Bab 1

1235 Words
Pertemuan antara Zahra dan Gabriel di kamar kakek membuat emosi Gabriel semakin tinggi, seenaknya kakek mau menikahkan dia dengan wanita buruk rupa seperti Zahra. "Kakek memang sudah pikun, dikiranya bisa seenaknya mau menikahkan aku dengan wanita buruk rupa itu yang wajahnya saja hampir seluruhnya tertutup luka bakar," kata Gabriel mengoceh saat dia berada di sebuah club malam. "Hey Baby, tumben siang-siang ke sini," Gabriel melihat Helga, wanita pemilik Club Malam dengan pakaian super seksi datang untuk menggodanya. "Gue butuh pelampiasan," Gabriel menarik Helga dan merebahkannya di meja. "Wow wow santai beb, ini masih siang loh dan apa kata anak buah aku kalau lihat Maminya digarap tamu di siang bolong.” "Ah bodoh, lo turutin kemauan gue, berapapun akan gue bayar asal lo bisa buat kekesalan gue hilang.” Gabriel mengeluarkan dompet dan melemparkan segepok duit ke arah wanita itu. "Thank Beb, lakukan apa yang hendak kamu lakukan.” Gabriel melepaskan baju Helga dan mulai menidurinya, jangan dianggap Gabriel melakukan itu karena cinta, bukan baginya wanita itu hanya tempat melampiaskan napsunya. Tidak ada kelembutan dan hanya erangan kesakitan yang terdengar di ruang vvip itu. "Terima kasih,” Gabriel mencabut alat pengaman dan membuangnya begitu saja, walau dia penyuka sex tapi dia tahu setiap melakukan dengan wanita liar seperti Helga dia wajib menggunakan pengaman. "Gue akan transfer kekurangannya” "Don't worry Beb, kapan pun kamu mau aku puaskan silahkan datang Ke sini" Helga mengambil bajunya dan meninggalkan Gabriel yang terduduk karena kelelahan. "Carikan aku gadis muda dan antarkan ke rumahku malam ini," Gabriel sengaja menyewa gadis muda untuk dibawanya ke rumah kakek untuk melihat apa reaksi wanita buruk rupa itu melihat calon suaminya pulang dengan wanita lain.   **** Semenjak keinginan Kakek menikahkan Gabriel dengan Zahra, semenjak itu pula Zahra mulai tinggal di rumah kakek apalagi semenjak orang tuanya meninggal, dia tinggal di rumah sendirian dan kakek menginginkan dia tinggal dirumahnya. "Nona Zahra anda dipanggil tuan besar," pelayan yang ditunjuk Kakek untuk menjaga Zahra berbicara dengan sopan. "Ada apa ya Maryam?" tanya Zahra penasaran.   "Saya kurang tahu Nona, lebih baik Nona ke kamar tuan besar sekarang," Zahra mengikuti Maryam dengan berjuta pertanyaan, buat apa kakek memanggilnya. Tok tok tok.  "Tuan besar, ini Nona Zahra sudah ada di sini," kata Maryam dengan pelan. "Suruh masuk," kata Kakek.  Zahra memasuki kamar dengan pelan, dia takut seandainya Gabriel berada juga di kamar itu. "Ada apa ya Kakek mencari Zahra?" "Duduk dulu nak." Zahra duduk dan tidak berani menatap Kakek, laki-laki kaya yang mempunyai harta tidak terhitung dan cukup untuk tujuh turunannya. "Kakek tahu ini berat buat kamu, menikah dengan laki-laki yang memandangmu pun dia tidak mau,” Zahra mendengar helaan napas berat dari laki-laki tua yang düdük di depannya. "Tapi hanya ini satu-satunya cara supaya Gabriel belajar jadi laki-laki yang bertanggung jawab dan tidak seenaknya mempermainkan wanita, kamu tahu dia terkenal sangat menyukai kehidupan malam dan kehidupan bebas, entah berapa banyak wanita dia tiduri dan untungnya sampai saat ini belum ada satupun yang meminta tanggung jawab.” "Tapi kek, dia bilang dia tidak mau menikahiku,” kata Zahra masih dengan kepala tertunduk. "Hey tegakkan kepalamu, kenapa engkau malu memperlihatkan wajahmu kepada kakek.” "Aku malu kek.” "Buat apa malu, nanti setelah Gabriel sadar dan mengenal apa  artinya tanggung jawab, kakek akan mengobatimu, kakek akan membuat kamu cantik seperti dulu sebelum kecelakaan itu terjadi" "Kek...aku tidak butuh menjadi cantik, 10 tahun aku hidup dengan wajah penuh luka ini, membuat aku mulai menyayanginya dan siapapun kelak yang menjadi suamiku mau tidak mau … terima tidak terima dia harus menerima juga keadaan fisikku." "Itu yang membuat kakek yakin menyerahkan Gabriel kepadamu, kamu wanita tangguh yang tidak memandang fisik adalah segalanya." "Terima kasih kek, kecelakaan itu membuatku sadar, aku masih diberi kehidupan oleh Tuhan dan aku harus mensyukurinya," balas Zahra. Setelah berbincang dengan akrab dengan kakek, Zahra berniat menuju kamarnya, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti mendengar suara tawa seorang laki-laki dan wanita. "Kamu selalu mencari wanita lain buat pelampiasan napsumu sedangkan di dekatmu ada wanita yang menunggu dengan setia selama 10 tahun," gumam Zahra dan dia kembali masuk ke kamarnya. "Kakeeeeekkkkkk keluar dong aku mau mengenalkan pacarku," Gabriel memegang tangan wanita muda yang umurnya saja belum cukup 20 tahun. "Kenapa berisik?" kakek keluar dan terlihat mengikat tali kimono tidurnya. "Hay kek, sini dong aku mau kenalin kakek dengan pacar baru aku." "Ckckckck anak ini, sudah mau menikah masih juga seenaknya," kakek melihat tajam Gabriel dan wanita muda itu. "Nona saya tidak tahu dan tidak mau tahu siapa nama anda, lebih baik anda pergi dari sini" kakek memang laki-laki kalem tapi dia tidak akan segan mengusir orang yang tidak pantas menginjak kakinya di rumah ini. "Sudahlah Gabriel, kakek tahu kamu melakukan ini supaya kakek membatalkan pernikahan kamu, tapi itu hanya angan-angan kamu, apa kamu tidak membaca surat wasiat kemarin?" Gabriel hanya terpelongo melihat kakek mengetahui rencananya. dia menyuruh wanita muda itu untuk pergi. "Yeee kalau hanya buat dijadikan tameng tidak usah nyewa aku, om." gadis muda pergi dan meninggalkan rumah dengan kesal. "Pelayan." "Ya tuan besar." "Ambilkan amplop di kamar saya dan serahkan kepada Gabriel." "Baik tuan besar." Pelayan mengambil amplop dan menyerahkan kepada Gabriel, dengan tergesa-gesa Gabriel membaca satu persatu klausul surat itu. "Jadi kalau aku menolak menikah dengan wanita buruk rupa itu, saham aku dan seluruh harta warisan akan kakek serahkan kepada dia?” "Kamu bisa bacakan? Kalau di dalamnya tertulis itu berarti iya,” "Mau kakek apasih sebenarnya, aku sudah bilang aku tidak butuh istri, aku hanya butuh wanita untuk bersenang-senang.” "Zahra wanita juga dan kalau kamu mau bersenang-senang lakukanlah dengan yang sudah halal menjadi pasangan kamu, bukan pelacur-pelacur yang hanya menginginkan harta kita,”balas kakek dengan tegas. "Tapi dia buruk rupa kek, aku jijik melihat wajahnya.” "Hatinya ... lihat hatinya dan kamu akan tahu kenapa dia bisa seperti itu," kakek berdiri dan meninggalkan Gabriel yang kesal setengah mati. "Argggggg brengsek!” Gabriel melemparkan seluruh vas bunga yang ada di atas meja saking kesalnya. "Ya tuan muda," Pelayan yang khusus mengurus keperluan Gabriel berdiri dengan takut melihat amukan Gabriel. "Di mana wanita itu?" "Di kamarnya tuan muda," Pelayan itu menunjuk sebuah kamar dan Gabriel dengan cepat berjalan menuju kamar Zahra. "Buka pintunya," dengan gedoran kuat Gabriel meminta Zahra membuka Pintu kamarnya. "Sebentar aku sedang mandi." "Buka atau aku dobrak!"teriak Gabriel Zahra masih diam dan tidak membuka pintunya, dia ingin tahu apa berani Gabriel mendobrak masuk kamarnya. Brakkkkk "Astaggaaa!" Zahra yang hanya memakai handuk kaget melihat keberanian Gabriel untuk masuk ke kamarnya. "Kamu apaan sih, lihat tuh pintu jadi rusak," Zahra menggapai kimononya dan memakainya. "Wahhhh ternyata bukan hanya wajah lo saja yang buruk rupa tapi tubuh lo juga penuh dengan luka bakar dan lo pede mau menikah dengan gue?" "Kamu sudah lihat?” jawab Zahra dengan santai. "Tuan muda, lebih baik anda keluar dari sini dan kawasan ini dilarang masuk oleh kakek anda," pengawal yang ditunjuk kakek untuk menjaga Zahra menarik Gabriel supaya keluar dari kamar. "Berani lo nyentuh gue, lepasin!" Gabriel meronta dan emosinya semakin naik. "Lepaskan dia pak, bapak boleh keluar." Zahra menyuruh pengawalnya melepaskan pegangan dari tubuh Gabriel. "Wow,  baru sehari dan lo sudah mulai menguasai rumah ini, kakek itu buta atau pikun sih, mencari calon istri seperti ini, kayak tidak ada wanita lain saja di dunia ini.” "Gabriel,aku memang buruk rupa dan aku sadar diri kalau aku memang tidak pantas buat kamu, tapi ...” ingin rasanya Zahra memberitahu bahwa semua ini gara-gara ... ah sudahlah kenapa harus mengingat itu semua. "Untung lo sadar diri,” Gabriel mulai tenang dan menghirup udara untuk menenangkan dirinya. "Mau tidak mau gue terpaksa nikahi lo, tapi jangan dikira lo bisa seenaknya bertingkah sebagai istri, kita menikah hanya status dan gue bebas melakukan apapun termasuk mencari wanita cantik untuk bisa gue tidurin.” "Silakan aku tidak akan melarang seribu wanitapun kamu tidurin, itu hak kamu dan aku tidak akan menuntut lebih, tapi satu hal yang aku minta tolong jangan bersikap kasar ke kakek, dia sudah tua dan tidak pantas menerima sikap kasar dari kamu." "Lo memang wanita aneh." Gabriel meninggalkan Zahra yang hanya bisa mematung melihat kepergiannya. "Berusahalah untuk membuatku terluka," kata Zahra setelah kepergian Gabriel.   ****  Tbc  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD