“Yakin, mau resign? Kenapa sih?”
Mila tidak bisa memendam kegelisahan dalam hatinya, meski Dona tetap berusaha untuk menahan dan meminta Mila berpikir ulang, tapi keputusannya sudah final.
Menyesal?
Tentu saja.
Tapi Mila tidak punya pilihan lain.
Ia benar-benar ada di posisi yang menyakitkan, tidak hanya untuk teman satu kantornya, tapi juga untuknya sendiri.
“Iya.” Jawabnya dengan suara lemah.
“Kenapa? Cerita dong,” Nadia langsung mengajak Mila bertemu, setelah Mila mengirim pesan singkat dan mengutarakan niatnya resign bulan ini. Memang masih ada dua minggu lagi, hingga akhirnya Mila benar-benar resign, atau sampai Dona menemukan penggantinya.
“Ceritanya panjang banget, Nad. Nggak akan cukup sehari kalau diceritain.” Nadia menghela lemah.
“Kalau begitu tarik kesimpulanny
