Part 02 - Ardam Joviannoel

1042 Words
Raisel menatap pada pakaian yang dikenakan oleh dirinya malam ini. Pakaian yang sangat terbuka, dirinya mengusap lengannya, sungguh dirinya tidak bisa melihat dia yang berpenampilan seperti jalang seperti ini. Raisel menghembuskan napasnya kasar lalu mengambil blazernya. Taksi yang dipesan oleh dirinya sudah sampai. Raisel tidak bisa mundur lagi, atau dia akan kehilangan ibunya. Biarlah dirinya akan merendahkan dirinya malam ini. Raisel akan berbicara pada Mami untuk memberikan dirinya uang dua ratus juta! Atau seratus lima puluh juta langsung padanya. Sehingga dia tidak akan terjebak dalam pekerjaan haram ini lagi. Raisel tidak mau selamanya dia bekerja seperti ini. Raisel melihat pada jalanan yang dilalui oleh dirinya menuju ke klub malam. Jantungnya berdegub sangat kencang. Ketakutan menghantui dirinya ketika dia sudah sampai di klub malam. Raisel membayar taksi lalu dirinya berjalan menuju penjaga klub malam. “Kau mau bertemu siapa?” tanya pria berbadan besar pada Raisel. “Saya mau bertemu dengan Madam Marlyn. Bilang nama saya Raisel, sudah memiliki janji temu dengan dia malam ini,” jawab Raisel, lalu matanya melihat pada ke celah pintu klub malam yang sangat bising sekali. Pria itu mengangguk lalu mulai menelepon seseorang yang tidak diketahui oleh Raisel siapa, dia juga tidak mau bertanya pada pria itu. Dirinya menunggu dengan keadaan cemas, lalu matanya melihat pada seorang pria yang berpakaian seksi menghampiri dirinya. “Aku diminta untuk mengantarkanmu ke ruangan Mami.” Raisel mengangguk mengikuti wanita itun dari belakang, dia melihat wanita paruh baya dadanan yang sangat menor sekali menyesap rokok dan tersenyum pada dirinya. “Raisella sayang! Kau anakku yang baru dan katanya kau mau mencari pelanggan yang mau membayarmu dua ratus juta malam ini sayang?” tanya Marlyn. Raisel mendengarnya mengangguk, lalu dirinya melihat pada wanita itu yang tertawa dan duduk dengan sombongnya. “Kebetulan sekali ada salah satu pelanggan di sini yang mau membayar sebanyak itu sayang. Katanya kamu masih perawan, dan kamu bisa melakukannya malam ini. Pergi ke ruangan VIP yang ada di sini.” Ucap Marlyn mengembuskan asap rokoknya dengan senyuman sinisnya. Raisel mengangguk, lalu dirinya menatap pada wanita tadi yang menuntun dirinya untuk ke ruangan VIP yang dibilang oleh Mami. Langkah kaki Raisel rasanya sangat berat sekali, napasnya terasa terhenti membayangkan kalau dirinya akan menjadi wanita jalang mulai sekarang,. Tidak ada yang bisa dibanggakan oleh dirinya di dalam hidupnya lagi. Semuanya menjadi hancur. Raisel menatap pada pintu di depannya, yang dibuka secara perlahan. Napas Raisel terasa terhenti melihat seorang pria yang duduk membelakangi dirinya dan ada dua wanita yang mengapit pria itu. Dari suara desahan dan apa yang dilakukan oleh ketiga orang itu, mereka pasti melakukan hubungan intim. “Tuan Noel! Ini gadis yang akan menemani anda malam ini. Gadis yang sudah dijanjikan oleh Mami.” Pria itu mengibaskan tangannya mengusir dua wanita yang duduk di samping kiri dan kanannya tadi. Lalu pria itu berdiri dan berbalik. Raisel terkejut melihat siapa yang berdiri di depannya sekarang, dengan wajah terkejut dari pria itu. Wajah terkejut pria itu hanya bertahan satu detik setelahnya menyeringai. “Bilang pada Mami. Apakah aku boleh membeli dia langsung tanpa dia bekerja di sini lagi?” tanya pria itu pada asisten Mami yang tersenyum manis padanya. “Tentu saja boleh Tuan. Tapi untuk harganya- “Aku akan bayar sepuluh kali lipat! Aku akan menyuruh asistenku untuk mengirim uangnya pada Mami,” ucap pria itu mengusir semuanya di dalam ruangan ini, kecuali Raisel yang masih di sini. Raisel merasa malu pada dirinya sendiri, dan menunduk tidak sanggup melihat Ardam Joviannoel--mantan suaminya, yang ternyata membeli tubuhnya malam ini. Dunia apakah sesempit ini? Sehingga saat dirinya putus asa akan uang dan mau menjual tubuhnya, yang membelinya malah mantan suaminya. “Mantan istriku…” Ardam mengusap lengan mulus Raisel, setelahnya tertawa kecil. “Kau ternyata beralih menjadi jalang,” hina Ardam, duduk di tempatnya menatap pada Raisel yang menunduk tidak mau melihat padanya. Ardam sudah sangat lama sekali tidak melihat Raisel, setelah dirinya menceraikan wanita itu setahun yang lalu. “Kau hanya menunduk saja? Tidak mau berterima kasih pada diriku, karena aku membeli tubuhmu dengan harga yang sangat mahal sehingga kau tidak perlu bekerja di sini lagi.” Ardam menyesap vodka yang ada di tangannya, menatap nyalang ke depan dengan wajah sombong juga tampannya. “Aku membutuhkan uang! Ibuku harus di operasi. Aku sudah berusaha untuk menemui dirimu, juga mencari pinjaman ke sana kemari. Aku tidak menemukan orang yang menolongku. Aku terpaksa menjual diriku!” Raisel menjelaskan pada Ardam, berharap pria itu akan percaya dengan apa yang dia jelaskan pada pria itu. Ardam mendengarnya hanya diam saja, tidak mengatakan apapun. Bukan urusan dirinya tahu Raisel yang menjual diri di klub malam. Yang perlu dibahas sekarang adalah … tubuh Raisel tidak buruk juga. Kenapa dulu dirinya tidak bisa melihat tubuh seksi nan menggoda milik Raisel. Dia mau mencicipi tubuh itu, kalau dirinya dibuat candu oleh tubuh itu. Maka dia akan menahan Raisel bersama dengannya. Menjadi budak untuk memuaskan nafsunya. Ardam menjilat bibirnya, lalu menatap pada paha putih mulus milik Raisel. Bagaimana telapak tangannya yang besar ini menyentuh paha nan menggoda itu? “Aku akan bertemu dengan Madam Marlyn. Mengurus semuanya, kau tunggu di sini atau mau ikut denganku juga tidak masalah. Aku tidak mau melihat mantan istriku menjual dirinya, aku akan menolongmu,” ucap Ardam tersenyum sinis, lalu melihat wajah polos Raisel yang menatapnya penuh binaran dari wanita itu. Raisel sangat mudah sekali masuk ke dalam perangkapnya. Dasar wanita polos dan bodoh. Mana mungkin dirinya mau menolong dengan cara cuma-cuma. Melihat payudara sintal milik Raisel saja sudah membuat dirinya ingin bermain dengan tubuh indah milik Raisel, lalu menandai setiap tubuh itu dengan mahakarya yang akan diciptakan oleh dirinya. “Terima kasih. Kau sudah mau membantuku, aku tahu kau masih perhatian padaku,” ucap Raisel percaya diri. Ardam mengangguk, “sama-sama. Bukankah kita pernah menikah sebelumnya. Sepatutnya aku menolong mantan istriku,” ucap Ardam tersenyum tipis, namun tatapannya masih datar dan menatap nyalang ke depan tidak bersikap seperti pria baik yang memang sudi menolong mantan istrinya. Malahan dia akan membawa mantan istrinya itu masuk ke dalam hidupnya yang tidak pernah diketahui oleh Raisel selama ini. Tubuh murahan Raisel sudah menjadi miliknya. Dia sudah membelinya dengan harga yang amat mahal dan wanita itu tidak akan bisa lepas darinya. Mari nikmati kehidupan selanjutnya Raisel, yang kau bilang Ardam masih perhatian padamu tidak akan mungkin membiarkan kau tersakiti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD