Naila berdiri di samping Rasya, menatap rumah sederhana milik Bu Minah yang kini telah berdiri kokoh berkat bantuan suaminya. Hatinya terasa hangat, matanya berkaca-kaca menyaksikan bagaimana orang-orang yang telah menolongnya selama masa-masa sulit kini menerima balasan yang pantas. Gus Rasya menyerahkan sebuah amplop tebal kepada Pak Wardi, suami Bu Minah, sementara di belakang mereka para tukang sibuk menyelesaikan pemasangan jendela dan atap rumah baru yang dibangun di atas tanah milik keluarga tersebut. “Terima kasih, Pak, Bu. Maaf, saya tidak bisa memberi banyak,” ucap Rasya dengan nada tulus. “Hanya ini yang bisa saya berikan sebagai bentuk terima kasih karena telah menolong istri saya saat saya bahkan tak tahu dia berada di mana.” Pak Wardi menggeleng pelan, menyerahkan kembali