1. patah hati
Prolog.
“Gue nggak akan tertarik pada wanita seperti itu. Nggak punya harga diri dan bersikap layaknya pengemis.”
Nadia masih ingat kata-kata yang terlontar dari bibir lelaki yang saat ini statusnya bukan lagi Bos, tapi calon suaminya. Cincin bertahtakan berlian melingkar indah di jari manisnya, beberapa bulan lalu Bu Ika menyelamatkannya sebagai salah bentuk kesungguhan dan komitmen Arik. Nadia percaya, bahkan ia kembali memberikan seluruh hatinya untuk lelaki itu setelah badai kegagalan yang dialaminya bersama Nendra beberapa waktu lalu. Nadia sempat berpikir Arik adalah jawaban dari semua doanya selama ini. Meskipun diawali dengan perdebatan yang tidak pernah ada hentinya, tapi cinta bisa menyatukan mereka.
“Nadia, aku bisa jelaskan.”
Lamunan Nadia buyar saat kembali mendengar suara lelaki itu menggema di telinganya. Bahkan ia masih dengan kondisi yang sama, bertelanjang d**a di salah satu kamar hotel bersama cinta masa lalunya.
“Aku bisa jelaskan, tunggu.”
Ia terlihat terburu-buru mengambil beberapa pakaian yang berceceran di lantai.
Tatapan Nadia tertuju pada sosok wanita yang berdiri mematung tak jauh dari tempatnya berada. Kondisi wanita itu sedikit lebih baik, tapi beberapa kancing kemeja bagian atas yang dikenakannya terbuka hingga belahan d**a terlihat. Bukan hanya itu, ia tidak berusaha menjelaskan apapun seperti lelaki itu, seolah ia mengiyakan setiap pertanyaan yang ada dalam benak Nadia.
Mungkin Nadia tidak butuh lagi penjelasan, sebab yang terlihat sudah sangat menggambar apa yang terjadi pada mereka berdua.
Bayangkan saja pernikahan Nadia dan Arik hanya tinggal menghitung hari, tapi hari ini Nadia mendapati calon suaminya tengah bersama wanita lain di sebuah kamar hotel.
Hati Nadia remuk.
Seharusnya ia tahu, sejak awal Arik hanya merasa bersalah atas kejadian malam itu. Malam dimana mereka melakukan hal yang tidak seharusnya terjadi.
Tidak ada cinta yang tumbuh diantara keduanya, atau mungkin hanya cinta sepihak yang dirasakan Nadia.
“Gue nggak akan tertarik pada wanita seperti itu.” Kalimat itu kembali menggema dalam benak Nadia, menghantamnya berulang kali hingga lelehan air mata mengalir deras saling mengejar satu sama lain.
Nadia memilih untuk pergi, mengabaikan panggilan Arik yang terus memanggil namanya dari arah belakang. Nadia tahu lelaki itu mengejarnya dengan berjuta alasan yang tidak akan Nadia percaya lagi. Tapi hatinya sudah terlanjur sakit, bahkan keinginan untuk menikah pun sirna seketika.
Untuk kedua kalinya, Nadia kembali gagal menikah.
***
Beberapa bulan sebelumnya.
Nadia menatap sengit ke arah sepasang pengantin yang tengah tersenyum bahagia menyambung kedatangan para tamu undangan. Semua tampak bahagia, kecuali Nadia tentu saja.
“Gila, dia pakai gaun incaran lo Nad.”
Nadia menatap kesal ke arah wanita yang datang bersamanya, tidak lain dan tidak bukan dia adalah Mila. Rekan satu kantornya.
Sejak awal. Bertemu, Nadia pun sudah menyadari hal tersebut, bahkan kebencian kian menguat dalam hatinya saat tahu gaun yang akan dikenakannya di hari pernikahan justru dikenakan wanita lain. Bukan hanya gaun, tapi lelaki yang bersanding dengan wanita itu pun satu bulan lalu masih berstatus sebagai kekasihnya.
“Sial!” Umpat Nadia.
“Lo nggak berniat mengacaukan pernikahan mereka kan, Nad?” Mila memandang Nadia dengan seksama. Berharap wanita itu tidak melakukan hal gila seperti yang terjadi di dalam sebuah drama.
“Nggak lah! Gue nggak akan mempermalukan diri untuk yang kedua kalinya.” Nadia menatap tajam ke arah si pengantin laki-laki dimana tatapan keduanya bertemu. Nadia tidak akan menunjukkan ekspresi sedih atau kecewa seperti beberapa waktu lalu, ia justru menatap Nendra dengan tatapan tajam dan menyeringai penuh kengerian.
“Gue akan balas semua perbuatan mereka.” Ucapnya.
“Setuju, atau lo bisa hubungi nomor yang gue kasih. Itu nomor dukun santet ternama, di jamin tokcer.”
Nadia tentu tidak akan menggunakan cara kotor untuk membalas sakit hatinya saat Hendra memutuskan hubungan secara sepihak satu bulan lalu di sebuah restoran.
“Aku dijodohkan, Nad.”
Kalimat itu masih terngiang dalam ingatan Nadia tapi yang terlihat hari ini tidak ada sedikitpun raut terpaksa yang tersirat di wajah Nendra, lelaki itu terlihat bahagia seperti pasangan pengantin pada umumnya.
“Gue nggak yakin Nendra dijodohkan.” Mila kembali bersuara.
“Mana ada di jodohkan cekikikan kayak gitu.” lanjutnya.
“Dijodohkan hanya alasan aja, aslinya mereka berdua emang udah pacaran sejak lama.” Balas Nadia.
“Lo nggak sakit hati, Nad?”
Nadia menatap jengah ke arah Mila. “Nggak, hati gue terbuat dari batu ko.”
Mila tertawa. “Udah yuk, balik. Gue udah kenyang banget.” Wanita itu mengusap perutnya, sementara Nadia belum menikmati hidangan apapun kecuali air. Melihat kebahagiaan yang terpancar dari kedua mempelai membuat rasa lapar yang dirasakan Nadia menguap seketika.
Keduanya memutuskan untuk pulang sebelum memberikan selamat pada kedua mempelai. Bagi Nadia tidak perlu repot-repot memberikan ucapan selamat pada mereka, sebab keduanya justru bahagia diatas penderitaannya.
“Nad, video lo masih aja rame. Padahal udah sebulan lalu, tapi masih ada aja yang posting ulang.” Nadia menoleh, ikut memperhatikan video dari ponsel Mila.
“Padahal gue udah bayar jasa untuk menghapus video itu, tapi masih aja ada.” Nadia.
“Lo anarkis banget sih waktu itu, wajar aja jadi perhatian beberapa orang.”
“Gimana nggak anarkis, gue diputusin tiba-tiba.”
Nadia memang sangat menyesali tindakannya waktu itu, dimana ia berteriak dan mengumpat Nendra saat lelaki itu tiba-tiba memutuskannya secara sepihak.
Hubungan yang semula baik-baik saja harus kandas hanya karena alasan dijodohkan. Nadia tentu saja tidak Terima apalagi selama ini ia begitu berharap akan hubungannya berakhir di pelaminan seperti yang sudah direncanakan. Tapi ternyata Nendra lebih memilih dijodohkan dan soalnya wanita yang kini menjadi istrinya adalah teman Nadia.
Nadia menatap vidio dimana ia berteriak seperti orang kesurupan. “Gue jelek banget di sini.” Keluhnya.
“Gue harus cari siapa yang merekam dan menyebarkan video ini.” Nadia menghela lemah. “Gue bakal tuntut ganti rugi, karena dia merekam dan menyebarkan video itu tanpa seijin gue.”
“Zaman dimana semua serba viral gini mana ada minta izin. Paling tu orang lo pukul atau lo jambak rambutnya kalau ketahuan.”
Nadia sangat menyenangkan vidio tersebut viral hanya dalam waktu satu hari saja. Kejadian itu sudah satu bulan berlalu, tapi masih ada saja oknum yang menyebar luaskan.
Kedua berjalan beriringan menuju lobi dimana ambil taksi online sudah menunggu, tanpa mereka sadari dua orang lelaki mempertahankan keduanya sejak tadi.
“Itu cewek yang lo video satu bulan lalu, kan?” Tanya salah satu lelaki.
“Iya,” Jawabnya singkat.
“Dunia sempit banget ya, ketemu lagi malam ini.”
“Lo masih simpan video waktu itu?”
“Masih. Lo mau?”
“Nggak. Mending lo hapus aja,”
“Jangan lah! Seru tau buat ramein warga instagram.”
Arik merasa bersalah karena tanpa sengaja memvideokan kejadian waktu itu dimana akhirnya video tersebut viral. Wanita itu mungkin tidak tahu Arik adalah pelakunya.