada saat melihat bangunan megah di depannya itu. Setelah turun dari mobil, pria yang membukakan pintu untuknya itu membimbing Aileen masuk ke dalam. Aileen kembali dibuat takjub dengan interior di dalam rumah tersebut. Meskipun dia sangat kagum, dia berusaha untuk menyembunyikan kekagumannya dengan menampilkan ekspresi biasa. "Silahkan duduk, Nyonya Muda. Nyonya Besar sebentar lagi akan menemuimu." Setelah Aileen mengangguk, pria itu berlalu dari sana, meninggalkannya sendiri di ruangan itu. Jantung Aileen berdebar kencang selagi menunggu kedatangan tuan rumah dari kediaman besar itu. Tidak lama setelahnya, terlihat seorang wanita berumur sekitar 50 tahun yang memiliki aura wanita berkelas, berjalan anggun ke arahnya. Aileen segera menyapa dengan sopan setelah wanita paruh baya itu duduk di depannya. “Namaku Caisa. Aku ibu tiri dari Christian Li.” Wanita yang terlihat lebih muda dari usianya itu memperkenal diri pada Aileen setelah dirinya selesai menyapanya. “Selamat bergabung di keluarga besar Li.” Tidak ada keramahan sedikit di wajah wanita di depan Aileen saat mengatakan itu. Wajahnya terlihat datar, terselip aura keangkuhan dalam sorot matanya. “Terima kasih,” kata Aileen dengan sopan. “Di kediaman utama ini, selain Christian, ada juga bibinya yang tinggal di sini, tapi dia sedang pergi ke luar negeri. Kemungkinan akan kembali beberapa hari lagi.” “Nyonya tinggal di sini?” “Tidak. Aku tinggal di mansion suamiku dengan anak asuhku, tapi biasanya aku akan menginap seminggu 4 kali di sini. Bibi Christianlah yang menetap di sini.” Aileen mengangguk tanda mengerti. “Sebenarnya, banyak yang ingin aku bicarakan denganmu, tapi karena kau baru saja datang, kita bisa bicara nanti malam. Kau bisa beristirahat dulu di kamarmu setelah ini, tapi sebelum itu, kau akan diantar pelayan untuk berkeliling agar kau tidak tersesat.” Setelah Nyonya Caisa selesai bicara dengan Aileen, dia menoleh pada pelayan, lalu memintanya untuk membawa Aileen untuk berkeliling di kediaman keluarga Li sebelum dia dibawa ke kamar pribadi Christian. Aileen harus tahu seluk-beluk kediaman utama keluarga Li lebih dulu, agar kedepannya dia tidak salah masuk ruangan. Apalagi, kediaman Li sangat besar serta terdapat banyak ruangan di sana, kemungkinan bisa tersesat jika baru pertama kali berkunjung ke sana. Setelah selesai berkeliling di seluruh kediaman kekuarga Li, Bibi Nian kembali mengantar Aileen untuk bertemu dengan Nyonya Caisa. “Bibi Nian, antar Aileen ke kamar Christian.” “Tapi Nyonya, tuan muda tidak suka kala—” Nyonya Caisa langsung menyela ucapan pelayannya saat tahu apa yang akan disampaikan olehnya. “Bibi Nian, Aileen sudah menjadi istri Christian. Jadi, sudah seharusnya mereka tidur di kamar yang sama.” Wajah Bibi Nian terlihat ragu. Namun, dia tidak berani membantah perintah Nyonya Caisa. Dia tidak mau kehilangan pekerjaan hanya karena membantahnya. Bibi Nian akhirnya mengajak Aileen menuju lantai dua. Setelah menginjakkan kaki di lantai 2, Aileen menarik koper sendiri miliknya dan berjalan mengikuti Bibi Nian, hingga berhenti di depan kamar letaknya berada di ujung. “Nyonya Muda, silahkan masuk. Aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini. Tuan muda tidak suka jika orang lain masuk ke dalam kamarnya tanpa seijinnya." “Tidak apa-apa, Bibi Nian. Aku akan masuk sendiri,” ucap Aileen dengan ramah. “Terima kasih sudah mengantarku sampai di sini.” Bibi Nian membungkuk sejenak, lalu berkata, “Nyonya Muda bisa memanggilku jika memerlukan sesuatu.” Aileen tersenyum sambil mengangguk ringan. Saat Aileen akan meraih handle pintu, Bibi Nian kembali berkata, “Nyonya Muda, hati-hati.” Ucapan Bibi Nian membuat Aileen merasa sedikit takut. Tiba-tiba saja dia merasa sesuatu yang buruk akan menimpanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD