Tuduhan Murahan

1012 Words
"Aku mencintaimu, Kai. Lebih dari apapun," ucap seorang gadis cantik dengan rambut bergelombang hitam mengkilat seraya mendekap erat sosok Malakai. Pria itu lantas mengulas senyuman terbaiknya, mengusap sayang surai lembut sang puan. "Aku juga sangat mencintaimu, Celine. You are gonna be my mafia queen." Kai pun membalas pelukan erat gadis bernama lengkap Celine Naomi. "Hahahaha!" Namun, secara tak terduga Celine tiba-tiba mengeluarkan tawa lepasnya. Tawa yang tak biasa, terdengar seolah mencemooh. "Mafia queen katamu?" Celine lantas menarik diri dari dekapan Kai dan berkata, "Dasar pria bod*h! Kau pikir aku sungguhan." Lengkingan tawa Celine terjadi lagi. Lebih memekik daripada tawa pertama. "Apa maksudmu, Sayang?" tanya Kai memasang raut kebingungan, masih tak mengerti akan perubahan sikap Celine secara tiba-tiba. "Kau memang gampang dibodohi, Kai. Selama ini, aku hanya mengincar benda ini." Secara tak terduga, Angel Diamond sudah berada di sebelah kanan tangan Celine sedangkan pistol seri Glock Meyer 22 tergenggam di tangan kiri sembari ditodongkan ke arah Kai. Seiras itu juga sang bos mafia terperangah, matanya membola sempurna. "Bagaimana bisa Angel Diamond ada di—" DOR! Suara erangan kuat terlontar bertepatan dengan berakhirnya mimpi buruk Kai. Pria itu tersentak dan segera membuka netranya lebar. "Kau! Sedang apa disini?" desak Kai dengan sorot tajam ke arah Jade yang nyatanya kini sudah hadapan sang bos mafia. "Arg! Bisa kau lepaskan tanganku dulu?" lirih Jade sembari meringis. Tanpa Kai sadari, sang pria sedang mencengkram kuat pergelangan tangan Jade. Menyadari hal itu,Kai pun segera menepis kasar tangan Jade ke sembarang arah. "Hey!" protes Jade. "Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak seharusnya kemari." Kai terdengar murka seraya sigap berdiri dari tempat duduknya untuk mensejajarkan diri dengan Jade. "Wow! Seharusnya tutup pintumu rapat-rapat jika tak ingin ada yang memasuki," sindir Jade. "Ergh! Baiklah, assasin keras kepala. Sekarang, cepat keluar!" "Tidak mau," jawab Jade santai. "Apa—" "Bisakah kau tenang sedikit? Aku bukan musuh di sini. Aku hanya kebetulan melewati ruanganmu yang pintunya tidak tertutup rapat." Jade menyela Kai yang hendak mengeluarkan rutukan pasan "Kau juga harus ingat bahwa kita bukan teman atau aliansi jadi jangan sok akrab," tegas Kai. Entah mengapa, hati Jade mencelos dan kecewa karena mendengar pernyataan Kai barusan, tidak dianggap siapa-siapa oleh sang bos mafia. Meskipun Kai memutuskan Jade dan Bee masuk ke dalam tim, kerjasama mereka tak lebih dari sekadar pengimpasan hutang Fin. "Baiklah, aku akan pergi." Jade terpaksa mengalah tak ingin berdebat panjang. Namun, sebelum pergi satu pertanyaan spontan terlontar dari belah ranum tipisnya. "Tapi sebelum itu ... apa kau baik-baik saja?" "Apa maksudmu?" "Aku tidak sengaja mendengarmu mengigau, makanya aku masuk untuk memeriksa. Kau terlihat seperti sedang bermimpi buruk," imbuh Jade lagi. Untuk sesaat, tubuh Kai membeku di tempat. Tak dapat dipungkiri, pernyataan sang puan barusan menjelma serupa damai yang menyejukkan hati di tengah permasalahan pelik hidupnya. Bahkan, ia lupa kapan terakhir seseorang menanyakan keadaannya. Aneh. Hasrat Kai seolah meronta ingin sekali merengkuh tubuh Jade dan memeluknya erat untuk sekadar menumpahakan beban di d**a. Namun, mati-matian logika Kai menahannya. Imbas tragedi penghianatan seorang wanita bernama Celine, Kai memutuskan menutup rapat hatinya untuk beromansa dengan wanita manapun. Termasuk kepedulian yang terjadi untuk Jade saat ini, Kai terpaksa menguburnya dalam-dalam. "Woah! Apa kau mulai menyukaiku, Jade?" tanya Kai disertai seringai miring licik "Apa!?" Jade sontak terkesiap. "Ya, aku tak heran jika banyak wanita yang jatuh hati sejak pertama bertemu. Tenang saja, kau bukan yang pertama." walau sebenarnya tak ingin, Kai terpaksa bersandiwara menjadi seorang pria b******k agar angan tentang Jade pergi menjauh. "Hey. Aku serius menanyakan keadaanmu karena kau terus mengigau nama Celine. Mengapa kau malah menuduhku menyukaimu?" protes Jade dengan pandangan tak suka ke arah sang pria. Suasana pun menegang, kedua tangan Kai terkepal seketika mendengar nama Celine terucap. "Jangan sok peduli! Itu bukan urusanmu, Jade," sentak Kai. "Ah. Aku tau. Kau mungkin mengganggapku pahlawan karena telah membongkar keburukan kekasih tercintamu." Dalam sepersekian sekon Kai berubah mencemooh Jade. "Kau juga pasti jatuh hati padaku, sampai-sampai kau ingin tidur denganku sama seperti Yasmina dan wanita lainnya, bukan?" PLAK! Satu tamparan keras mendarat di pipi Kai. Jade benar-benar marah karena sang bos mafia sudah melewati batas dengan merendahkan harga dirinya. "Aku tau kau seorang mafia kejam. Tapi aku baru mengetahui jika kau juga pria b******k yang bisanya merendahkan martabat wanita." Jade mengecam keras ucapan Kai dengan manik yang bergetar, nyaris berkaca-kaca. sang assasin pun segera pergi dari hadapan Kai yang kini terdiam mematung. "Trish salah. Trish salah tentangmu. Kau tidak sebaik apa yang dia katakan. Aku membencimu, Kai," tutur Jade yang sempat terhenti sebelum kembali melanjutkan langkahnya. Si*l! Aku telah melewati batas. *** Keesokan harinya. Pembahasan misi perampasan Angel Diamond kembali digelar. Seluruh tim kepercayaan Kai telah hadir kecuali sang Bos yang belum menampakkan presensinya. Sementara itu, Jade dan Bee sudah menetap hadir di dalam ruang pertemuan tersebut. "Ekhem, permisi. Apa kau yang bernama Jade ?" Seorang pria tiba-tiba saja menyapa Jade yang sedang asik memainkan ponsel sembari dalam posisi duduk. "Ya. Dan kau?" Sejenak, Jade menghentikan kegiatannya dan mendongak ke arah sang pria yang sudah berdiri di sebelahnya. "Perkenalkan, aku Marco. Aku adalah hacker dalam organisasi Mafia ini." Pria bernama Marco itu mengembangkan senyuman seraya mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan Jade. "Hai, Marco.Jadi, apa maksud kedatanganmu?" jawab Jade menatap datar tanpa membalas uluran tangan Marco karena tak ingin berbasa-basi. Namun, perilaku dingin Jade sama sekali tak melunturkan ulasan senyum berbentuk kotak menggemaskan di bibir pria itu. Marco terlihat tak gentar dan semakin bersemangat untuk berkenalan dengan Jade. "Aku hanya ingin mengenalmu. Aku sangat kagum dengan cara assasin bekerja," puji Marco lantang mengenai profesi Jade seraya menarik uluran tangan. Harus sang assasin akui, penampilan pria berprofesi hacker dihadapannya cukup mengalihkan atensi. Rupa khas baby face dibalik kacamata bening yang dikenakan tak mengurangi persona sosok ketampanan Marco. Meski begitu, Marco bukanlah tipe Jade. Terlebih, sang puan telah memutuskan mengubur jauh angan romansa setelah insiden dengan kekasih toxic-nya. "Jadi kau ingin mengenalku atau kagum dengan pekerjaanku sebagai assasin?" Jade sukses memutarbalikkan perkataan Marco dan itu berhasil membuat pria itu gugup. "Bagaimana jika keduanya? Bolehkah aku mengenalmu lebih jauh?" timpal Marco mengumpulkan keberanian menyatakan maksud sebenarnya kepada assasin yang terkenal kejam dan dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD