Saat dia kembali, langsung kuarahkan pisau ke perutnya. Dia terkapar dan kotak obat terjatuh. Melihatnya berusaha bangkit, aku menancapkan lagi pisau ke perutnya. Dia masih berusaha bangkit, aku menancapkan pisau, menarik dan menancapkan, lalu menarik lagi. Dia masih bergerak, kembali kutancapkan pisau. Terus dan berulang seperti itu. Aku mengabaikan cipratan darahnya yang mengenai wajahku, amisnya yang membuat perut mual, mengabaikan erangan dan teriakan kesakitannya, juga mengabaikan tanganku yang sedikit terluka karena terkena goresan pisau. Setelah lelah, aku berhenti. Saat kuamati, dia masih juga bergerak. Aku menggenggam erat pisau dan mundur ke sudut kamar. Dia merangkak menuju tempatku. Aku teriak saat dia semakin dekat. “Pergi!” Aku menodongkan pisau dengan tangan g
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books


