Bab 42

1209 Words

"Akkhhh, dimana aku?" Naila membuka mata perlahan. Bau antiseptik dan wangi minyak kayu putih menyeruak ke hidungnya. Langit-langit rumah sederhana menyambut pandangannya. Matanya perih, kepalanya berat. Dia pun meraba perutnya ... Oh tidak ... Perutnya kosong. Ia langsung menoleh. Tangannya terangkat, menggenggam selimut di perutnya. Rasa sakit itu datang seperti gelombang yang menghantam keras dadanya. Seorang perempuan paruh baya dengan kerudung lusuh datang menghampiri dengan mangkok kecil berisi air jahe. Di belakangnya, sang suami berdiri gelisah. "Nak ... kamu sudah sadar?" ujar perempuan itu lembut. "Minum ini dulu ya ... biar hangat badannya." Naila tak menjawab. Tatapannya kosong. Hatinya terasa hancur seperti pecahan kaca. Ia berusaha duduk, namun tubuhnya terlalu lemas. Pe

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD