Bab 7

1074 Words
"Laura!!" Pekik Meka terkejut sekaligus senang ketika dia baru saja mendapatkan telefon dari perusahaan milik Zeyn Baldwin jika mereka menyetujui janji temu dan bahkan ingin bertemu dengan mereka hari ini. "Kau ini kenapa, aku baru saja sampai tapi kau malah menyambutku dengan teriakan suaramu yang cempreng itu." Kata Laura yang membuat Meka cemberut namun llu tersenyum kembali. "Ada kabar baik, astaga aku bahkan tidak percaya ini, membuat jadwal dengan Tuan Baldwin itu sangat susah, tapi ternyata bahkan mereka ingin bertemu hari ini." Kata Meka. "Yang benar." Kata Laura yang juga terkejut dengan perkataan Meka. Selain sahabat Laura, Meka memang asisten pribadinya. "Benar, tapi dia meminta bertemu malam di restoran. Asistennya sudah mengatur semuanya," kata Meka yang di angguki oleh Laura. "Aku senang sekali." Kata Laura. "Semoga Tuan Zeyn menerima kerja sama kita, karena aku mendengar jika Victor akan mencabut investasinya hari ini." Kata Meka yang di angguki oleh Laura. Tentu saja dia sudah mendengar itu, ayahnya tafi malam sudah mengatakan itu padanya, jika kemungkinan perusahaannya akan menhalami penurunan akibat Victor, pengatuh perusahaan Victor untuk perusahaannya memang sangat penting, untuk itu mereka harus bersiap jika perusahaan mereka mengalami guncangan. "Apa Victor masih berusaha menemuimu dan meminta maaf padamu?" Tanya Meka yang di angguki oleh Laura. "Terakhir kemaren sih! Tapi aku bersembunyi, aku tidak berttemu dengannya, jijik." Ucap Laura yang merinding sendiri jika mengingat Victor. "Aku ingin fokus dengan perusahaan dulu, Papa juga sedang meting dengan beberapa klien nanti," kata Laura yang di angguki oleh Meka, Sementara di perusahaan, Calista menemui putranya. Setelah kejadian malam itu. Zeyn jarang pulang ke mansion yang membuat Calista tidak bisa menanyainya. Calista langsung masuk ke dalam ruangan Zeyn yang membuat Zeyn sebenarnya terkejut. "Mom." Sapa Zeyn. "Ada apa?" Tanyanya lalu berdiri dan menghampiri ibunya. "Mommy tidak tenang memikirkanmu," kata Calista jujur. Bagaimanapun Calista sangat tau kalau putranya bersalah dan pasti di sudutkan dengan pilihan yang sulit. "Mommy jangan terlalu memikirkan itu, aku akan mencoba menemui wanita itu dan meminta maaf padanya." Kata Zeyn. "Bagaimanapun aku mencintai Naina, aku tidak mungkin meninggalkannya." "Aku berharap wanita yang tidak sengaja tidur denganku adalah wanita yang baik dan tidak terlalu mempermasalahkan kejadian malam itu, aku akan memberikan apapun yang dia mau asal dia tidak meminta pertanggung jawaban apapun dariku.terdengar egois, tapi aku benar-benar tidak ingin kehilangan Naina." Kata Zeyn. Calista benar-benar bersedih dengan apa yang di katakan Zeyn. "Jika dia seorang wanita bayaran, yang dia butuhkan hanyalah uang, berikan saja berapapun yang dia inginkan asal tidak mengatakan apapun dan melupakannya." Kata Calista yang sampai saat ini belum mengetahui jika yang tidur dengan Zeyn sebenarnya tadinya masih perawan. "Mom, ada yang belum aku ceritakan padamu." Kata Zeyn yang sebenarnya sedikit ragu namun sepertinya ibunya harus mengetahui semua ini. Mendengar perkataan Zeyn yang sepertinya sangat serius membuat perasaan Calista menjadi tidak enak. "Mommy berharap bukan berita buruk." Ucap Calista. "Sayang, kau di sini?" Panggil Massimo tiba-tiba masuk ke dalam ruangan putranya sebelum Zeyn mengatakan yang sebenarnya jika perempuan yang dia tiduri sebnarnya masih gadis. Dan Zeyn yang mengambil kegadisannya. Dia tidak ingin istrinya syock, dia ingin tau apa yang di inginkan perempuan itu terlebih dahulu, barulah Zeyn boleh mengatakan kepada ibunya. "Bagaimana kau tau kalau aku di sini?" Tanya Calista. "Aku memang tadinya ingin ke aini untuk bertemu Zeyn." Kata Massimo. "Zeyn, apa yang ingin kau katakan tadi?" Tanya Calista yang masih penasaran dengan apa yang ingin di katakan Zeyn padanya. Zeyn terdiam sebentar. "Tidak ada, hanya saja Naina tadi pamit denganku jika dia ada pekerjaan keluar negeri lagi selama satu minggu, dan dia belum sempat pamit denganmu dan Daddy, jadi dia menitipkan salam untuk kalian." Kata Zeyn yang pada akhirnya tidak jadi mengatakan yang sebenarnya tentang Laura yang masih gadis. Calista mengangguk paham. "Dia memang anak yang manis, Mommy pun tidak ingin jika bukan Naina yang menjadi menantu Mommy." Kata Calista yang di tanggapi Zeyn hanya dengan senyuman tipis. Dia mengerti jika Ayahnya pasti sengaja ke sini untuk mencegahnya memberitahu ibunya tentang Laura. ***** Malam harinya, Laura sangat bersemangat bertemu dengan Zeyn karena ini sangat penting baginya dan perusahaannya. Bahkan orang tua Laura sangat terkejut karena Zeyn Baldwin bersedia bertemu dengan Laura secepat itu, Deni sangat tau bagaimana sibuknya Zeyn dan bahkan jika ingin janji temu pun harus antri dan akan di setujui setidaknya paling tercepat dua minggu atau bisa satu bulan, tapi Laura malah bisa ingin bertemu dengan Zeyn hanya janji satu hari saat dia mengajukan janji temu. "Ini sebuah keberuntungan untuk kita, Pa." Kata Laura yang di angguki oleh Deni. "Mungkin Zeyn menyukaimu, Laura." Kata Lucy tersenyum. "Tidak mungkin, karena dia akn menikah dua bulan lagi." Kata Deni menyauti. "Aku tidak memikirkan itu, yang terpenting perusahaan kita bisa aman, tadi pagi aku sngat sedih ketika melihat laporan kantor yang semakin menurun." Kata Laura. "Kalau begitu jangan menyinggungnya, berikan presentasi terbaikmu dan Meka." Kata Deni yang di angguki oleh Laura. Laura akhirnya melajukan mobilnya menuju restoran tempat mereka meting. Di sana sudah ada Meka karena memang mereka sudah janji bertemu di sana. Di sana ternyata sudah ada Aiken yang menunggu mereka. "Nona Laura?" Sapa Aiken yang di angguki oleh Laura. "Silahkan masuk, sebenatar lagi Tuan Zeyn segera datang" kata Aiken yang lagi-lagi di angguki oleh Laura dan Meka. Mereka menunggu di sana namun tak lama yang di tunggu-tunggu datang. "Tuan Zeyn datang." Kata Aiken yang membuat Laura tersenyum dan berdiri. Deg Tubuh Laura tiba-tiba menegang dan bahkan dia tanpa sadar meremas dengan sedikit keras tangan Meka yang ada di sampingnya yang membuat Meka terkejut dan meringis, Dia menoleh ke arah Laura yang sepertinya terlihat sangat syock ketika melihat Zeyn. "Laura." Bisik Meka yang membuat Laura akhirnya tersadar dan melepaskan tangan Meka. "Nona Laura," sapa Zeyn tersenyum tipis. Laura benar-benar membisu, dia tidak menjawab sapaan Zeyn. Meka mengerutkan dahinya karena Laura tidak membalas sapaan Zeyn. "Selamat malam, Tuan Zeyn, saya Meka. Asisten Nona Laura." Kata Meka yang akhirnya memperkenalkan diri. Zeyn tersenyum tipis dan mengangguk. "Sebenarnya ada yang saya bicarakan dengan Nona Laura, jadi jika tidak keberatan, bisakah— "Tentu Tuan Zeyn." Kata Meka yang mengerti. Meskipun dia bingung namun dia tetap meninggalkan Laura dan Zeyn di dalam ruangan vip itu. "Silahkan duduk." Kata Zeyn yang benar-benar membuat Laura panik dan takut, bagaimana tidak, dia sangat ingat jika di depannya adalah pria yang sudah bermalam dengannya dan dengan lancangnya dia mengira jika Zeyn adalah Gigolo namun nyatanya ternyata dia adalah pemilik perusahaan terbesar di negara ini. "Kau pasti tau apa yang ingin aku bicarakan denganmu." Kata Zeyn memulai pembicaraan yang membuat Laura semakin lemas rasanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD