Setelah pulang dari pasar Dante sudah tidak ada di rumah. Sepertinya dia sudah pergi ke kantor. Sandwich yang aku buat sebagian sudah tidak ada, Dante pasti sudah memakannya. Ada sebuah memo di meja yang bertuliskan nanti malam dia mengajak bicara. Hal paling menyebalkan dari Dante adalah dia terkadang bisa sangat peka di antara sikap tidak pedulinya. Aku membereskan meja makan dan membuat segelas teh hangat untuk diriku sendiri. Sejujurnya kepalaku pagi ini sakit sekali tapi aku tidak mengatakan apa pun pada Surti ataupun pada Dante. Aku sedang malas memberitahukan apa yang aku rasakan karena merasa tidak ada yang akan mengerti dan memahami. Memangnya siapa aku? Belakangan ini memang aku sering merasa bahwa aku sangat tidak berharga. “Bu, mau saya buatkan makanan?” tanya Surti terlihat